7. Keresahan Angelica

1114 Words
Kedatangan Dowager Duchess of Windshire disambut oleh kepala pelayan Marchioness of Blackmore "Pergilah ke dapur!"perintah Lady Olivia kepada Liliana, pelayan pribadinya. "Iya, Ma'am." Kepala pelayan mengantarkan Dowager Duchess of Windshire ke halaman belakang estat. Angelica telah menunggunya. Wanita itu sedang duduk dikursi menikmati tehnya. Wajahnya nampak lelah dan tidak bersemangat. Tubuhnya juga terlihat agak kurus. Terakhir ia melihatnya satu bulan yang lalu saat mereka diundang minum teh oleh Countess of Wallmore. Dengan langkah anggun, Olivia menghampirinya. Kehadirannya tidak disadari oleh Angelica. Ia kemudian berdeham yang membuat wanita itu terkejut dan langsung berdiri. "Se-selamat datang, Yang Mulia!" Lady Olivia mengangguk dan agak sedikit memiringkan kepalanya. "Silahkan duduk!" Seorang pelayan menggeserkan kursinya, lalu pelayan itu pergi meninggalkan mereka. "Terima kasih." "Maafkan atas kelancangan saya tadi tidak mendengar kedatangan Anda." "Tidak apa-apa. Aku lihat tadi sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu." "Hanya masalah pekerjaan. Akhir-akhir ini juga banyak masalah berdatangan." "Apa yang ingin kamu bicarakan denganku, Angelica?"tanya Olivia tanpa basa-basi lagi. Ia menyeruput tehnya dan memperhatikan teman lamanya itu dari balik cangkir kopi. "Ini mengenai suamiku." "Suamimu?" "Aku sangat mencemaskannya. Akhir-akhir ini ada yang membuatnya takut." Angelica kembali terdiam. Olivia menautkan kedua alisnya dan memperhatikan kegelisahan Angelica. Kedua tangan wanita itu meremas gaunnya dan tubuhnya agak gemetar. Kepalanya ditundukkan tidak berani memandangnya. "Apa yang telah terjadi pada suamimu?" Angelica Mendongak dan terlihat semakin gugup. Olivia tahu bahwa Angelica sedang menyembunyikan sesuatu seperti dikatakan oleh Adriel. "Jika tidak mau memberitahuku, aku tidak bisa membantumu." "Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya, Ernesto sudah terlibat dalam sebuah organisasi yang berbahaya dan aku takut hal buruk terjadi dengannya." "Organisasi berbahaya apa maksudmu?" Angelica mencondongkan tubuhnya nampak sangat gugup takut ada orang lain yang mendengarnya, bahkan ia takut angin akan memberitahukan rahasianya. Ia kemudian berbisik di telinga Olivia. "The Black Skulls." Angelica kembali duduk dengan perasaan gelisah, gugup, dan takut. Bola matanya bergerak dengan gelisah. Selama beberapa hari ini, ia banyak mencurigai beberapa pelayannya sebagai salah satu organisasi itu. Oleh sebab itu ia tidak mudah lagi percaya kepada orang lain, karena rasa takutnya yang terlalu berlebihan. "Apa organisasi ini cukup berbahaya?" Angelica mengangguk sangat cepat. "Mereka tidak akan segan-segan membunuh orang yang menghalangi rencana dan tujuan mereka," bisiknya. Ia meraih tangan Olivia dan tangan Angelica begitu dingin padahal cuaca sangat hangat. "Ernesto beberapa hari ini sering menerima surat ancaman, kalau dia tidak menuruti perintah mereka, Ernesto akan dibunuh. Aku tidak tahu harus mengatakan ini kepada siapa lagi hanya Anda yang bisa aku percayai saat ini." "Ini sungguh mengejutkanku, bahwa kalian terlibat dengan sebuah organisasi berbahaya dan kenapa suamimu bisa terlibat dengan mereka?" "Itu semua karena kami terlilit hutang yang sangat besar. Salah satu anggota The Black Skulls mendatangi kami di sini dan memberikan sebuah penawaran." "Penawaran apa?" "Jika Ernesto menjalankan perintah mereka, mereka akan melunasi semua hutangnya sebagai bayarannya." "Dan suamimu menerimanya?" Angelica kembali mengangguk. "Kami tidak ada pilihan lain. Ernesto sudah menjalankan perintah mereka dengan baik dan semua hutangnya sudah dibayar lunas, tapi sekarang mereka menginginkannya untuk melaksanakan tugas lagi. Ernesto menolaknya dan mereka akan mengancamnya akan memberitahu polisi bahwa Ernesto telah...." "Telah apa?" "Maaf seharusnya aku tidak banyak bicara . Sebaiknya Anda pergi dan aku mohon rahasiakan apa yang aku katakan tadi." "Tapi Angelica?" "Pulanglah! Aku tidak ingin melibatkanmu dalam masalah kami. Seharusnya aku tidak menyuruh Anda datang ke sini. Ini sebuah kesalahan." Angelica mulai panik dan tambah ketakutan. Tubuhnya gemetar hebat. Pandangannya mulai tidak fokus. "Angelica, tenanglah! Semuanya akan baik-baik saja. Sebaiknya kamu laporkan ini kepada Polisi." "Polisi tidak bisa membantu, karena para Polisi itu tidak tahu tentang The Black Skulls. Sebaiknya Anda pergi saja." Olivia menghembuskan napas panjang, lalu beranjak dari kursinya. Ia merasa kesal, karena sudah diusir begitu saja. Seharusnya ia tidak perlu datang kalau pada akhirnya Angelica tidak mau mengatakan apa pun kepadanya. Ini membuang-buang waktunya. "Maafkan saya!" katanya dengan penuh penyesalan. "Baiklah. Aku pergi!" Olivia memandang sekilas kepada Angelica. Ia yakin masih ada rahasia yang disembunyikan oleh Angelica dan itu terlihat jelas saat mata wanita itu bertemu dengannya dan langsung dipalingkan tidak berani memandang Olivia. "Aku akan mengantarkan Anda sampai pintu depan." *** Di depan estat salah satu pelayannya sedang bicara dengan seorang pria yang tidak dikenal. Pria itu mengenakan mantel dan topi coklat. Mereka terlihat sedang berdebat. Pria itu langsung menyadari kehadiran sang Tuan Rumah. "Ada apa ini?" tanya Angelica dengan pandangan tak suka kepada pria asing tersebut. "Maaf kedatangan saya mengganggu, my Lady. Saya Bernard Buchanan dari kepolisian London." "Kepolisian London?"tanya Angelica. "Benar. Saya ingin bertemu dengan Marchioness of Blackmore." "Itu aku." "Maaf Ma'am. Saya sudah memberitahunya kalau Anda sedang ada tamu, "kata pelayannya. "Tidak apa-apa. Kamu boleh pergi." Pelayan itu kemudian pergi. "Ada apa Anda ingin menemuiku?" Bernard melirik ke arah Olivia dan merasa ragu untuk berbicara. "Dia temanku. Jadi katakan saja apa yang ingin Anda katakan." "Kami menemukan suami Anda di tepi sungai Thames dalam keadaan meninggal." Olivia dan Angelica terpekik kaget, bahkan Angelica langsung jatuh pingsan. Bernard menahannya agar tidak terjatuh, lalu mengendong Angelica dan menidurkannya di sofa. "Angelica, sadarlah!"seru Olivia dengan pandangan cemas. "Pasti berita ini membuatnya sangat shock." "Aku akan memanggil pelayan." Tak lama kemudian Bernard datang bersama seorang pelayan wanita bernama Becky. Pelayan itu membawa semacam minyak untuk menyadarkan Angelica. Olivia merasa lega Angelica telah sadar. "Ernesto," teriak Angelica setelah ingat kembali tentang suaminya. "Angelica, tenanglah!" "Saya tahu kabar ini pasti akan membuat Anda terkejut, tapi saya harus menyampaikan kabar ini kepada Anda. Saya turut berduka cita atas kematian suami Anda." Angelica menangis dalam pelukan Olivia. "Apa yang sebenarnya terjadi kepada Marquess of Blackmore?"tanya Olivia. Bernard kemudian menceritakan tentang penemuan mayat di tepi sungai Thames dan para polisi sedang menyelidiki tentang kematiannya. "Saya ingin Marchioness of Blackmore ikut dengan saya ke kantor polisi untuk memberi keterangan dan memastikan apa mayat yang kami temukan itu adalah Marquess of Blackmore." Angelica masih terisak menangis dan bersedia ikut ke kantor polisi. Olivia hendak menemaninya, tapi Angelica menolaknya. "Aku akan baik-baik saja. Sebaiknya Anda pulang saja." "Baiklah. Aku akan menemuimu lagi besok." Angelica mengangguk. "Saya akan menunggu Anda di depan,"kata Bernard. Setelah Bernard menghilang, Angelica langsung mengenggam tangan Olivia. "Maafkan aku. Seharusnya ini tidak pernah terjadi." "Kenapa kamu harus minta maaf? Aku tidak mengerti." "Aku dan suamiku sudah banyak salah terhadap keluarga Anda dan terutama dengan Duke of Windshire." "Adriel?" Angelica mengangguk. "Selain itu aku dan suamiku sudah tidak bersikap sopan di pesta kemarin malam dan kalian harus berhati-hati dan jangan mudah mempercayai orang lain terutama orang terdekat Anda." Angelica beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan Olivia yang masih berusaha mencerna semua maksud perkataan Angelica kepadanya. Olivia dikejutkan dengan kemunculan Liliana, pelayan pribadinya. Entah sejak kapan pelayan itu sudah berada di belakangnya. "Ayo kita pulang!" "Baik, Ma'am."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD