13. Bros bunga kecubung

1129 Words
"Apa menurut kakek, mereka sudah mendapatkannya?" "Sepertinya mereka belum mendapatkannya, jika mereka sudah mendapatkannya, kita akan tahu." "Kakek benar, tapi kenapa mereka membunuh orang suruhannya?" "Kakek juga tidak tahu." "Mungkin tukang kebun itu gagal menemukannya dan mereka membunuhnya, karena marah." "Kemungkinan itu ada." "Aku ingin melihatnya. Bisakah kita pergi ke sana?" "Tidak. Aku tahu kamu mencemaskan Adriel, bukan?" "Aku tidak...." "Sudahlah kamu tidak perlu menyangkalnya." "Aku memang mencemaskannya." "Ingat, Adriel bukan untukmu. Apa kamu mengerti? Ini demi kebaikanmu dan juga Adriel." "Aku mengerti." "Jika kamu telah jatuh cinta kepadanya, sebaiknya kamu buang jauh-jauh perasaan itu. Kamu dan Adriel tidak bisa bersama." "Aku tahu itu." "Untuk mengetahui apa yang terjadi di sana, Buchanan akan memberitahu kita." Arthur membunyikan lonceng. Tidak lama kemudian seorang pelayan pria datang. "Panggil Caleb ke sini." "Baik, my Lord." Pelayan itu kembali pergi. "Untuk apa kakek memanggilnya?" "Aku akan menugaskan Caleb untuk pergi ke kastil Boswell untuk menjadi asisten Buchanan." *** Bernard Buchanan sedang memeriksa Sage. Ia kembali menemukan lambang tengkorak hitam di lengannya. Bernard kemudian menuliskannya dibuku catatannya. Caleb berdiri di samping Bernard menyampaikan kecurigaannya. "Bagaimana kalau bukan Sage pelakunya?" "Apa maksudmu?" "Bisa saja Sage mengetahui siapa pelaku yang sebenarnya, lalu salah satu anggota The Black Skulls membunuhnya untuk menutup mulut." "Jenius,"kata Bernard. "Apa kamu menyetujui pemikiranku?" "Iya. Apa yang kamu katakan tadi bisa saja terjadi dan jika itu benar, siapa pelaku sebenarnya?" Adriel tiba-tiba datang dan membuat mereka terkejut berharap Adriel tidak mendengar apa yang mereka bicarakan tadi. Ia memandang ke arah Caleb. "Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"tanyanya. Caleb merasa lega Adriel tidak mengenalnya sebagai b***k yang diperdagangkan, karena waktu itu wajahnya sangat kotor sehingga Adriel tidak mengenalinya. "Kita belum pernah bertemu." "Entahlah. Wajahmu tidak asing." "Ini pertama kalinya kita bertemu." "Baiklah. Jadi apa kalian sudah memeriksa mayat Sage?" "Saya sudah memeriksanya dan kita harus bicara," kata Bernard. "Tentu kita bisa bicara di ruangan lain." Mereka menyetujuinya dan mengikuti Adriel. Adriel membawa Bernard dan Caleb ke ruang tamu. Olivia dan Marcus sudah menunggunya di sana. Mereka berhenti berbicara ketika melihat Adriel datang bersama seorang polisi dan asistennya. Adriel mempersilahkannya duduk. Sebelum membuka pembicaraan, Bernard memperhatikan mereka satu persatu, lalu membuka buku catatanya. "Mr. Jarome Sage meninggal, karena dibunuh,"kata Bernard. Olivia membelalakan matanya terkejut." Dibunuh?Bukannya bunuh diri?" "Mr. Sage dibunuh bukan bunuh diri," kata Bernard menegaskan. "Sudah aku duga. Sage tudak mungkin bunuh diri," kata Adriel. "Penyebab kematiannya diracun." "Racun?"seru Olivia terkejut. "Apa Anda sudah mengetahui siapa yang sudah meracuninya?"tanya Marcus. "Sayangnya belum. Kami sedang berusaha untuk mencari pelakunya." "Aku tidak percaya ini. Di sini ada seorang pembunuh dan pencuri." Olivia nampak begitu cemas, panik, dan gelisah. "Ibu, tenangkan dirimu!" "Bagaimana Ibu mau tenang kalau di sini ada penjahat. Kita tinggal satu atap dengan penjahat." "Belum tentu penjahatnya orang dalam mungkin saja dari luar." Adriel mencoba menenangkan ibunya. "Ada kemungkinan penjahatnya dari luar." Bernard menambahkan. "Kalau itu benar, bagaimana cara penjahat itu masuk ke sini?"tanya Olivia. "Ada banyak kemungkinan. Mungkin saja ada banyak pintu masuk yang tersembunyi yang tidak kalian ketahui. Kastil ini sangat luas,"kata Caleb. Olivia langsung memohon kepada Adriel supaya mencari pintu-pintu masuk lain yang tidak diketahui oleh mereka. "Nanti aku akan mencarinya,"kata Adriel. Beberapa polisi datang mengangkut mayat Sage. Olivia memandangnya dengan tatapan ngeri. "Apa kami boleh melihat kamar Anda?"tanya Bernard. Adriel sesaat nampak ragu. Akhirnya ia mengizinkannya. "Baiklah. Ayo ikuti aku!" Bernard dan Caleb mengikuti Adriel dari belakang. Sementara itu mata Caleb jelalatan melihat isi kasti Boswell yang indah dan megah. "Luar biasa,"gumamnya. Adriel membuka pintu kamarnya. Sekarang kamarnya terlihat sangat rapih tidak seperti terjadi apa-apa. Gordennya melambai-lambai tertiup angin. Bernard menyapu seluruh pandangannya ke kamar Adriel begitu juga Caleb. "Kamar yang bagus,"kata Caleb. "Terima kasih." Bernard memandang keluar jendela yang terbuka dan kembali berkeliling mengitari kamar, memeriksa setiap sudut kamar berharap ia menemukan sesuatu yang ditinggalkan penyusup itu. Matanya menangkap sesuatu yang berkilau tertimpa cahaya matahari di bawah lemari laci. Bernard mengambilnya. Ternyata itu sebuah bros bunga kecubung. "Apa ini bros milik almarhumah istri Anda?"tanya Bernard. Adriel mengambilnya dari tangan Bernard dan memperhatikannya sebentar. "Ini bukan milik Alexandra. Dia tidak memiliki bros ini." Adriel kembali memberikannya kepada Bernard. "Mungkin itu milik penyusup," kata Caleb. "Jika ini milik penyusup, pelakunya seorang wanita. Begitukah menurut kalian?"tanya Adriel. "Mungkin saja,"jawab Bernard. "Di hari kejadian banyak pelayan yang masuk ke sini untuk membereskan kamarku. Bisa saja bros itu milik salah satu pelayanku." Bernard mengerutkan wajahnya, lalu memperhatikan bros itu yang nampak mahal di matanya, karena banyaknya batu permata. Ia baru menyadari salah satu batu intan di sekeliling bros ada satu yang terlepas. "Saya tidak yakin ini milik salah satu pelayan Anda, karena bros ini pasti harganya mahal. Apakah pelayan Anda akan sanggup membelinya?" "Anda benar juga," kata Adriel. "Atau ini milik ibu Anda." "Ibuku tidak memiliki bros itu." "Baiklah. Untuk sementara aku akan menyimpannya sebagai bukti." Bernard memasukkan bros itu ke saku jasnya, lalu memeriksa kamar lagi. Setelah puas memeriksa, ia dan Caleb keluar kamar. "Jadi kalian belum tahu siapa pelakunya?"tanya Adriel sambil berjalan menuju lantai bawah. "Sayangnya belum." "Pasti ibuku akan sangat cemas, jika pelakunya belum tertangkap." "Mulai sekarang Anda dan ibu Anda harus berhati-hati. Untuk sementara ini pelakunya tidak akan muncul lagi dan kemungkinan akan kembali lagi sebelum barang yang diinginkan didapatkannya." "Sebenarnya barang apa yang dicari pelaku itu?" "Sayangnya saya tidak tahu." Bernard melirik ke arah Caleb, karena mereka tahu apa yang dinginkan penyusup itu, yaitu salinan formula paradium yang disembunyikan oleh Alexandra. *** Sore harinya, Bernard berada di ruang otopsi mayat dan melihat mayat Sage sekali lagi. Ia langsung menutupnya lagi dengan kain, lalu ia menemui dokter Herman. "Kamu sudah datang." "Aku ingin tahu apa yang Anda sudah dapatkan," kata Bernard. "Aku belum selesai mengotopsinya, tapi aku menemukan sesuatu yang mungkin penting." Dokter Herman memberikan sebuah toples kecil kepada Bernard. Di dalamnya ada batu intan kecil. "Aku mendapatkannya disela-sela jarinya." Bernard membuka toples itu dan dengan hati-hati ia mengambil batu intan itu dan memasangkannya di bros. Hasilnya cocok. Ia sekali lagi melirik ke arah mayat Jerome Sage, lalu beralih ke bros. Bernard yakin pemilik bros ini ada hubungannya dengan kematian pria itu. Itu artinya salah satu anggota The Black Skull yang kemungkinan wanita telah menyusup ke kastil Boswell sebagai mata-mata. Bernard berpikir keras. Siapa wanita itu? Bernard segera meninggalkan ruangan otopsi mayat dan ia bermaksud akan menemui Arthur di markas The Valkryies besok pagi. *** Sore harinya, Bernard berada di ruang otopsi mayat dan melihat mayat Sage sekali lagi. Ia langsung menutupnya lagi dengan kain, lalu ia menemui dokter Herman. "Kamu sudah datang." "Aku ingin tahu apa yang Anda sudah dapatkan," kata Bernard. "Aku belum selesai mengotopsinya, tapi aku menemukan sesuatu yang mungkin penting." Dokter Herman memberikan sebuah toples kecil kepada Bernard. Di dalamnya ada batu intan kecil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD