Chapter 3

1734 Words
            Hari pun berlalu. Malam berganti menjadi pagi lagi. Di rumah milik Ethan ini, seolah tak ada kata malam dan siang. Semua pasukan selalu sibuk bekerja tanpa henti tanpa mengenal waktu. Terkadang mereka harus membunuh orang saat subuh. Atau pun saat larut malam dan mereka harus membobol rumah target mereka dan membunuh target mereka saat orang tersebut tertidur lelap. Jika para pasukan sudah sesibuk itu setiap harinya, maka begitu pun Ethan. Ethan bahkan jauh lebih sibuk dari mereka. Bagi Ethan setiap detik adalah uang yang tidak bisa di lewatkan begitu saja. Mereka memiliki banyak sekali job yang harus mereka selesaikan setiap harinya. Setiap hari gang mafia ini bisa menghasilkan ratusan juta rupiah. Belum termasuk hasil dari menjarah barang-barang milik korban setelah di bunuh. Gang mafia ini memang memiliki asset dan kekayaan yang sangat melimpah. Dan kebanyakan banyak pebisnis yang menggunakan jasa mereka untuk membunuh saingan mereka. Banyak pebisnis memilik bekerja sama dengan “The Killer” karena gang ini terkenal bekerja dengan sangat baik dan professional. Dan semua hasil kerjaan mereka sangat memuasan bagi para klien.             “AYO KIT BERANGKAT!!” ucap salah satu pasukan sambil membantu temannya yang patah tangan kemarin untuk berdiri. Orang ini masih sangat kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Hanya saja rasa sakit di tangannya sudah sangat jauh berkurang jika di bandingkan dengan kemarin. Untung saja obat yang di berikan oleh dokter Anthon kemarin cukup manjur untuk mengurangi rasa sakitnya sehingga teman mereka ini bisa tidur lelap tadi malam.             Hanya mereka berdua yang akan ke rumah sakit hari ini. Teman satu tim mereka yang lain harus mengerjakan tugas. Mereka pun berjalan dengan pelan menuju keluar rumah. Tak jarang mereka mendapatkan tatapan bingung dari pasukan yang lain karena tangan pasien ini yang sudah sangat bengkok. Tapi pasukan yang lain itu langsung pergi begitu saja. Mereka tak memiliki waktu untuk bercakap-cakap saat ini.             Ada banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan sesuai jadwal. Dua orang ini pun akhirnya berhasil keluar dari rumah dan mereka berjalan menuju ke parkiran mobil. Mereka pun masuk ke dalam mobil dan mobil langsung melaju menuju ke rumah sakit terdekat yang berjarak sekitar 1 jam dari rumah ini. Mobil melaju membelah jalanan yang sepi dengan sangat cepat. Seluruh pasukan di sini sudah di training untuk memiliki kemampuan mengemudi yang di atas rata-rata. Hal ini untuk membantu pekerjaan mereka sebagai gang mafia.             40 menit kemudian, mobil ini pun sampai di rumah sakit. Para tenaga medis langsung keluar untuk memberikan pertolongan secepat mungkin. Rumah sakit ini pun sangat takut pada gang mafia ini. Jadi mereka selalu memprioritaskan untuk menolong gang “The Killer” daripada pasien yang lain. Mereka pun membaringkan pasien tersebut ke atas kasur yang memiliki roda. Semua tenaga medis di rumah sakit ini bergerak dengan sangat cepat. Karena ini menyangkut dengan nyawa seseorang. Itulah tanggung jawab dari pekerjaan mereka.             Gang mafia ini memang sangat terkenal dan sangat di takuti di negeri ini. “AYO LANGSUNG BAWA KE RUANG OPERASI. AKU AKAN SEGERA MENYUSUL” ucap salah satu dokter memberi perintah pada para perawat. Pasien itu pun hanya perlu berbaring di kasur sedangkan temannya membantu mendorong kasur itu hingga tiba di ruangan operasi. Temannya menunggu di depan ruangan dengan khawatir. “Bagaimana kira-kira nasibnya nanti jika kehilangan 1 tangan?? Apakah dia masih bisa bekerja dengan baik??” pikir temannya merasa kasihan.             3 jam berlalu. Pasien itu pun sudah tertidur sejak tadi karena obat bius yang cukup kuat yang dokter berikan. Dokter sangat kewalahan menangani operasi kali ini. Tapi akhirnya operasi ini selesai juga. Sekarang tangan pasien ini sudah selesai di amputasi dan ujung lengannya yang tersisa sudah di perban dengan rapi. Dan mungkin dia masih akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan kondisinya yang sekarang.             Dokter dan beberapa perawat pun keluar dari ruangan operasi dan langsung di sambut oleh rekan kerja dari pasien tersebut. Rekan kerjanya ini sangat khawatir pada kondisi temannya. “Bagaimana keadaannya Dok?? Apakah operasinya sukses??” tanya orang itu. “Syukurlah operasinya berhasil. Hanya saja mungkin dia nanti akan mengalami sedikit kesulitan untuk beradaptasi karena sekarang dia harus menjalani hidup hanya dengan satu tangan” jawab sang dokter memberi penjelasan.             “Oh iya. Dan sebaiknya jangan dulu membangunkannya. Biarkan dia beristirahat sebentar lagi. Dia masih berada di bawah pengaruh obat bius” ucap sang Dokter. “Tapi aku sudah bisa menjenguknya kan?” tanya rekan kerja dari pasien tersebut. “Oh iya. Boleh. Silahkan langsung saja ke dalam tapi harap jangan berisik. Dan jangan membangunkannya. Sepertinya dia masih butuh istirahat karena operasi yang kami lakukan tadi” ucap sang dokter.             “Terima kasih banyak dok sudah menolong teman saya” ucap rekan kerja itu. Dokter dan para medis pun tersenyum ramah sambil berjalan pergi meninggalkan ruang operasi tersebut. Sekarang yang tersisa hanya rekan kerja itu seorang diri di sini. Rekan kerja itu pun membuka pintu ruangan operasi itu dengan sangat perlahan supaya tidak mengeluarkan suara sekecil apapun. Dia tidak ingin membangunkan temannya yang baru saja selesai menjalani operasi amputasi tangan.             Orang itu pun akhirnya masuk ke dalam ruangan operasi dan kembali menutup pintu tersebut dengan perlahan-lahan. “Ya ampun” batin orang itu terkejut saat melihat temannya sudah tidak memiliki tangan kanan. “Kenapa sih kau harus menyerang Tuan?? Seandainya jika kau tidak menyerangnya, kau pasti masih memiliki tangan yang lengkap hingga saat ini. Aku merasa kasihan padamu” Batin orang itu merasa sedih.             Dia pun duduk di samping kasur. Dia duduk di kursi di samping kasur temannya dengan tenang dan tanpa suara. Dia hanya bisa merasa iba melihat kondisi temannya. Setelah memastikan kondisi temannya yang sepertinya belum akan bangun, dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah untuk mengambil beberapa barang yang mungkin di perlukan untuk menginap. Rekan kerjanya ini tidak ingin meninggalkan temannya sendirian di rumah sakit. Jadi dia pun ingin ikut menginap di sini.             Rekan kerja ini langsung bergegas keluar dari rumah sakit dan langsung masuk ke dalam mobil. Dia mengendarai mobil dengan ngebut sangat cepat. Mobil melaju dengan sangat cepat. Tak terasa rekan kerja ini menghabiskan waktu 15 menit untuk ngebut-ngebutan di jalan. Sekarang dia sudah tiba di rumah. Dia pun langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Untunglah dia juga salah satu pasukan. Jadi mereka semua memang sudah terbiasa untuk berjalan cepat, mengemudi cepat, dan melakukan segala sesuatu dengan cepat dan rapi. “Hey bagaimana kondisi teman kita?? Apakah dia baik-baik saja?” tanya rekan kerja yang lain saat melihat temannya ini kembali ke rumah. “Iya dia baik-baik saja. Operasinya lancar. Dan aku sekarang ingin menemaninya di rumah sakit. Aku akan menginap di sana bersamanya sampai dokter mengijinkannya pulang” ucap orang itu. “Oh baguslah. Ayo kau pasti buru-buru” ucap rekan kerja yang lain. “Iya aku permisi dulu” ucap orang itu sambil pergi begitu saja.             Orang itu langsung berlari masuk ke kamarnya. Dia mengambil beberapa barang dengan sangat tergesa-gesa. Dia mengambil beberapa potong pakaian, dompet, HP, chars HP, jam tangan. Tak lupa juga dia mampir ke kamar temannya dan mengambil beberapa barang milik temannya seperti HP, dompet, dan cars HP. “Aku mengambil ini. Siapa tau dia saat sadar akan membutuhkannya” pikir orang itu.             Setelah memasukkan barang-barang tersebut ke dalam tas, orang itu pun langsung berlari keluar dari rumah dengan sangat tergesa-gesa. Dia kembali masuk ke dalam mobil. Dan kali ini dia masih tetap menjalankan mobil dengan lumayan cepat. Dia tidak ingin jika temannya sudah siuman dan ternyata tidak ada orang yang menemaninya di sana. Makanya dia sangat terburu-buru seperti ini. Semua para pasukan memang sangat setia kawan.             Ada beberapa mobil yang menghalangi jalannya. Tapi orang ini tak mengalami kesulitan untuk sedikit ngebut melambung dan melewati mobil-mobil tersebut. Tak jarang juga dia mengklakson mobil-mobil yang menghalangi jalannya supaya mereka mau minggir sedikit dan memberikannya jalan. Akhirnya orang itu pun tiba di rumah sakit. Dia memarkir mobilnya lalu langsung berlari bergegas menuju ke ruangan tempat temannya di rawat. Dia berlari dengan sangat tergesa-gesa. “Fiuhhh untung saja dia belum siuman” batin orang itu merasa lega. Orang itu pun lalu menaruh barang-barang bawaannya di meja. Lalu kembali duduk di kursi di samping kasur temannya. Tak terasa keduanya pun tertidur hingga hari pun berlalu. Sekarang hari sudah kembali menjadi pagi lagi. Waktu berlalu sangat cepat. Dan tentu saja karena gang mafia ini memiliki banyak pasukan, jadi tidak masalah jika 2 orang ini harus berada di rumah sakit. Tidak ada yang akan mencari mereka. Akhirnya pasien itu pun sadar. Dia membuka matanya perlahan sambil mengamati keadaan di sekitarnya. “Aku di mana?” tanya orang itu. “Kau ada di rumah sakit. Dan aku akan menemanimu sampai kau di ijinkan pulang oleh dokter” ucap rekan kerjanya sambil memberikan sedikit penjelasan. Pasien itu pun mulai mengingat-ngingat kejadian yang membuat dirinya harus masuk ke rumah sakit seperti ini. Setelah semua ingatannya terkumpul, sekarang justru dia masih merasa seolah-olah dia memiliki tangan yang lengkap. Lalu dia pun berkata. “Kenapa aku tidak bisa menggerakkan tangan kananku?? Apa yang terjadi??” ucap orang itu pada rekan kerjanya. “Ahh.. Hmmm… Hmmmmm” gumam orang itu sedikit bingung harus menjawab pertanyaan itu seperti apa. “Di satu sisi, dia harus menjelaskan apa yang terjadi pada tangan kanan temannya. Tapi di sisi lain, dia tidak ingin membuat temannya ini terkejut. Dia khawatir jika temannya ini terkejut, dia akan kembali pingsan lagi” pikir orang itu. Tapi mau bagaimana lagi, kenyataan pasti akan terungkap dengan sendirinya. Mau tak mau, orang itu pun harus menceritakan kebenaran yang sesungguhnya pada temannya ini. Sejak di operasi tadi, temannya ini di berikan obat bius yang cukup kuat oleh dokter. Jadi wajar saja jika dia tidak tau apapun saat ini. “Maaf. Kau baru saja menjalani operasi. Kau baru saja di amputasi. Dan tangan kananmu sudah tidak ada” ucap rekan kerja itu. “HAAAAHHH??!!!!” teriak orang itu sangat terkejut. “TANGAANNKKKUUUU!!!!” teriak orang itu lagi. Orang itu pun langsung melihat ke arah tangan kanannya. Dan benar saja. Di sana sudah tidak ada tangan lagi. Dia hanya memiliki sedikit saja bagian dari legannya yang masih menempel di tubuhnya. Seketika itu juga air mata pasien itu langsung mengalir. “Hiksss.. Hiksss Hiksss… Hikssss.. Hiksss.. Hikksss.. Hiikkss.. Hiikksss... Hiikkss.. Hiikkss.. Hiikkss... Hiikkss.. Hiikksss.. Hikkss..” tangis orang itu.  Dia menangis dengan sangat terisak. Hatinya sangat hancur saat melihat kenyataan yang baru saja dia hadapi. Dia sudah tidak memiliki tangan kanannya lagi. “Sudah tak usah sedih. Beruntunglah kau masih hidup. Beruntunglah Tuan tidak membunuhmu saat itu” ucap rekan kerjanya mencoba menenangkan temannya ini. Orang itu pun hanya terdiam seperti sedang berpikir sejenak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD