#3 - Guilty Pleasure

1850 Words
Angelica seperti kena serangan jantung dengan aksi tak terduga dari sang bos. Ketika menemukan pria itu di keramaian klub, dia sudah terkejut. Sekarang ditambah atasannya itu menciumnya. Bau alkohol yang menyengat kencang dari tubuh Adam menunjukan bahwa pria ini sedang mabuk berat. Sebagai karyawan baru, harusnya Angelica mendorong tubuh Adam. Kemudian lari terbirit-b***t menjauh agar tidak ada skandal yang tanpa sengaja tercipta. Masalahnya, tubuhnya kini menegang. Hatinya bersuka cita penuh kemenangan. Rasa penasaran mencicipi bibir Adam akhirnya kesamapain malam ini. Tanpa bisa dicegahnya, dirinya bereaksi membalas ciuman Adam dengan sama intensnya. Buru-buru dia buang perasaan sungkan. Pasti semalam dia bermimpi indah hingga mendapat rezeki bagus. Lagi pula, Adam tidak akan mengingat malam ini. Bosnya mabuk berat. Dua puluh tiga tahun hidup sebagai perawan, ini pertama kalinya Angelica merasakan gairah terhadap seseorang. Hanya pernah sekali berkencan, tapi hanya sampai tahap ciuman tanpa kesan. Hubungan itu pun singkat karena sang kakak yang sangat protektif terlajur mengetahuinya. Bersama Adam, ciuman penuh dosa ini akan dia ingat seumur hidup sekalipun tidak akan mengungkapkannya dengan siapa pun. Tiba-tiba Adam menggigit bibir bawah Angelica, membuat wanita itu membuka mulut lebih lebar. Angelica tersentak saat merasakan lidah Adam ikut beraksi dalam ciuman panas mereka. “Adam,” desah Angelica begitu saja. Kedua tangan Adam dengan cepat menarik tubuh Angelica hingga mereka berdua merekat satu sama lain. Pelan-pelan tangan pria itu membelai lembut bagian kulitnya yang tidak tertutup kain kausnya. Menambah sensasi panas-dingin yang bosnya ini ciptakan. Angelica bisa gila. Dia akan berterima kasih pada Rhea, teman sebelah unitnya. Wanita itu lah yang memaksa Angelica untuk ikut ke klub malam ini. Ada seorang pria yang Rhea taksir bekerja di sini sebagai bartender. Padahal rencana awalnya sampai di rumah selepas kerja hari ini adalah tidur hingga pagi. Menjadi sekretaris Adam adalah pekerjaan sulit yang mengharuskannya untuk cepat mempelajari hal-hal baru dan beradaptasi dengannya. Kemudian, pertemuan tak terduga dengan Adam malam ini benar-benar anugerah. “Angelica …,” erangan Adam di sela-sela ciumannya berhasil meningkatkan hasrat terpendamnya. “Yas!” teriak Angelica. Tangan Angelica turut menjelajahi tubuh Adam. Mengusap d**a bidang yang selalu membuat wanita itu penasaran. Seperti yang selalu dia bayangkan, d**a itu sekeras tekad yang selalu Adam miliki dalam setiap pekerjaannya. “Ikut aku!” perintah Adam. Sesuatu seperti alarm tanda bahaya langsung berbunyi di benak Angelica. Itu bukan sebuah perintah atasan kepada bawahannya, melainkan seorang pria yang tengah berhasrat pada wanita. Dan Angelica sadar benar ke mana mereka akan berakhir, di ranjang. Sejenak Angelica ragu. Haruskah dia melangkah lebih jauh dengan Adam dan membobol keperawanannya. Hingga kata-kata sang kakak lelakinya beberapa minggu lalu berputar. Hidup bebasnya hanya tersisa kurang dari setahun, tepatnya 11 bulan dari sekarang. Maka kesempatan merasakan gairah seperti sekarang tidak boleh dia sia-siakan. Dengan segera Angelica mengangguk. Buru-buru Adam menarik wanita itu keluar klub menuju ke parkiran tepat Mercedes pria itu terparkir. Ketika Adam mengeluarkan kunci mobil dengan cepat Angelica mengambil alih. Dia tidak ingin membahayakan waktu bebasnya dengan disupiri oleh orang mabuk. “Kau mabuk,” peringat Angelica. “Aku saja yang menyetir, katakan saja ke mana tujuanmu.” Adam tergelak. Kepalanya mengangguk cepat. “Kau benar, aku luar biasa mabuk, Angelica.” Mereka berdua segera memasuki Mercedes dengan Angelica sebagai supir. Jantung wanita itu semakin berdebar saat Adam mengatakan tujuan mereka, Penthouse mewah Adam dan tidak mungkin mereka di sana hanya untuk sekadar membicarakan masalah pekerjaan. *** “Selamat datang,” bisik Adam sembari menggiring Angelica memasuki Penthousenya. Rumah milik Adam sangat mengesankan. Modern. Warna-warna gelap yang banyak mendominasi setiap sudut tempat menunjukan bahwa pemilik tempat ini adalah seorang lajang yang memiliki prospek tinggi untuk digapai. Penthouse ini berada di lantai teratas bangunan apartemen, salah satu properti milik Valentini Group tentu saja. Hanya ada satu akses untuk memasuki tempat ini, lift yang juga berfungsi sebagai pintu utama. Adam sendiri atau orang-orang yang memiliki kartu akses lah yang bisa masuk. Para tamu hanya bisa memasuki tempat ini jika Adam ada di tempat. Angelica sendiri bukan termasuk dari salah satu pemilik kartu akses. Bahkan, selama sebulan bekerja di bawah Adam, ini pertama kalinya sang bos mengizinkannya untuk memasuki area yang sangat pribadi seperti rumahnya. Dari lift, langsung disuguhi ruang tamu berukuran besar serta dapur lengkap di sudut belakang. Sebuah tangga yang Angelica tebak menuju ke kamar-kamar pribadi yang dimiliki Penthouse ini. Tapi yang paling mengesankan dari semua tempat adalah bagian luarnya. Dari tempat Angelica berdiri, dia menemukan dinding full kaca yang memisahkan area dalam serta taman dengan kolam renang tanpa batas di luar sana. Dari dalam saja bisa menikmati pemandangan langit malam dengan sempurna, pasti perasaan dari luar akan jauh lebih mengesankan. “Angelica.” Tiba-tiba Adam menubruk tubuhnya. Angelica tersentak. Terlebih saat bibir bosnya itu mulai menjelajahi lehernya yang telanjang. “Adam…” “Kamar,” bisik Adam. Segera saja pria itu meraih tangan Angelica. Menuntunnya menaiki tangga. Lorong panjang dipenuhi beberapa pintu yang berjajar dan saling berhadapan. Adam dengan langkah tegasnya menuntutnya menuju salah satu pintu yang berada di ujung lorong. Suara pintu terbuka langsung mengembalikan kesadaran Angelica. Kamar Adam memiliki kesan yang sama seperti di ruangan bawah, dominan berwarna hitam. Tempat tidur berukuran King berada di tengah ruangan bersprei hitam. Lantai berkarpet bulu berwarna abu-abu tua. Jendela besar dengan balkon di sisi kiri. Sementara di sisi kanan ada pintu lain yang dapat ditebak berisi kamar mandi serta closet. Ini saatnya! Angelica berdebar. Perasaannya campur aduk antara takut, penasaran, serta b*******h. Tanpa sadar dia melepaskan kedua kakinya dari heels tinggi yang menyiksa. Ketika dia berbalik, tingginya hanya sedagu Adam. Dia jadi tampak menyusut. “Adam,” panggil Angelica. Hidup sekelibat ini akan dia manfaatkan sebaik mungkin. Ketika nantinya dia harus kembali ke dunia nyatanya, Angelica tidak akan menyesal pernah merasakan keintiman yang luar biasa bersama Adam. “Angel….” Jantung Angelica mencelus mendengar bagaimana Adam memanggilnya seperti. Pria itu terdengar memujanya. Mendapati Angelica yang berdiri kaku di atas karpetnya, Adam segera menubruk tubuh sintal itu. Kembali menghujani bibir Angelica dengan ciuman-ciuman. Penuh dengan godaan s*****l. Awalnya hanya kecupan kecil. Kemudian, intesitas itu bertambah menjadi ciuman dengan lidah yang saling beradu. Kedua lutut Angelica melemah, nyaris roboh. Untungnya Adam dengan cepat melingkarkan tangan ke sekitar pinggul Angelica, membuat wanita itu tetap berdiri tegak. “Aku ….” Adam kembali bersuara di sela-sela ciumannya. “Menginginkanmu. Sekarang!” Tahu-tahu saja tubuh Angelica di dorong pelan ke atas ranjang. Dengan cepat, pria itu melepaskan satu per satu kancing kemejanya. Sayangnya, keadaan mabuk serta luar biasa berhasrat membuatnya kesusahan. Sontak Angelica kembali bangkit. “Aku bantu,” ucapnya seraya melepas satu per satu kancing kemeja pria itu. “Semuanya, Angel,” pinta Adam. “Jangan menyisakan apa pun.” Angelica mengangguk patuh. Ketika kemeja berhasil terlepas, kain itu segera dibuang begitu saja ke karpet. Gesper segera dia buka. Disusul dengan celana kain hitam pria itu. Ketika perlahan melorotkan celana yang Adam gunakan, otot pahanya terlihat mengesankan dan tampak kuat. Terlebih pada tonjolan besar di balik celana dalamnya. “Apa ini juga?” bisik Angelica. Suaranya mulai serak karena dia sudah mulai hilang fokus menatap celana dalam Adam. “Aku tak mau ada kain di badanku, Angel.” Pelan-pelan Angelica menyentuh pinggiran celana dalam Adam. Kemudian menariknya ke bawah lambat-lambat, seperti membuka hadiah utamanya. Ketika benda tersembunyi itu mulai terlihat, seketika Angelica merasa tubuhnya terbakar gairah. Dia tidak memiliki perbandingan, tapi milik bosnya ini tampak besar serta b*******h. “Kau menyukainya?” bisik Adam. Angelica mendongak. Sekali lagi mengangguk, saking sulitnya menemukan kembali suaranya. “Good. Giliranmu, Angel. Angkat tanganmu!” Kata-kata Adam seperti titah raja, harus dia turuti. Angelica segera mengangkat kedua tangannya. Dengan cepat pria itu menarik kaus usang yang dia kenakan. Melepaskan bra hitamnya hingga membuat d**a telanjangnya terekspos. Refleks, kedua tangannya menutupi bagian depannya, membuat Adam menggeleng. “Jangan ditutup. Aku menyukainya,” bisik Adam. “Sangat-amat menyukainya. Aku ingin melihatmu seutuhnya.” Kata-kata penuh pujian itu seolah melunturkan rasa malunya. Kini perhatian Adam beralih pada celana jeans pendeknya. Dengan cekatan pria itu membuka kaitannya. Melorotkan benda itu dari kaki Angelica untuk dilempar jauh-jauh entah ke mana. Sedikit kasar, Adam tidak sabar menemukan sesuatu yang tersembunyi di balik celana dalam hitam sutra miliknya. Ketika kain terakhir itu menghilang. Adam terdiam sejenak. Pria itu menjulang di atasnya. Matanya tanpa malu mengamati setiap jengkat tubuh Angelica, membuat wanita itu merona. “Tak perlu malu. Kau … cantik, Angel.” Belum sempat Angelica berbicara. Adam langsung membungkam mulutnya dengan ciuman penuh hasrat. Tangan pria itu tidak tinggal diam. Membelai setiap jengkal bagian kulitnya yang tak tertutup kain. Kemudian berakhir di atas puncak buah dadanya. Memainkan benda itu hingga membuat Angelica geli. Lalu, semakin lama belaian itu turun ke perutnya. Kemudian, semakin ke bawah, ke tempat yang panas dan basah. “Adam!” erang Angelica putus asa. “Panggil aku seperti itu, Angel,” pintanya. Tangan Adam dengan sengaja memainkan bagian bawahnya yang basah, membuatnya semakin basah. “Kau sudah siap untukku Angelica.” Adam terdengar putus asa. Tiba-tiba pria itu bergerak menuju nakas. Membuka lemari bawahnya dan mengeluarkan sebuah bungkusan alumunium. Dibukannya bungkusan itu, sebuah pengaman. Sedikit terburu benda itu dipasang oleh Adam ke miliknya. Keduanya tidak menginginkan ada bayi setelah hubungan sekelibat seperti ini. Terutama Angelica, dia tidak ingin pulang kampung dalam keadaan berbadan dua. “Aku tidak tahan.” Adam langsung mengarahkan miliknya ke milik Angelica. Jantung Angelica jungkir balik saat sesuatu yang terasa baru ini dia rasakan. Sesuatu yang asing seperti memenuhi bagian bawahnya. Adam mendorong pantatnya semakin dalam, tapi sesuatu penghalang berhasil menghentikan pria itu sejenak. “Kau … perawan?” teriak Adam. Angelica mengernyit saat merasakan rasa sakit yang mulai muncul. Dengan sisa-sisa tenaga serta tak ingin kehidupan sekelibatnya gagal, dia berbicara, “Aku menginginkanmu, Adam. Sekarang!” Segera saja Adam mendorong dirinya semakin masuk ke dalam Angelica. Menyatuhkan tubuh keduanya dengan puas. Sesaat pria itu terhenti, kemudian pelan-pelan mulai bergerak. Awalnya, Angelica merasakan nyeri, tapi semakin lama nyeri itu bercampur dengan sensasi yang menyenangkan, nyaris kesulitan dia memilih kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaannya. Tempo gerakan Adam yang semakin menggila semakin menambah nikmat Angelica. Berkali-kali wanita itu mengerangkan nama Adam, begitu pula pria itu. Mereka seolah melunturkan status atasan dan bawahan. Satu-satunya yang mereka rasakan detik ini hanyalah perasaan tenggelam dalam dosa besar. Hingga Angelica berteriak ketika mencapai puncak, tidak lama Adam menyusul. Pria itu langsung berguling ke sisi Angelica. Sengaja membelakangi wanita itu. Harus diakui, ini pengalaman pertama yang sangat-amat menganggumkan. Bisa dipastikan, ketika nantinya dia akan memiliki pria lain di ranjangnya, Adam akan menjadi pembanding dengan standart tinggi. Angelica mendesah pelan. Tubuhnya lelah. Matanya pun mengantuk. Sayangnya, dia tidak bisa tinggal, apalagi sampai tertidur di sini malam ini. Dia harus keluar dari tempat ini sebelum Adam menyadari keesokan paginya bahwa dia tidur dengan sekretarisnya. Kisah fantastis ini akan menjadi rahasianya seorang. Sudah dipastikan. Ketika merasakan napas Adam yang mulai teratur di sebelah. Pelan-pelan Angelica beranjak dari tempat tidur. Memunguti satu per satu pakaiannya yang berceceran di karpet. Kemudian berjinjit keluar kamar. Nanti pagi, saat mereka di kantor, Angelica akan memastikan bahwa malam ini tidak akan pernah terjadi. Oh, dia juga sangat berharap, tak ada lagi rasa mendamba penuh hasrat kepada sang bos karena dia sudah mencicipinya malam ini, di ranjang pria itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD