6. Kesepakatan

1282 Words
Adriel baru saja masuk ke kastilnya, ia bertemu dengan ibunya yang baru menuruni tangga diikuti oleh Liliana, pelayan pribadinya. Wajah ibunya nampak berseri melihat Adriel, meskipun Dowager Duchess of Windshire usianya yang sudah tidak muda lagi diusianya yang menginjak 60 tahun, ia masih tetap kelihatan sangat cantik. Sejak Felipe Jasper, ayahnya meninggal 10 tahun yang lalu akibat serangan jantung. Ibunya tidak pernah menikah lagi. Lady Olivia berjalan dengan wajah ditegakkan, ia mencium pipi Adriel dan menatap putra semata wayangnya dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana pestamu kemarin malam?" "Sangat baik. Aku bertemu dengan beberapa teman lama." "Itu sangat bagus. Itu lebih baik dari pada kamu harus terus-menurus mengurung diri di kastil." Jonah, kepala pelayan datang menghampiri mereka berdua. "Yang Mulia, makan siang telah siap." "Kami akan segera ke sana," jawab Olivia. Lady Olivia memeluk lengan Adriel berjalan ke ruang makan. Mereka duduk berhadapan di meja makan yang panjangnya kurang lebih 4 meter. Untuk mereka berdua tentu saja meja makan itu terlalu besar biasanya dipakai kalau ada jamuan makan. Para pelayan mulai menghidangkan makanan pembuka berupa sup jamur. "Apa kamu sudah menemukan wanita yang menarik di pesta semalam?" Adriel menyeruput supnya, lalu mengelap mulutnya dengan serbet "Aku sudah menemukannya." Wajah sang Dowager Duchess semakin berseri. "Benarkah? Siapa dia? Apa Ibu mengenalnya?" "Wanita itu tinggal bersama Duke of Sconce." "Ah ya ya. Aku pernah bertemu dengannya dua kali di kediaman Arthur. Lady Rosabella, wanita yang sangat cantik." "Dia memang sangat cantik." Adriel tersipu malu saat mengatakannya. "Dia juga sangat berpendidikan dan pintar." Lady Olivia mengulas senyum di wajahnya. "Ada sesuatu tentang dirinya yang sangat menganggu dan membuatku penasaran. Aku tidak tahu apa itu dan mungkin hal itu yang membuatku tertarik." Adriel kembali makan supnya sampai habis. "Kamu benar. Sejak kedatangannya membuat banyak orang tertarik kepadanya terutama kaum pria, jika kamu ingin mendapatkannya harus berusaha lebih keras lagi. Sainganmu banyak." "Aku tahu." "Bagaimana keadaan perkebunan? Apakah semuanya baik-baik saja?" "Semuanya baik-baik saja, meskipun aku mengalami kerugian, tapi masih bisa kuatasi. Para b***k sudah mulai kembali menanam sayuran yang sempat rusak karena badai." "Bagus. Aku senang mendengarnya." Adriel tidak menceritakan tentang Lady Rosabella yang sudah mengambil budaknya kepada ibunya, karena menurut Adriel itu bukan hal yang penting. Toh ibunya tidak akan hafal b***k mana yang diambil. Selama sisa makan siang mereka tidak banyak berbicara sampai akhirnya Lady Olivia meletakkan garpu dan pisaunya di piring. Ia menatap Adriel yang masih menyantap steak sapinya. "Siang ini aku akan pergi menemui Marchioness of Blackmore. Aku diundang minum teh olehnya." "Benarkah?" Adriel mengelap mulutnya dan memandang ibunya dengan sangat antusias. "Ada yang ingin Angelica bicarakan denganku." Adriel menyipitkan matanya. Kedua tangannya dilipat di d**a nampak sedang memikirkan sesuatu. "Apa ibu tahu, aku bertemu dengan suami istri Hallbrook di pesta kemarin malam dan mereka kelihatan agak aneh. Aku tidak tahu kenapa. Aku ingin ibu mencari tahu apa yang sedang disembunyikan oleh mereka." "Aku bukan detektif." "Aku tahu. Ibu pandai bicara buatlah dia bicara banyak tentang apa saja." "Baiklah, tapi Ibu tidak janji Angelica akan memberitahu banyak hal." "Terima kasih." Adriel mengantar ibunya ke pintu depan. Kereta kudanya telah menunggunya. Liliana berjalan dengan terburu-buru dari dapur. Ia membungkuk dan meminta maaf sudah membuat Olivia menunggunya. Setelah kereta kuda yang membawa ibunya tidak terlihat lagi, Adriel bersiap-siap pergi menemui Lady Rosabella. *** Tepian sungai Thames menjadi mendadak ramai setelah salah satu penduduk yang lewat sekitar sungai menemukan mayat seorang pria. Para polisi telah berdatangan. Arthur mendekati seorang polisi yang sedang memeriksa mayat yang ditemukan dan mencatatnya disebuah buku bersampul kulit coklat tua yang telah lusuh dan bocel-bocel dibeberapa bagian. Tubuh mayat itu basah kuyup, memakai mantel coklat, rambut hitam, dan tubuhnya agak gemuk. Menurut Arthur perkiraan usia awal 40an. Posisi mayat dalam keadaan tengkurap. "Apa ini perbuatan The Black Skulls?"tanya Arthur. "Iya. Aku menemukan lambang tengkorak di telapak tangannya, "jawab Bernard salah seorang anggota The Valkryies yang bekerja sebagai polisi. Tentu saja identitas Bernard dirahasiakan. Arthur memang sengaja menempatkan beberapa anak buahnya di The Black Cat Squadron di kepolisian. Bernard Buchanan, salah satu anggota senior dan memiliki banyak pengalaman dalam menangani kasus pembunuhan. Ia bertubuh atletis, berambut pirang, dan memiliki wajah aristokrat meskipun bukan berasal dari keluarga bangsawan. Satu bulan yang lalu, Bernard berhasil menangkap seorang pembunuh yang membunuh seorang janda kaya yang tak lain adalah suami kedua wanita itu. Motifnya adalah si suami menginginkan harta istrinya untuk membayar semua hutang-hutangnya. Berita pembunuhan itu sempat menjadi berita utama di London. Sekarang yang mereka hadapi bukan pembunuh biasa, meskipun Bernard dan Arthur sudah tahu siapa pelakunya, mereka tidak akan mudah menangkapnya. The Black Skulls sangat lihai menyembunyikan diri dan sangat licin untuk ditangkap. Pernah satu kali Bernard berhasil menangkap salah satu pengikut The Black Skulls yang baru merampok toko perhiasan di pusat kota London disebuah bar, tapi tahanan itu secara tidak terduga melakukan bunuh diri dengan cara menggantung diri tanpa sempat memberikan satu informasi pun di mana keberadaan pemimpin mereka dan tempat keberadaan organisasi itu. "Ini yang kelima kalinya pembunuhan yang dilakukan oleh mereka," kata Arthur. "Apa kamu sudah mengetahui identitas mayat itu." "Sayang sekali belum." Ia kemudian mendekati mayat tersebut yang kini telah ditutupi oleh kain. Arthur ingin melihat wajahnya. Dibukanya kain itu. Pria tua itu sangat terkejut dan menutupnya kembali dengan kain. Tangannya gemetar. "Aku mengenal siapa mayat itu,"kata Arthur. "Eh." Bernard membelalakan matanya. Terkejut. "Dia adalah Ernesto Hallbrook, Marquess of Blackmore." "Benarkah?" "Tidak salah lagi. Aku masih mengenalinya meskipun wajahnya dipenuhi oleh banyak lebam." "Perkiraan waktu kematian?" "8 jam yang lalu." "Baiklah. Nanti berikan salinan laporannya padaku." "Baik." Arthur meninggalkan tempat kejadian dan otaknya masih menyerap semua informasi baru, berusaha menyatukan kepingan demi kepingan kejadian. Ia kemudian masuk ke dalam kereta kudanya. *** Lady Rosabella menemui Adriel di ruang tamu. Sejenak ia merasa terpesona oleh pria itu. Ia sudah berusaha keras agar tidak tertarik kepadanya apa lagi menjalin hubungan asmara dengannya. Duke of Windshire terlarang untuknya. Tidak ada masa depan untuk mereka berdua. Pria itu berdiri di dekat jendela tengah memikirkan sesuatu. Wajahnya terlihat lelah dan seperti ada beban berat yang menghimpitnya. Sesekali ia memejamkan mata dan ia tersenyum ketika menyadari kehadiran Lady Rosabella. "Akhirnya Anda datang juga. Aku kira Anda tidak akan datang." Lady Rosabella berusaha bersikap ketus dan galak supaya Adriel tidak ada keinginan untuk mendekatinya dan akan mencari wanita lain untuk didekatinya. "Tentu saja aku datang, karena ini masalah budakku. Aku ingin ini secepatnya selesai." "Baiklah. Aku tidak akan berubah pikiranku untuk membeli Rowenda." "Kenapa kamu tertarik kepadanya? Dia hanya seorang budak." "Aku tidak ingin Rowenda dipukul lagi dengan cambuk. Rowenda wanita baik dan dia akan menjadi pelayan di rumah ini. Tentu saja dia akan dibayar dengan sangat pantas. Kehidupannya akan terjamin di sini. " "Aku tidak tahu kalau mandorku akan berbuat kasar kepadanya, tapi aku sudah memperingatkannya supaya tidak melakukannya lagi." "Baiklah. Tapi aku tetap dengan keputusanku. Jadi berapa harga yang kamu inginkan?" "Sudah kubilang aku tidak akan menjualnya. Apa kamu tahu? Para b***k yang aku beli itu untuk membebaskan mereka dari penjual b***k yang kejam." "Tapi mandormu...." "Aku tahu. Itu sebuah kesalahan. Jack, mandor baru diperkebunan dan dia tidak tahu kalau para b***k tidak boleh disakiti dan aku sudah bicara dan memberitahunya hal itu. Aku akan membebaskan Rowenda untuk bekerja di sini, jadi tidak perlu membelinya dariku." "Itu bagus. Masalah ini sudah selesai. Aku juga ingin membuat kesepakatan dengan Anda." "Kesepakatan apa?" "Aku akan mengambil budakmu lagi, jika aku melihat para b***k itu tidak diperlakukan dengan baik." "Aku tahu kamu akan melakukan itu dan aku tidak akan membiarkanmu mengambilnya lagi." Adriel mendekati Lady Rosabella dan menghilangkan jarak diantara mereka berdua. Di wajahnya terulas senyum jahil. Sebelum pergi Adriel mencium Lady Rosabella dengan cepat membuat gadis itu terkejut dan terpaku ditempatnya. Ia hendak memprotes, tapi tidak ada satu kata pun yang keluar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD