Bab 2. Terciduk dan Terpaksa Menikah

1200 Words
Elesya dan Adelia menundukkan kepala mereka, jari jemari mereka saling bertaut. Adelia meremas jemarinya merasa gugup, sedangkan Elesya merasa takut dengan amukan wanita di hadapannya. Sementara itu, seorang wanita itu memandang keduanya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Dia merasa dibohongi oleh sang putri yang berpamitan akan menginap di rumah Elesya, tetapi justru pergi ke klub malam. Saat kembalinya Elesya dari berpamitan, perempuan itu dibuat terkejut saat tak menemukan Sherly di sana. Dia lantas memberondongi Adelia dengan berbagai pertanyaan yang membuat Elesya kesulitan menjawab. Kemarahan Elesya memuncak malam itu, perempuan itu memarahi Adelia yang bahkan tak bisa menjaga Sherly. Mereka sudah berusaha mencari Sherly di seluruh tempat di klub, tetapi mereka sama sekali tak menemukan keberadaan Sherly. Mau tak mau mereka harus mengatakan ini pada keluarga Sherly. "Sekarang gimana keadaan Sherly?!" pekik wanita bernama Tari dengan napas terengah-engah. Kedua perempuan itu menggeleng nyaris bersamaan. "Kita nggak tau, Bun. Maaf," sahut mereka bersamaan dengan nada lirih dan kepala yang masih tertunduk. "Kenapa kalian seceroboh itu, ha?! Gimana kalau terjadi sesuatu sama anak Bunda?! Di mana otak kalian? Di mana ...?" Raut wajah Tari begitu khawatir, dia menggelengkan kepala lantas menjambak rambutnya. Wanita yang menyandang status dari ibu Sherly itu benar-benar dibuat frustasi akan apa yang disampaikan oleh sahabat sang putri. Seorang pria barkaus oblong mengembuskan napas panjang, dia juga merasakan kekhawatiran yang sama. Namun, pria itu berusaha bersikap tenang, dia harus bisa menenangkan sang istri. Leo terus mengusap punggung Tari dengan lembut, raut wajah tenang Leo tak sebanding dengan detak jantungnya yang berdebar tak tenang di dalam sana. Debaran jantung pria itu benar-benar membuat Leo semakin tak tenang. "Bun, tenang dulu ya? Sekarang kita cari Sherly ke klub malam itu, kita cari dia," putus Leo, tatapan pria itu beralih ke arah dua sahabat sang putri. "Kalian ikut kami!" suruh pria itu. "Baik, Ayah." Suara dering telepon membuat keempat orang itu saling menatap, Leo segera mengambil ponselnya yang dia letakkan di kantong celana yang dia kenakan. Kening pria itu berkerut saat mendapatkan pesan dari nomor asing, meski terlihat ragu Leo tetapi membuka itu. Mata pria itu membulat dengan ekspresi terkejut dan mulut terbuka, Leo memasukkan kembali ponselnya dengan tergesa-gesa. Dia menatap seluruh orang di sana dengan tatapan yang sulit diartikan. "Ayah tau di mana Sherly, ayo kita ke sana!" seru Leo dengan ekspresi yang tak bisa digambarkan. *** Tangan Derix terkepal kuat, pria itu memandang dingin dua orang pasangan manusia yang tengah menundukkan kepala. Derix sama sekali tak berpindah dari tempatnya, tatapan tajam pria itu mampu membuat dua orang yang terduduk di ranjang tak mampu berkutik, aura Derix berhasil membuat mereka gugup sekaligus takut. Seorang pria berjalan mendekati Derix, dia berdiri di belakang Derix. Kepala pria itu maju mendekat dan membisikkan sesuatu kepada Derix yang dibalas anggukan singkat oleh pria tua itu. "Tuan, mereka sudah saya hubungi dan dalam perjalanan ke mari," bisik Dev. Derix berdecak kesal, kedua tangan pria itu berada di belakang tubuhnya saling bertaut. Derix berdeham kuat, tatapan mata pria itu tak sedikit pun melembut. Derix menatap keduanya seolah telah mendapatkan mangsa yang siap dia santap. "Angkat kepala kalian dan lihat saya!" titah pria itu dengan begitu tegas. Sedikit ragu, mereka mengangkat kepala mereka dengan perlahan. Pandangan wanita itu kabur, air matanya mengenang di pelupuk mata. Sementara itu, sang pria hanya bisa terdiam dengan wajah tenang. Namun, tak dapat dipungkiri dia dilanda ketakutan yang sama hanya saja dia terlalu pandai menutupinya. "Saya rasa kalian sudah cukup memahami bahwa apa yang kalian lakukan adalah sebuah kesalahan," ujar pria itu dengan dingin. "Saya mau kalian menikah!" putus Derix tak dapat diganggu gugat, pria itu berucap dengan begitu tenang. "Kek ...?!" pekik pria itu dengan raut wajah terkejut. Wanita itu menggelengkan kepala kuat, air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya luruh membasahi pipi berisi miliknya. Wanita itu lantas turun dari atas kasur, dia berjalan dengan cepat ke arah pria tua yang bahkan tak dia ketahui namanya. Dia menjatuhkan badannya di lantai dengan posisi bersimpuh, kepala wanita itu mendongak dengan kedua tangan yang dia tangkup di depan d**a. Wanita itu memandang Derix dengan pipinya yang basah dan air mata yang terus keluar membasahi wajah cantiknya. "Sherly mohon ...! Sherly nggak mau nikah sama dia, tolong jangan nikahin Sherly. Sherly mohon, Tuan ...!" mohon wanita itu dengan wajah memelas. Ekspresi Derix sama sekali tak berubah, merasa iba pun tidak. "Keputusan saya tidak akan berubah, kalian harus tanggung jawab dengan apa yang telah kalian perbuat." Sherly menggeleng keras, raut wajah wanita itu berubah panik. Dia mengutuki dirinya yang harus terbangun dengan pria asing di sampingnya, belum lagi tubuh wanita itu tak terbalut apa pun membuat Sherly semakin histeris. "Kek, aku nggak mau nikah sama dia! Aku bahkan nggak kenal dia, Kek!" tolak Dimas mentah-mentah dengan ekspresi marah. "Kamu tidak kenal, tapi kamu menikmati wanita ini? Kamu gila?" sahut Derix dengan mata melotot. "Kamu bangun!" Derix memandang Sherly dengan tajam, sedangkan Sherly menggelengkan kepala pertanda tak mau. "Saya bilang bangun!" Dengan tubuh gemetar Sherly berdiri, dia masih berharap belas kasihan pria tua di hadapannya. Namun, Sherly harus menghempaskan harapan itu karena Derix sama sekali tak memberikan respons apa pun. Sherly beralih menatap Dimas, wanita itu memandang Dimas dengan tatapan memohon. Namun, Dimas dengan cepat memalingkan wajahnya membuat bahu Sherly melemas begitu saja. "Tuan, orang tua wanita itu sudah datang. Saya akan keluar untuk memeriksa," sela Dev dengan kepala tertunduk. Derix menganggukkan kepala sebelum menjawab, "Silakan." Mata Sherly membulat terkejut mendengar semua itu, dia kembali memandang Derix dengan wajah memucat. Wanita itu menggeleng takut, air matanya semakin banyak luruh membasahi pipi. Namun, Derix tetap tak bereaksi. Pria tua itu hanya memandang Sherly dengan tatapan tajam dan tanpa ekspresi apa pun. "Tuan, Sher—" "Sherly!" Tubuh Sherly menegang, dia tahu itu suara siapa. Sherly sangat mengenal suara berat itu, dia tahu ayahnya telah datang di sini. Kaki Sherly melemas, wanita itu tak bereaksi apa pun. Untuk memutar tubuhnya pun Sherly merasa takut dan ragu, wanita itu menggigit bibir dia benar-benar merasa menyesal dengan apa yang terjadi. "Nak, liat Bunda!" suruh Tari dengan lembut. Kepala Sherly menggeleng keras, menolak. "Nggak mau, takut," balas wanita itu dengan suara bergetar. "Liat sini, Sayang. Bunda nggak bakal marahin kamu." Tari tak menyerah membujuk sang putri. Sherly akhirnya mengalah, dia memutar tubuhnya perlahan. Wanita itu menundukkan kepala tak berani menatap kedua orang tuanya. Sementara itu, Derix memberikan kode pada Dimas untuk mendekat yang langsung dituruti oleh pria itu meskipun dia melangkah dengan malas-malasan. "Bunda, Ayah, maafin Sherly ...," cicit wanita itu sembari memainkan jari-jarinya. Leo tak menyahut, sedangkan Tari hanya menggelengkan kepala sembari membekap mulutnya. Wanita itu terlalu terkejut dengan kenyataan yang baru saja dia terima. "Kapan kita menikahkan mereka?" tanya Leo pada Derix. Sherly yang mendengar itu mendongakkan kepala, wanita itu menggelengkan kepala pelan dengan air mata yang semakin banyak luruh. Sherly menangis sesegukan dengan raut wajah panik. "Ayah ...," panggil Sherly dengan suara pelan yang diabaikan kembali, Leo bahkan langsung membuang muka begitu saja. d**a pria itu rasanya sesak, relung jiwa Leo dihancurkan dengan mudah oleh sang putri. "Sherly nggak mau nikah, Ayah, Bunda ...," mohon wanita itu dengan wajah pucat. "Malam ini mereka akan menikah." Ucapan Derix benar-benar berhasil membuat Sherly merasa hancur, wanita itu menggelengkan kepala pelan lantas menjatuhkan tubuhnya ke lantai. "Sherly nggak mau ...."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD