bc

Akhir Perselingkuhan

book_age18+
6.0K
FOLLOW
47.8K
READ
family
HE
drama
bxg
brilliant
love at the first sight
affair
like
intro-logo
Blurb

Ferdy ingin meninggalkan selingkuhannya sebelum Shafira -sang istri- mengetahui. Namun siapa mengira, disaat dia ingin kembali, Shafira telah menyiapkan gugatan cerai. Ternyata dalam diamnya Shafira telah mengetahui perselingkuhan Ferdy dengan sahabat istrinya sendiri.Sungguh Ferdy ingin mempertahankan rumah tangganya. Apapun yang terjadi ia harus bisa membawa Shafira kembali. Terlebih wanita itu tengah hamil buah hati yang mereka tunggu selama sepuluh tahun ini.

chap-preview
Free preview
Sebuah Sikap 1
Akhir Perselingkuhan - Sebuah Sikap "Mas," panggil seorang perempuan yang menggelayut manja pada lengan pria, ketika mereka berjalan di sebuah trotoar setelah keluar dari sebuah pusat perbelanjaan. "Ya," jawab sang pria tanpa menoleh. "Sampe kapan kita akan seperti ini? Bukankah, Mas, berjanji akan menikahiku." "Kita bicara di hotel saja." Akhirnya mereka berdua melangkah ke arah hotel bintang lima, tempat mereka menginap selama dua hari ini. Pria itu bernama Ferdy, eksekutif muda ternama dari Surabaya, yang kebetulan ada urusan pekerjaan di kota Balikpapan. Keduanya masuk kamar hotel tepat pukul delapan malam. Merry, nama wanita itu. Meletakkan tas belanjaan di atas ranjang king size yang terletak di tengah ruangan. "Aku nggak mau begini terus. Aku butuh kepastian," ucap Merry sambil menghempaskan diri di sofa pojok kamar. Ferdy mendekat dan berlutut tepat di depan wanitanya. "Oke, kita nikah siri." "Nggak mau. Mas pilih saja, aku atau istrimu." Ferdy berdiri. "Jangan paksa aku untuk memilih. Aku tidak bisa." "Kenapa? Apa yang membuat, Mas, berat meninggalkan perempuan mandul itu." "Karena Shafira yang menemaniku berjuang, dari sebelum aku bukan siapa-siapa, hingga menjadi seperti sekarang." Merry tersenyum sinis. "Bekerja mati-matian, tapi tidak punya tujuan. Untuk siapa harta yang kamu dapatkan. Seandainya ... Shafira tahu, bahwa suaminya selingkuh dengan kawan lamanya. Apa yang sekiranya akan terjadi?" Ferdy berdiri di dekat jendela kaca, memandang jalan protokol depan hotel yang sedang padat kendaraan. "Jangan mengancamku." Bayangan wanita yang telah di nikahi sepuluh tahun yang lalu memenuhi benak. Wajah anggun nan teduh itu selalu membuatnya tenang saat ia pulang dalam penatnya rutinitas pekerjaan. Wanita sabar yang telah mendampingi ketika ia jatuh bangun dalam membangun karier. Apakah setelah sukses sekarang, ia begitu tega akan mencampakkan? Betapa kejamnya andai Ferdy melepaskan Shafira demi untuk menikahi teman istrinya itu. Ferdy ingat, ketika Shafira minta waktu untuk membicarakan sesuatu. Ya, sejak ia menjalin hubungan terlarang dengan Merry. Banyak waktunya tersita bersama janda satu anak itu. Bahkan keluar kota selalu mengajak selingkuhannya. "Apakah, Mas, masih bisa bersabar untuk kita usaha punya anak?" tanya Shafira suatu senja. "Ya. Memangnya kenapa?" "Aku tahu, Mas, tidak ingin mengadopsi anak. Mas, mau kita berusaha dulu bukan. Andai dalam dua tahun ke depan ini. Aku belum juga hamil. Aku rela kita bercerai. Sebab aku tidak ingin di madu. Mas, berhak mendapatkan kebahagiaan yang tidak, Mas, dapatkan dariku." Ferdy menghela nafas dalam-dalam. Mengingat percakapan dengan Shafira. Tidak di pungkiri, kalau di sepanjang usia pernikahannya, ia menginginkan kehadiran tangisan bayi yang menyambutnya saat pulang kerja. Tapi, sampai sekarang keinginan itu belum juga kesampaian. Di sofa, Merry dengan wajah menahan amarah, memandang ke arah pria tegap yang berdiri di sana. Rasanya benar-benar tidak sabar ingin memiliki pria itu seutuhnya. Ia tidak peduli kalau di anggap pelakor dan nikung teman sendiri. "Apa maunya, Mas, sekarang?" tanya Merry sambil melangkah mendekati Ferdy. "Aku tawarkan nikah siri, bagaimanapun juga aku juga harus punya tanggung jawab dengan apa yang kita lakukan selama ini." "Aku tidak mau. Ceraikan Shafira dan menikah denganku. Setelah itu, hubungan kita tanpa pakai pengaman lagi. Biar aku mengandung anakmu." Ferdy menoleh, menatap tajam wanita di sampingnya. Sungguh tidak di sangka, Merry tega mengatakan hal itu. Padahal kurang baik apa Shafira terhadapnya selama ini. "Tidak." "Kalau begitu kita putus." Ancam Merry. Ferdy mendengkus kesal. Ia sebenarnya sudah jenggah dengan ancaman Merry yang minta putus berkali-kali. Tapi ia mencoba mempertahankannya selama ini. Karena apa? Karena Ferdy butuh keintiman yang berbeda dari yang di dapatkan dari istrinya. Dan itu sungguh gila. "Kita nikah siri aja." Ferdy masih mencoba berkompromi. "Nggak. Mas, pilih aku atau Shafira." "Shafira." Akhirnya dengan tegas Ferdy menentukan pilihan. Merry menatap tidak percaya pada pria di depannya. Ancaman yang dulu selalu berakhir dengan rayuan, agar Merry tetap bertahan, kali ini berubah ketegasan dan keputusan pria yang telah diberinya kehangatan ranjang selama hampir dua tahun ini. Merry luruh dan menangis. * * * Ferdy duduk termenung di pinggir ranjang. Malam kian sunyi. Sesunyi hatinya kali ini. Merry terbang ke Surabaya sejam yang lalu. Wanita itu nekad pergi, setelah hubungan mereka usai. Ferdy terpaksa menghanguskan satu tiket besok siang. Karena tadi ia minta pada pihak hotel untuk mencarikan tiket penerbangan saat itu juga. Setelah Merry pergi dengan taksi, Ferdy mentransfer sejumlah uang ke rekening perempuan selingkuhannya. Uang jatah bulanan terakhir untuk Merry. Sesakit apapun, ia rela dengan akhir hubungan terlarang mereka. Bagaimanapun juga, Shafira lebih utama untuk dipertahankan. Meski sampai sekarang belum memberinya keturunan. Bunyi suara pesan masuk dari ponsel di nakas membuyarkan lamunan. Di raihnya benda pipih itu. Ada pesan dari Shafira. Mas, besok jadi pulang 'kan? Dengan cepat Ferdy mengetik balasan. Rasanya ia belum sanggup berbincang dengan istrinya di telfon. Jadi, Sayang. Tunggu Mas, ya! Kling. Ada balasan pesan masuk. Oke. Ada kejutan buat, Mas. Ferdy tersenyum, lalu mengetik balasan yang tidak di buka oleh Shafira. Nggak sabar nunggu kejutannya. * * * Pesawat landing di bandara Juanda pukul dua siang. Ferdy segera bergegas ke arah parkiran, dimana Pak Bandi, sang sopir telah menunggu. Dalam perjalanan pulang Ferdy terlelap kecapekan. Sejak bangun tidur tadi, ia sudah membuang angan tentang Merry yang sama sekali tidak menghubunginya lagi. Biarlah, itu jauh lebih baik. Sampai di rumah pukul tiga lewat lima belas menit. Shafira menyambut dengan senyum yang tidak seperti biasa. Walaupun masih nampak keramahannya. Wanita itu berbaju rapi, seperti hendak pergi. "Kejutannya mana ini?" tanya Ferdy sambil memeluk pinggang istrinya di kamar. "Mas, mandi dulu," kata Shafira sambil mencoba melepaskan diri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
207.9K
bc

My Secret Little Wife

read
100.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook