Bab.2 Mengompres Adipati

1047 Words
Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, Aselia terbangun tiba - tiba, dan saat melewati sebuah ruangan, yang pintunya terbuka, dia melihat Adipati sedang tertidur di kursi di ruang kerjanya. Aselia bergegas mengambilkan selimut. Saat selimut sudah dia ambil, dan melihat wajah suaminya begitu pucat, benar saja, saat menyentuh dahinya Adipati, sangat panas, Aselia bergegas, mengambil sesuatu yang bisa mendinginkan suhu tubuhnya Adipati. Aselia pun mengompres Adipati, dan mencari obat - obatan, untuk mengobati Adipati. Saat mendapatkan obatnya, Aselia meminumkan obat panas itu ke Adipati. Walau pun Adipati sempat menepis berkali - kali, tetapi Aselia nggak menyerah dan tetap meminumkan obat itu untuk Adipati. "Kamu ngapain si ke sini, udah sana, nggak usah sok peduli sama aku." "Mas, aku janji nggak akan ganggu apapun kesenangan kamu, tetapi badan kamu panas banget, ijinin aku urusin kamu ya Mas." "Halah nggak usah, aku nggak mau ada utang budi sama kamu." jawab Adipati dengan kedua mata yang masih terpejam, karena masih ada pengaruh minuman kerasnya "Mas, aku janji sama kamu, aku tulus urusin kamu, nggak ada aku minta apa - apa, dan seperti yang kamu mau, aku nggak akan ganggu apapun kesenangan dan kebahagiaan kamu, yang terpenting buat aku, nama kamu udah ada di atas kertas." "Oh gitu ya, okay jadi kamu itu hanya sebagai pembantuku aja ya sama perawat, tetapi apapun yang aku lakukan, bukan urusan kamu, kamu nggak berhak larang - larang aku, dan kamu juga nggak berhak memiliki dan menyentuh tubuh aku, paham kamu." "Ya Mas, aku hanya minta ijin urusin kamu aja, ayo Mas diminum dulu ya obatnya, besok aku mau kerja, biar aku tenang di kantor." "Hmm ya udah sini, aku bisa minum sendiri." "Ya udah Mas." "Hmm udah aku minum obatnya, udah sana kamu keluar, inget ya lain kali nggak usah peduli, aku mau mati keq mau sakit, mau tersungkur, kalau aku belum suruh kamu dateng, kamu jangan sembarangan apalagi lancang masuk - masuk, paham kamu, udah sana pergi, balik ke kamar kamu." "Baik Mas, kalau perlu apa - apa teriak aja ya Mas, panggil aku." "Hmm ya." Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa sudah jam enam pagi, Aselia dengan pakaian kantornya, sudah menyiapkan semua sarapan pagi dan secangkir kopi hitam tanpa gula buat Mas Adi. Namun saat Aselia kembali ke dapur untuk membawa bekal makanannya nanti, Adipati berteriak, dan terdengar suara piring dan cangkir kopi yang sudah berserakan di lantai. "Ya Mas, lho kenapa ini?" ucap Aselia "Kenapa kamu bilang! Kamu udah gila ya, kamu mau racunin aku, mau buat aku darah tinggi hah." "Maksudnya apa Mas?" "Kamu masak asin banget, kopi aku juga asin, kamu ini bisa becus nggak masak, hah, gila kamu ya, bilang kalau kamu nggak mau masak, jangan bikin aku mati kayak gini." "Mas, aku udah cobain semua, aman koq Mas, ada koq saksinya Bibi tadi." "Halah ngeles aja kamu, terus kamu pikir siapa yang udah bikin makanan dan kopinya jadi asin, aku gitu, inget ya, besok kalau masak, yang bener, kalau kamu nggak bisa masak, biar Bibi aja yang urus." "Ya udah aku buatin lagi ya Mas, sebentar koq." "Nggak perlu, aku udah nggak selera, dan aku udah telat. Hmm Georgia sayang, kamu mau ikut Mas ke kantor apa mau ke jalan - jalan?" "Hmm aku jalan - jalan aja ya Mas, aku sembari cari makanan, aku laper." "Nah kan, ini semua gara - gara kamu Aselia, harusnya Georgia udah makan, kamu malah masak sembarangan kayak gini, udahlah Georgia kamu sama supir aja ya perginya, uangnya udah Mas transfer, maaf ya Mas nggak bisa anterin kamu, Mas ada meeting ke Singapore soalnya." "Ya Mas, nggak apa - apa, Mas yang hati - hati ya kerjanya." "Ya sayangku Georgia, makasih ya." Georgia pun pergi lebih dulu dengan supir pribadinya Adipati. Aselia membawakan semua tas Adipati dan meminta salam sebelum berangkat. "Hmm Aselia, kamu nanti pakai grab aja ya, kamu kan biasa naik angkot kan, jadi kamu jangan pake satu pun mobil di sini ya, itu punya aku, dan hanya Georgia yang berhak make." "Nggak apa - apa Mas, aku berangkat naik motorku aja, lebih cepet juga, oh ya Mas, ada yang mau aku sampein." "Apaan cepet." jawab ketus Adipati sembari membetulkan jas nya "Hmm itu uang pernikahan yang dari pemberian tamu undangan, udah diambil semua sama Ibu, semalam." "Ambil aja, toh uang receh itu, nggak penting." "Aku hanya laporan Mas, biar nggak kesalahan." "Nggak perlu merasa berlebihan, kamu di sini hanya asisten rumah tangga bagi aku, jadi nggak usah laporan apapun, nggak penting juga buat aku, buang - buang waktu aja tahu nggak." "Ya udah kalau gitu aku pamit berangkat ke kantor dulu ya Mas, mungkin aku pulang agak larut, ada lembur, soalnya ini akhir bulan." "Terserah kamu aja, aku nggak peduli, mau kamu pulang malem, mau nggak pulang suka - suka kamu aja." Aselia pun berangkat, dan tetap meminta salim dengan Adipati, dari kejauhan Adipati hanya terdiam, lagi - lagi hatinya seperti melawan. Adipati pun berangkat ke kantornya dengan mobil mewahnya. Setelah melihat Adipati dan Aselia pergi, salah satu tukang kebun dan salah satu asisten rumah tangga yang udah lama ikut keluarga Adipati, mereka nggak tega melihat Nyonya Aselia diperlakukan tidak baik sama majikannya. "Bi... saya kasihan banget sama Nyonya Aselia, koq bisa Tuan Adipati sekejam itu, padahal kan ya, yang istri sahnya itu Nyonya Aselia, tetapi kenapa yang diratukan Nyonya Georgia." "Mang Darri, saya tadi juga ngenes banget, perasaan tadi masakan sama kopinya, nggak masalah, ini kenapa jadi keasinan semua, Nyonya Aselia sabar banget, hadepin Tuan Adipati." "Ya, Bi, kalau saya lihat ini ya, Nyonya Aselia itu yang tulus, sayang banget sama Tuan Adipati, beda kalau Nyonya Georgia mah palingan cuman mau manfaatin Tuan Adipati." "Ini pasti ada penyebabnya deh Mang Darri, karena kayak janggal gitu." "Itu dia Bi, tetapi saya nggak berani nanya sama Tuan Adipati, saya masih butuh kerjaan, tetapi nggak tega lihat Nyonya Aselia digituin." "Ya kita lihat dari jauh aja, setahu saya si Tuan Adipati cuman marah - marah aja, nggak pernah sich saya lihat, Tuan Adipati melakukan kekerasan sama Nyonya Aselia." "Kita doakan aja Bi, biar suatu saat Tuan Adipati baik sama Nyonya Aselia, semoga aja dengan kesabaran dan ketulusan Nyonya Aseli, Tuan Adipati akhirnya bisa tahu mana yang tulus, mana yang modus." "Ya dah Mang Dari, kita balik kerja lagi lah, takut tar Tuan Adipati mantau lagi dari kamera cctv." "Ya bener."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD