14. Penculikan

1154 Words
"Aku mendapatkannya disela-sela jarinya." Bernard membuka toples itu dan dengan hati-hati ia mengambil batu intan itu dan memasangkannya di bros. Hasilnya cocok. Ia sekali lagi melirik ke arah mayat Jerome Sage, lalu beralih ke bros. Bernard yakin pemilik bros ini ada hubungannya dengan kematian pria itu. Itu artinya salah satu anggota The Black Skull yang kemungkinan wanita telah menyusup ke kastil Boswell sebagai mata-mata. Bernard berpikir keras. Siapa wanita itu? Bernard segera meninggalkan ruangan otopsi mayat dan ia bermaksud akan menemui Arthur di markas The Valkryies besok pagi. *** Bernard mendatangi markas organisasi rahasia The Valkryies di London yang berada di salah satu gedung tua dan kumuh keesokan paginya. Ia keluar dari kereta kuda dan pandangan matanya terlihat waspada. Ia memasuki gedung tua yang mungkin dianggap oleh sebagian orang sudah tidak berpenghuni lagi. Udara yang pengap dan bau apak selalu menyambutnya saat memasuki gedung itu. Bernard berpikir seharusnya markas ini dipindah ke tempat yang lebih bagus, tapi mungkin Arthur mempunyai pertimbangan sendiri untuk menempati gedung tua dan kotor ini. Bernard membuka pintu yang memperlihatkan tangga menuju ruangan bawah tanah. Di dalam ruangan nampak rapih dan bersih. Beberapa anggota The Valkryies nampak sibuk mengerjakan tugas masing- masing. Bernard melihat Arthur berada di ruangannya sendiri terlihat dari jendela kaca. Ia mengetuk pintu dan Arthur mempersilahkannya masuk. "Ada kabar apa yang ingin kamu sampaikan?"tanya Arthur tanpa mengalihkan perhatiannya dari kertas-kertas yang berserakan di atas meja. "Ini mengenai pembunuhan yang terjadi di kastil Boswell." Arthur menatap Bernard sesaat, lalu kembali memeriksa kertas-kertasnya dan membacanya. "Teruskan." "Saya rasa pelakunya seorang wanita." "Wanita?" "Iya." Arthur menatap Bernard agak terkejut. "Tidak biasanya seorang wanita menjadi salah satu anggota The Black Skulls." "Saya yakin wanita itu berada di kastil Boswell sedang menyamar." "Aku akan memerintahkan Gabriel untuk mencari tahu siapa wanita itu." Bernard kemudian nenyerahkan bros bunga kecubung kepada Arthur. "Pemilik bros itu adalah pelakunya." Arthur memperhatikan bros itu dengan seksama dan ia pernah melihat bros itu disuatu tempat, tapi ia lupa di mana. "Aku akan menyimpan ini," kata Arthur. "Saya harus pergi sekarang. Saya akan menghadiri pemakaman Marquess of Blackmore." "Jadi jenazahnya sudah selesai diotopsi?" "Iya." "Apa kamu sudah mendapatkan laporannya?" "Belum. Mungkin setelah dari pemakaman, saya akan mengambil laporannya." "Baiklah." Bernard meninggalkan ruangan dan berjalan tergesa-gesa keluar. Arthur kembali memperhatikan bros itu mencoba mengingat-ingat lagi di mana ia pernah melihatnya. *** Di estat Hallbrook sudah banyak pelayat yang berdatangan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sang Marquess. Rosabella yang ditemani oleh Caleb telah berada di sana mewakili kakeknya yang tidak datang. Kedatangan Adriel dan ibunya sempat menjadi pusat perhatian. Pandangan mata Rosabella tidak bisa terlepas darinya. Adriel berpenampilan tanpa cela, sehingga ketampanan yang dimilikinya membuat wanita mana pun akan bertekuk lutut di depannya. Setelah memberikan ucapan bela sungkawa kepada Marchioness of Blackmore, Adriel, ibunya, dan pelayan pribadinya duduk tidak jauh di mana Angelica duduk. Rosabella menyadari bahwa Adriel sudah menyadari kehadirannya, karena selama sesaat pria itu terkejut melihatnya berada di sana. Tamu-tamu lain mulai berdatangan dan ruangan mulai dipadati oleh para pelayat. Ia mulai merasa tidak nyaman ketika mengetahui Adriel selalu menatap ke arahnya. Hati Adriel begitu panas melihat Rosabella sangat akrab dengan pria di sampingnya. Tanpa sadar kedua tangannya mengepal kuat dipangkuannya. Ia tidak suka, jika ada pria lain yang terlalu dekat dengan Rosabella, bahkan Adriel tidak mendengarkan ibunya memanggil namanya. "Adriel...Adriel." Tatapan Adriel masih menatap lurus tajam ke arah gadis pujaannnya yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Olivia mengikuti pandangan putranya dan ia pun mengerti. "Kenapa tidak segera kamu lamar saja dia?"bisiknya di telinga Adriel. Adriel menatap ibunya dengan tidak percaya. "Aku tahu, kamu sudah jatuh cinta kepadanya, bukan? Lagi pula sudah saatnya kamu menikah lagi untuk mendapatkan pewaris." "Tidak semudah itu untuk melamarnya menjadi istriku." Kening Olivia mengkerut. "Kenapa?" "Lady Rosabella sepertinya tidak mencintaiku." "Kalau begitu buat dia jatuh cinta kepadamu. Kamu harus bertindak cepat, kalau tidak, dia bisa direbut oleh pria lain." "Aku tidak akan membiarkan itu." "Kalau begitu kamu harus segera memulainya untuk mendapatkan hatinya." Olivia membuka kipasnya, karena udara di dalam ruangan mulai terasa panas. Olivia menyadari Liliana, pelayan pribadinya sudah tidak berada di belakangnya. "Kemana pelayan itu?" Olivia bangkit dari kursinya. "Ibu mau kemana?" "Aku mau mencari Liliana. Dia tidak boleh pergi begitu saja tanpa seizinku. Setelah ketemu nanti aku akan memberikan hukuman untuknya." "Jangan terlalu kerasa kepadanya!" "Ini demi kebaikannya agar selalu disiplin dan mematuhiku. Tenang saja aku tidak akan menghukumnya dengan kekerasan. Liliana gadis yang baik." Olivia mulai mencari Liliana dan kemungkinan ia berada di dapur. Ia pun mencarinya ke sana. Olivia sudah hafal betul seluruh estat Hallbrook, karena ia sering berkunjung ke sini, jadi ia tidak akan kesulitan mencari di mana letak dapurnya. Seorang pria menghentikan jalannya. "Permisi Ma'am!" "Ada yang bisa saya bantu?" "Iya. Saya perlu bantuan Anda. Bisakah Anda ikut saya sebentar,"kata pria itu. Olivia terlihat ragu-ragu, tapi ia akhirnya mengikuti pria itu yang mungkin saja benar-benar membutuhkan bantuannya. "Tentu saja." *** Sementara itu Liliana sedang berbicara dengan seorang pria dan wajahnya agak sedikit tertutup oleh topi yang dikenakannya. "Kamu harus segera pulang atau tidak sama sekali." "Berikan aku waktu sebentar lagi! Saat ini aku belum bisa meninggalkan keluarga Boswell." "Kamu sudah melanggar semua peraturan yang ada dengan datang ke sini. Apa lagi kamu tinggal bersama dengan mereka." "Aku tahu. Aku akan siap menerima hukuman apa pun yang akan mereka berikan, jika aku kembali pulang. Tapi aku mohon biarkan aku tetap di sini dulu." Pria itu memeluk Liliana, lalu mengurai pelukannya. "Dengarkan aku baik-baik! Jangan pernah ikut campur dalam urusan mereka apa pun yang terjadi. Ingat itu." "Aku mengerti." "Jika sudah siap pulang, kamu bisa menghubungiku." Liliana mengangguk. Pria itu menyadari sesuatu. "Kamu tidak memakai bros hadiah ulang tahunmu dariku." "Maafkan aku. Bros itu hilang entah kemana." "Kamu ini ceroboh sekali." "Maaf. Aku tidak bisa menjaga barang pemberianmu." Liliana nampak semakin bersalah. "Ya sudah. Kamu tidak perlu bersedih, lagi pula itu hanya sebuah bros. Aku bisa membelikannya lagi untukmu. Aku harus segera pergi. Jaga dirimu baik-baik." Pria itu pergi meninggalkannya dan Liliana merasa bersalah sudah menyebabkan banyak masalah untuk orang-orang di sekelilingnya. "Maafkan aku! Aku harus melakukannya dan aku tidak ingin mereka mati begitu saja," gumamnya sambil beruraian air mata. *** Adriel nampak gelisah ibunya tidak kunjung datang juga, karena pemakaman akan segera di mulai. Ia pun berinisiatif mencari ibunya. Adriel juga sudah menanyakan ke beberapa pelayan, tapi tidak seorang pelayan pun yang melihatnya. "Sebenarnya ibu ada di mana?" Adriel mencarinya ke halaman depan estat dan ia terkejut melihat Liliana yang tidak sadarkan diri di taman. Adriel berusaha menyadarkannya dan ia merasa lega Liliana telah sadar. "Lord Adriel,"seru Liliana terkejut. "Apa yang terjadi?" "Seharusnya aku yang bertanya kepadamu." Liliana merasakan kepalanya pusing dan ia berusaha berdiri. "Ada seseorang yang memukul kepala saya." "Apa?"seru Adriel terkejut. "Saya tidak tahu siapa yang sudah memukul saya." "Apa kamu melihat ibuku?" Seketika itu Liliana teringat dan wajahnya menjadi sangat pucat. "Her Grace telah diculik," katanya panik. "Diculik bagaimana?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD