#2 - Shadow

1263 Words
Tidak memerlukan waktu lama bagi Adam untuk memutuskan pengganti Sophie. Mantan sekretarisnya itu tiba-tiba saja berulah. Tanpa peringatan menyerahkan surat resign, berkata akan menikah dan menjadi ibu rumah tangga saja. Sebagai atasan sekaligus teman, Adam berbahagia dengan pernikahan Sophie. Namun, kekosongan posisi sekretaris pribadi adalah neraka. Adam terlalu sibuk mengurus hal-hal seremeh merencanakan jadwal kerjanya atau mengarsipkan hasil rapat harianya. Alhasil, dia memaksa Sophie untuk bertahan beberapa saat sebelum keluar. Ketika Valentini Group membuka lowongan kerja, serbuan pelamar yang masuk tidak terkontrol. Melihat Sophie yang kewalahan memilih kandidat dari ribuan surat elektronik yang masuk, membuat Adam terpaksa ikut campur. Saat itulah, dia menemukan fail Angelica dalam tumpukan berkas. Menatap potret formal wanita itu membuat sesuatu dalam dirinya tertarik untuk mencari tahu. Wanita itu memang kurang berpengalaman karena baru saja lulus dari salah satu Universitas terbaik di Los Angeles. Tapi harus diapresiasi dengan nilai-nilainya yang bisa dibilang nyaris sempurna. Awalnya Sophie ragu, tapi Adam yang bersikeras untuk mencoba. Sebagai bawahan, tentu saja wanita itu tidak bisa melawan. Suatu kejutan dan hal baru baginya, saat pertama bertemu dengan Angelica sesuatu seperti sengatan listrik menyambarnya ketika mata mereka berserobok di udara. Wanita yang lebih muda 5 tahun darinya itu terlihat cantik dengan pulasan riasan sederhana. Tubuhnya juga langsing dan ideal di balik pakaian kerja profesionalnya. Pertanyaan demi pertanyaan yang Sophie ajukan dijawab lugas menunjukan betapa cerdasnya wanita itu. Hingga giliran Adam yang memberikan pertanyaan dan dijawab dengan memuaskan oleh Angelica, di sanalah dia menemukan sekretaris barunya. Hanya saja, ada satu hal yang luput dia sadari, reaksi kimia yang terjadi antara dirinya dengan sang sekretaris baru. Wanita itu memang sopan, cerdas, dan cepat memelajari hal-hal baru yang diberikan oleh Adam. Namun, setiap kali Angelica berbicara atau tanpa sengaja bersentuhan dengannya, Adam tidak akan menampik bahwa ada keinginan intim lebih dari sekadar atasan dan anak buah. Padahal selama ini, hal-hal m***m dengan bawahannya tidak pernah terlintas di dalam benaknya, hingga Angelica datang. Seperti pagi ini, mata Adam terus mengawasi gerak-gerik Angelica yang tengah berdiri di sebrang meja sambil menjelaskan agenda hari ini. Penampilan wanita itu biasa saja dalam balutan gaun kerja selutut berwarna abu-abu, sesuai protokol perusahaan. Tapi di dalam kepala Adam, dia begitu penasaran dengan sesuatu yang disembunyikan oleh pakaian formal itu. Satu hal yang tidak pria itu sukai dari Angelica adalah rambut wanita itu. Pernah sekali waktu, sekretarisnya mengerai rambutnya. Bukannya selayaknya sekretaris, Angelica tampak seperti w*************a pria di klub malam. Dan Adam suka melihat Angelica yang super seksi seperti itu. Sayangnya, kejadian itu hanya satu kali selama satu bulan Angelica bekerja. “Bos?” panggilan Angelica berhasil menyentaknya. Buru-buru Adam berdeham, mengembalikan fokusnya kepada sang sekretaris. Saking sibuknya berfantasi mengenai Angelica, dia jadi tidak mendengarkan segala penjelasan yang diberikan. “Adam,” peringat Adam berkali-kali. “Kau tau aku tidak suka dipanggil Bos, terutama saat kita berdua.” Angelica tersenyum kecil seraya mengangguk, menambah daya tariknya, “Maaf. Aku hanya ingin memastikan kau sudah mendapatkan semua informasi yang kau butuhkan, Adam?” “Oh, ya tentu saja.” Adam memaksa senyum pongahnya terpasang, padahal di kepalanya kosong. “Aku tidak akan lupa mengenai rapat pukul satu ini.” “Pukul dua, Adam. Mr. Leonard meminta jadwalnya diundur satu jam,” jelas Angelica. Sial! Adam memaki diri sendiri. Inilah hal yang dia tidak sangka akan terjadi padanya saat menerima Angelica sebagai sekretarisnya, kurangnya dia fokus terhadap pekerjaan. “sori,” aku Adam. “Setengah jam lagi akan ada konferensi dengan Ayah anda di Roma.” Lagi-lagi Angelica mengingatkan agendanya, kali ini Adam berusaha keras untuk tetap memusatkan perhatiannya pada sang sekretaris dan mendengar baik-baik arahan yang diberikan. “Trims, Angelica.” “Ya, Adam. Aku akan membuatkanmu kopi sebelum konferensi.” Angelica bergegas keluar ruangan. p****t sintal yang tersembunyi itu terlihat menghentak, mengikuti gerakan kaki Angelica. Rasanya Adam ingin meletakkan tangannya di sana untuk disentuhnya. Mendadak dia bertanya-tanya bagaimana rasanya benda bulat itu? Seketika dia mengeram frustrasi. Lagi-lagi pikiran jorok mengenai Angelica mengisi fantasi terlarang. Pasti ini efek kurangnya seks selama beberapa bulan terakhir, Adam yakin itu. Malam ini, dia akan mencari teman kencan dan melupakan keinginan kurang ajarnya terhadap sang sekretaris. Karena memiliki sekretaris sekaligus pemuas seks adalah dua hal yang tidak boleh disatukan, berbahaya! *** Malam semakin larut, tapi kegelisahan Adam tak juga hilang. Dia masih begitu mendamba. Sosok Angelica dalam balutan pakaian kerjanya yang tertutup itu semakin memenuhi benaknya. Sudah gelas kelima Gin, tubuhnya malah semakin terbakar. Hasratnya butuh dilepaskan sesegra mungkin. Baginya, alkohol sama seperti minuman lain, penghilang dahaga dikala haus. Satu-satunya yang sedikit memengaruhinya hanyalah musik kencang di sini. Saking kerasnya, kepalanya jadi pening. Adam benar-benar heran, seorang sekretaris yang baru bekerja selama sebulan itu berhasil menguasainya sehebat ini. Dia kira, efek pertemuan awal akan hilang setelah rasa penasaran singkat sebuah potret. Nyatanya, setelah Angelica menjadi orang permanen yang wara-wiri di sekitaranya, pikirannya jadi sering berkelana tanpa tujuan. Bahkan yang paling menyebalkan, otaknya tumpul, tapi bagian bawahnya menegang. Segera saja dia menenggak gelas keenamnya. Sebuah pemikiran mengenai Angelica muncul di kepalanya. Adam tengah penasaran berat mencicip rasa wanita itu. Jika dia bisa mencicipinya sekali saja, bisa dipastikan bahwa kegilaan pikirannya ini akan berakhir dan dia bisa fokus sepenuhnya kepada perusahaan. Namun, pikiran konyol itu buru-buru dia hapus. Angelica bisa-bisa kabur karena sikap tidak profesional Adam dan dia juga malas harus mencari sekretaris baru saat ini. Getaran ponsel berhasil mengembalikan kesadaran Adam. Buru-buru dia merogoh saku celana. Nama salah satu teman kencannya muncul di layar. “Di mana?” Adam mulai geram, sudah hampir sejam dia menunggu, tapi wanita itu tidak muncul. “Maafkan aku, Adam,” ucap wanita itu penuh penyesalan. “Pekerjaanku tidak bisa ditinggal.” “Sialan!” maki Adam. Kalau tahu bahwa temannya ini batal datang, dia bisa mencari penggantinya, menginggat banyaknya wanita yang menatap penuh ketertarikan di sini. Hanya saja, Adam adalah orang yang setia. Jika dia sudah bersama satu wanita, maka dia akan mengabaikan yang lain. “Maaf. Lain wa—” Belum sempat wanita itu menyelesaikan ucapannya, Adam buru-buru mematikan panggilannya. Segera dia masukan kembali ponsel ke saku celana. Mengisi Gin ke slokinya untuk dia tenggak. Saatnya berburu. Wanita mana saja yang menarik perhatiannya malam ini akan dia tarik ke hotel terdekat untuk mengurangi gairahnya. Baru saja dia memutar badan, seseorang di kejauhan menarik perhatiannya. Wanita berambut pirang keemasan itu mengenakan kaus pendek yang memamerkan perutnya ratanya. Celana pendek jeans yang tampak usang itu terlihat mempertontonkan paha mulusnya yang putih. Salah satu tangannya memengang segelas Cocktail atau mungkin Mocktail, Adam tak begitu jelas. Tapi sosok yang sejak tadi bercokol di benaknya mendadak muncul dan nyata. Sontak Adam berjalan mendekati sosok itu begitu. “Angelica?” panggilnya setengah berteriak. Wanita itu menoleh. Matanya melebar, tampak terkejut. “Adam ….” Angelica malam ini terlihat berbeda. Bukan wanita profesional yang menjaga sikap di kantor, tapi sosok yang liar dan menggoda. Bibir merah merona yang sejak awal ingin dia coba cicipi terbuka, sangat s*****l. Sangat penasaran bagaimana rasa bibir itu, apakah cherry atau strawberry? Seketika Adam meringis. Malam ini harusnya dia mencari sosok lain untuk menghapus fantasinya terhadap Angelica. Sayangnya, takdir malah mempertemukannya dengan sekretarisnya. Dia sedang luar biasa bergariah. Ini juga bukan di kantor dan bukan jam kerja. Hidup hanya sekelibat, jadi sepertinya Adam akan mengabaikan status profesional mereka malam ini. Dia akan mengambil risikonya. Memuaskan rasa penasarannya, kemudian menganggap pertemuan ini tidak pernah terjadi. Tanpa bisa dicegah, Adam segera merapatkan diri pada tubuh Angelica. Belum sempat sekretarisnya itu merespon, bibirnya langsung membungkam tegas bibir Angelica. Mencecapi bibir kecil, penuh dan merah milik wanita itu. Rasa strawberry manis langsung terasa, dia menyukai rasa bibir Angelica. Efek lainnya, dia jadi kesulitan melepaskan wanita itu saat ini. ***   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD