Part 2

1547 Words
Rio berjalan dengan gagahnya di samping Diandra yang cantik di balut gaun merah darahnya. Tangan mereka saling terpaut, wajahnya juga berseri-seri. Terpancar aura kebahagiaan yang nyata. Semua keluarga, baik keluarga Diandra dan keluarga Rio telah berkumpul di meja makan. Memusatkan perhatian mereka pada pasangan suami istri yang terlihat layaknya Pangeran Wiliam dan Cath Midelton. Juga seperti Romeo and Juliet versi Indonesianya. Si kembar, bebi embuls alias Nate dan Mike tidak ikut bergabung di tengah-tengah mereka. Karena dua bayi berpipo gembul itu sudah pulas tidur di temani oleh Nisa dan Rizkan. Hitung-hitung latihan sebelum punya sendiri.  Saat hendak duduk, Rio menarikan kursi untuk Diandra. Lalu Diandra mendudukan bokongnya di sana. Semburat merah memenuhi pipi chubby nya. Ia menunduk malu, mendapati tatapan menggoda dari para sepupunya.  "Ekhem, berasa lihat pengantin baru ya." Dehem Daddy sambil mengedipkan sebelah matanya. "Iya dong Dad, walau kita udah jadi Mommy sama Daddy kita masih seperti pasangan baru nikah." Sahut Rio melebarkan senyumnya. "Unchhh... anak Mami cantiknya kebangetan deh. Foto dulu ih, masukan instastory. Kuy... kuy... ppali!" Mami mengeluarkan I-phone nya, membidikan pada Rio dan Diandra. Langsung saja, Rio melingakarkan tanganya di bahu Diandra. Tersenyum menghadap kamera.  Cekrek "Unch... unch... mantu sama anak Mami emang yang paling best. Menggetarkan folowers-followers Mami. Kalian tau nggak, waktu Mami masukin foto Diandra ke instastory, followers Mami jadi meledak boom! Jadi 23K, bayangin. Likers nya yang awalnya 100an, jadi 10000an. Betapa bahagia Mami mu ini nak." Heboh Mami sambil memainkan ponselnya.  Sontak, Papi menggelengkan kepalanya. Meratapi nasibnya yang mempunyai istri terlalu kekinian. Apa-apa update di **. Bagikan ke grup WA, nulis di w*****d, semua kegiatan Mami benar-benar membuatnya geleng-geleng. "Yo, boleh nikung nggak? Bini lo cantik banget, habis melahirkan auranya terpancar nyatah. Mambahana, maju-mundur syantik." Kata Desta cengingisan, menopang dagunya dan menatap istri sepupunya itu tanpa berkedip. Ia berasa sedang menatap kembaranya Dian Sastro Wardoyo, pemeran Cinta. Sayangnya Cinta sudah ada Rangga di sampingnya. Rahang Rio mengeras, melototi Desta. "Anti tikung-tikung klub!" Kata Rio tajam. "Udah ah, kapan makanya? Laper nih!" Protes Diandra menurunkan gengsinya juga memutus kontak mata Rio dengan Desta. Habis makanan di depanya terlihat menggiurkan. Ia mencuri start duluan mengambil nasi, juga berbagai macam lauknya. Yang lainya pun mengikuti jejak Diandra. Sambil terkekeh pelan dan memberikan tatapan menggoda untuk Diandra. "Yang, ambilin." Pinta Rio manja. "Hooh, mau lauk apa sa-yang?" Rio membulatkan matanya, bibirnya tertarik ke atas dengan sendirinya. Meremas tanganya sendiri di bawah meja. Ya lord Rio hanya di panggil begitu kenapa langsung keringat dingin? Ribuan kupu-kupu mengepakan sayapnya di perut Rio. Memberikan sensai geli-geli dan pengen ke belakang segera. "Terserah deh, jangan banyak-banyak ya sayang. Lagi program mengatletiskan badan. Jangan yang berlemak juga, sayur aja Yang. Kuahnya jangan banyak-banyak, nanti kenyang sebelum waktunya. Nasi merah ya," Diandra memutarkan bola matanya, menatap suaminya kesal. "Nih ambil sendiri!" Kata Diandra sambil menyerahkan sendok sayur kepada suaminya yang super perfeksionis ini. Bibir Rio maju beberapa centi, mengambil makananya sendiri. Beberapa keluarga yang lain tersenyum kecil melihat betapa so sweet nya Rio dan Diandra. Elah so sweet gundulmu! "Nggak so sweet kamu yang," ujar Rio kesal, tambah memanyunkan bibirnya. PUJA KERANG AJAIB!!! Setelahnya mereka makan dengan khidmat, memegang teguh kebiasaan orang tua terdahulu. Yaitu, dilarang makan sambil berbicara. Jadi mereka larut dalam kenikmatan masing-masing. Hanya dentingan sendok yang mewarnai di dalam ruangan ini. ***** Sedangkan di kamar yang bernuansa biru, dan semerbak harum minyak telon menyebar di dalamnya. Di huni oleh, dua pasangan absurd. Dan dua bayi berpipi gembul yang tertidur dengan pulas di box bayinya. "Nis,"  "Apa Riz?" "Gue laper, yang di sana mah enak makan. Disini kita kelaperan,"  "Mau gue ambilin?" Tanya Nisa yang di sambut gelengan oleh Rizkan. Kapan lagi ia bisa quality time dengan pacarnya yang sok sibuk ini. Sedikit-dikit ekskul. Sedikit-dikit, rapat osis. Sedikit-dikit, kerja kelompok. Pusing deh Rizkan ganteng, yang mirip Jeon Jungkook ini. "Di sini aja, kita makan berdua kalau Diandra sama Rio dah balik." "Katanya kelaperan, kalo lo mati gimana?" Rizkan terkekeh, menyentil dahi Nisa yang ngawur. "Nggak mungkin mati lah, gue kan cowok strong. Nggak etis dong mati kelaperan." Brzzzzz.... Tiba-tiba hujan turun di sertai kilat dan gemuruh. Kesempatan itu di pergunakan oleh Rizkan merapat ke pacarnya. Semakin rapat dan yakk... mereka menempel tanpa jarak sedikitpun. Nisa bersedekap, menenggelamkan dirinya dalam sofa yang empuk itu. Gaunya yang tanpa lengan ini cukup membuatnya kedinginan setengah hidup. Rizan melepaskan kemejanya, menyampirkanya di punggung Nisa. "Dingin?" "Hmm... banget!" "Ntar ya, ngecek selimutnya si gembul dulu." Rizkan beranjak mendekati box kembar. Memperbaiki posisi selimut superman itu.  Nisa mengikuti setiap gerak-gerik Rizkan, sosoknya yang dewasa juga daddyable membuat dadanya sedikit menghangat. Jantungnya juga berpacu dengan cepat tanpa bisa di kontrol. "Gi-gimana?" Tanya Nisa mencoba menghilangkan kegugupanya. Namun kegugupanya semakin menjadi, tatkala Rizkan mendekat dengan gaya eleganya. Kembali duduk di sampingnya, malahan pacar kurang ajarnya itu menyelipkan tanganya di pinggang Nisa.  Amburadul dah bang jantung dedek Nisa. "Tenang mereka aman, nggak keganggu sama sekali. Faktor kenyang kali makanya pulas." Rizkan menyandarkan kepalanya ke pundak Nisa. Membuat gadis itu menegang, dan secara spontan menagakan tubuhnya setegak-tegaknya. Tanganya pun meremas kuat gaun warna hitamnya. "Seandainya gue masih belum cinta lo sepenuhnya, apa lo masih mau nunggu gue Nis?" Pertanyaan Rizkan justru semakin membuat Nisa menegang. Hatinya seperti tercubit, mengingat Rizkan yang belum pernah menyatakan cinta. Rizkan hanya menjalaninya saja. Siapa tau jodoh kan? "Emm.. gu-gue," kata Nisa gugup, mengambil nafas dalam-dalam. Menghembusakanya kasar. "Gue bakal nunggu elo, percaya atau nggak. Gadis bidoh yang dulunya sangat membenci lo ini sekarang sangat mencintai lo. Lo boleh ketawa kok," lanjut Nisa pedih, terkekeh pelan. Rizkan mendongak, memperhatikan wajah Nisa yang di hiasi warna merah. Seperti memaki blush on. Rizkan yakin itu bukan efek make up. Karena Nisa tadi hanya memakai bedak bayi saja, itupun bedaknya Mike dan Nate. "Makasih," "Makasih buat?" Tanya Nisa. "Makasih karena mencintai cowok yang dulu pernah lo benci ini. Jujur, untuk sekarang ini perasaan cinta itu belum ada." Kata Rizkan. Lagi-lagi Nisa merasa hatinya tercubit. Ia memejamkan matanya kuat, mengapa mencintai orang harus sesakit ini? Kenapa? "Tapi dengan bantuan lo, rasa cinta itu mungkin akan ada Nis. Lo mau kan bantuin gue jatuh lebih dalam ke pelukan lo. Lo mau kan?" Nisa menghembuskan nafas leganya, lalu mengangguk. Tidak dapat di ragukanya lagi. Lelaki bodoh yang sedang bersamdar padanya ini sudah berhasil mencuri seluruh hatinya. "Nis," panggil Rizkan dengan suara serak.  Nisa menatap Rizkan, menaikan sebelah alisnya. Rizkan mendekatkan wajahnya perlahan, ragu-ragu. Namun ia merasa pasti saat Nisa tidak memundurkan kepalanya sama sekal. Malahan gadis itu memejamkan matanya.  Nisa mendesis pelan saat benda kenyal dan hangat itu menempel di permukaan bibirnya. Second kiss bersama Rizkan.  Ceklek "YA ALLAH KALIAN NGAPAIN? m***m DI KAMAR ANAK GUE? ASTAGFIRULLAH!!!" Teriak Rio frustasi. Membuat Rizkan dan Nisa melepaskan tautan bibirnya. Mereka tercyduk gais. "Ya elah Yo, baru juga nempel! Datang aja lu kaya jalangkung!" Kesal Rizkan. Manusia laknat yang menjabat sebagai Kakak iparnya begitu mengganggu. Baru juga nempel, belum merasakan nikmat yang haqiqi. Sudah main di ciduk aja. "BELUM SAH KALAN! KELUAR NGGAK! BIAR GUE YANG JAGA MIKE SAMA NATE. PANGGIL ISTRI GUE KE SINI!" "Alah palingan lo mau mesumin Diandra di sini," tuduh Rizkan. "Terserah gue dong, yang udah nikah mah bebas. Sudah ada surat yang sah di mata agama sama di mata hukum. Emang kalian nggak iri? Kalian m***m kalau ke gep di grebek terus di arak. Kalau yang udah nikah mah m***m di manapun nggak ada yang ngelarang. Asal jangan m***m di tengah jalan aja. Banyak kecelakaan ntar akibat nggak fokus."  Rizkan memucat, lagi dan lagi menyinggung pernikahan. Cinta aja belum. Ia pun berdiri, menarik Nisa untuk mengikutinya. "b******k lo Yo!" Umpat Rizkan yang masih dapat Rio dengar. "Makasih Kakak ipar," "Jyjyk!"  Setelah Nisa dan Rizkan pergi, Diandra muncul di balik pintu. Membawa sepiring brownies coklat. "Kamu sengaja mau buat aku gendut ya sayang hmm?" Tanya Rio sambil menarik pinggang Diandra. "Udah ah nggak usah sok program-program, nih aakk." Diandra menyuapkan sepotong brownies coklat buatan Mami ke mulut Rio. Suaminya itu berdecak nikmat, meminta lagi dan lagi. Sampai suara tangisan bayi menginstrupsi kegiatan mereka. "Unchhh.... anak Daddy udah bangun. Lapar ya? Mau nyusu ya? Diem ya cup... cup.. nanti Nate kebangun loh," Rio membawa Mike yang menangis ke dalam gendongan Diandra.  "Kak tolong bukain resleting Diandra dong," Rio meneguk ludahnya kasar. Menjulurkan tanganya ke depan gaun Diandra, lalu menarik resleting gaun itu yang memiliki resleting di depan. Lalu ia memelorotkanya, terpampanglah dua bukit yang sangat indah. Membuat Rio maju mundur syantik.  Ini sih namanya uji iman suami ya kan? Mike melahap ASI nya keras, seperti sangat kehausan.  "Lapar dia Yang," kata Rio dengan suara yang serak. "Kenapa suara Kakak jadi serak hmm?"  "Anu... eng...enggak papa," jawab Rio gugup.  "Oh," Rio merutuk dalam hati. Istrinya jni sangat tidak peka.  Untung masih nifas kamu Sayang, rutuk Rio dalam hati. "Aku bawa Nate ke sini ya? Nggak tahan pengen gendongin dia,"  "Bawa aja," Rio pun membawa Nate di tengah-tengah mereka. Walaupun begitu, Nate masih tertidur dengan bibir mengerucut lucu sekali. Emesshhh Rio lihatnya. "Lihat deh Yang, bibirnya Nate mirip kamu banget. Kissable," kata Rio di selingi tertawa. "Tapi hidungnya kembar mirip Kakak, mancung semua." "Iya dong," kata Rio berbangga diri. Mereka pun larut dalam obrolan, saat selesai menyusui kembar mereka kembali keluar. Dan tamu sudah pada bubaran, mengingat jam yang sudah menunjukan pukul 12 malam. Ini sudah akibatnya mengobrol tidak tau waktu. Gatot sudah acaranya untuk mengadakan pesta dansa. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD