Part 2

2336 Words
Semakin cepat... Lebih cepat... Dan... Langkah kakiku semakin kupercepat ketika dia semakin mengejarku. Oh Tuhan... semoga keberuntungan masih berpihak kepadaku. Aku mengatur sedikit napasku yang tersenggal-senggal akibat berlari. Sesekali menengok ke belakang dan mendapati dia semakin berlari mendekatiku. Sambil berlari kuputar otak untuk sebisa mungkin bersembunyi dari orang asing itu. Hingga akhirnya kuputuskan untuk berbelok ke arah salah satu gang sempit yang berada di sebelah kiriku lalu bersembunyi di sana. Tap... Tap... Tap... Dapat kudengar suara langkah kakinya yang semakin mendekat, rupanya saat ini dia tengah kebingungan mencari-cari keberadaanku. Aku menahan napas ketika dia berjalan melewati gang tempatku bersembunyi kini. 'Jangan menoleh! Jangan menoleh! Jangan menoleh!' Aku terus merapalkan kata-kata tersebut berulang kali dalam benakku, berharap bahwa mungkin dia tidak akan menoleh dan menemukanku yang berada di dekatnya. Setelahnya aku bisa sedikit bernapas lega ketika dia terus melangkahkan kakinya dan tidak menoleh ke arahku berada kini. Tapi naas, baru dua langkah dia menjauh dari tempatku bersembunyi kini, suara dering ponselnya membuat pria tersebut menghentikan langkahnya tak jauh dariku bersembunyi. Jangan tanyakan bagaiman suara detak jantungku yang kini memacu dengan begitu cepat. Samar-samar dapat kudengar suara beratnya yang tengah berbicara dengan seseorang di seberang telepon, sebelum kemudian dia mengakhiri sambungan teleponnya dengan rahang mengeras. "Sial! Kemana perginya gadis itu." Dia menendang sebuah kaleng soda di dekat kakinya. KLONTANG! "A..." Suara benturan kaleng soda dan tiang listrik hampir saja membuatku memekik kaget. Sebisa mungkin kututup rapat mulutku dengan kedua telapak tanganku, untuk menghindari adanya suara pekikanku secara refleks. 'Semoga dia tidak mendengar suaraku tadi,’ ucapku dalam hati. Meskipun suara pekikanku tadi tidak terlalu keras, tapi tetap saja hal itu membuatku takut kalau dia cukup peka dan bisa mendengarnya. Selama beberapa saat aku baru bisa bernapas lega ketika dia telah benar-benar pergi menjauh dariku, setelah entah berapa kalimat umpatan yang diucapkannya sebelum benar-benar pergi. 'Syukurlah, semoga aku tidak bertemu lagi dengan orang seperti dia.' batinku dalam hati sambil mengelus d**a dan keluar dari tempat persembunyianku. Sungguh, hari ini adalah hari tersialku selama aku hidup. Tidak pernah sebelumnya aku diperlakukan dengan cara sehina ini oleh seorang lelaki. Bahkan aku merasa jijik sendiri dengan perlakuannya padaku. Beraninya dia memegang aset berhargaku, yang bahkan tidak seorang pun pernah kubiarkan melakukannya. Dan lagi, dia juga telah mencuri ciuman pertamaku. "Arghh.. lelaki b******k!" Ingin sekali aku mengumpatnya dan memakinya secara langsung. Tapi itu tidak mungkin kulakukan, jika aku masih menyayangi nyawaku. Kutengok jam di pergelangan tanganku, dan waktu bahkan telah menunjukkan pukul 01:50 dini hari. Segera kulangkahkan kakiku menuju stasiun kereta api untuk menaiki kereta yang akan berhenti tepat 10 menit dari sekarang. Untunglah aku tiba tepat waktu di stasiun sebelum kereta berangkat, langsung saja aku memasuki kereta tersebut dan bergegas kembali ke apartementku. 'Ah, aku benar-benar sangat lelah.' *** Kilauan cahaya mentari yang menerobos melalui celah-celah tirai yang tersibak tampak berhasil membangunkan seorang gadis yang masih asik bergelung dengan selimut tebalnya. Gadis tersebut mengerjapkan kedua matanya guna menghalau sinar mentari yang terasa menyilaukan pandangan matanya. "Ugh... tubuhku lelah sekali rasanya, gara-gara semalam kurang tidur." Gadis tersebut sedikit melakukan perenggangan pada seluruh anggota tubuhnya yang terasa pegal-pegal sebagai efek kurang tidur. "Sepertinya berendam air hangat bisa sedikit membantu," gadis tersebut kembali berujar sebelum bergegas memasuki kamar mandi. Perlahan ditanggalkan pakaiannya satu per satu, hingga menyisakan bra dan celana dalam. Mematut dirinya di depan cermin dan mendapati tanda semacam bercak ungu kebiruan di area sekitar leher dan pundakknya yang membuatnya bergidik ngeri. "Mengerikan! Siapa pun lelaki b******k itu, aku berharap semoga dia akan mendapatkan karma atas perlakuan bejatnya padaku." Gadis tersebut kemudian segera merendam dirinya ke dalam bak mandi yang telah terisi air hangat. Ia menyabuni dirinya berulang kali untuk menghilangkan jejak lelaki biadab yang telah berani melecehkannya. Setelah satu jam berkutat dengan kegiatan mandinya, gadis tersebut segera bergegas menyiapkan peralatan perkuliahannya dan segera berangkat ke kampus. ___ Sesampainya di kampus, Fey berjalan dengan pelan ke arah lokernya. Ia mengenakan celana jeans panjang yang dipadukan dengan baju lengan panjang dan juga syal berwarna coklat yang sengaja ia kenakan untuk menutupi adanya bekas kissmark di area lehernya. Segerombolan anak perempuan tampak tengah asik bergosip ria dengan teman sebayanya. Akan tetapi, Fey hanya bersikap cuek dan terus melanjutkan langkahnya menuju loker tanpa menghiraukan sekumpulan para penggosip itu. Samar-samar terdengar grasak-grusuk dari para mahasiswi yang masih asik membicarakan hot topic hari ini. "Hey! Kau tau? Katanya salah satu pemegang saham di universitas ini akan datang loh.." "Oh ya? Paling-paling juga orangnya sudah tua, gendut, dan beruban. Haha..." suara derai tawa dari sekumpulan mahasiswi yang tengah bergosip hanya ditanggapi dengan gelengan kepala oleh Fey. Meskipun Fey termasuk anak yang pendiam, tapi ia cukup mengetahui adanya berita-berita terbaru yang tengah menjadi hot topic kampus seperti saat ini. Dari kecenderungannya yang sering menyimak dalam diam, tanpa ada niatan untuk ikut bergosip. Karena ia sama sekali tidak tertarik dengan hal-hal sepele seperti bergosip ria. "Hey dengarkan aku dulu, katanya dia masih muda dan tampan." Para mahasiswi itu terus menggosip tanpa memperdulikan sekitar. "Kau serius?" "Tentu, hey! Itu dia mobil pemilik saham yang kukatakan." Sontak segerombolan mahasiswi itu langsung berkerumun menuju sumber keributan. Mereka saling berdesakan untuk bisa melihat siapa gerangan yang telah menjadi hot topic kampus saat ini. Dan setelahnya Fey dapat mendengar pekikakan histeris dari para mahasiswi yang sedang melihat sosok -si pemegang saham yang dibicarakan itu-. Fey hanya mengangkat kedua bahunya acuh dan bergegas pergi menuju ruang dekan. Namun seketika Fey dapat merasakan bahwa ada sepasang mata berwarna abu-abu yang tengah menatapnya dengan intens. Diikuti sebuah seringai kemenangan yang ditujukan untuk Fey, membuat segerombolan mahasiswi semakin berteriak histeris, karna dianggap seringaian itu ditujukan kepada mereka. Fey masuk ke dalam ruang dekan dan sedikit terkejut saat melihat ada sosok pria lain -selain dekan- yang ikut masuk ke dalam ruangan dekan lalu berjalan dengan santai menduduki sofa yang tersedia di dalam ruangan tersebut. Melihat ada sosok lain yang ikut masuk membuat Fey tak urung sedikit merasa terkejut, Fey sangat mengenali gestur tubuh pria itu dari belakang meskipun dia hanya sekali bertemu dengan pria itu, tapi Fey yakin pria itu adalah pria yang sama dengan pria b******k yang dengan kasarnya telah melakukan pelecehan terhadapnya. Fey menghela nafas berat sebelum melanjutkan langkahnya, dia berusaha tidak menghiraukan kehadiran pria tersebut dan dengan acuh melangkah ke arah dekannya untuk mendiskusikan segala hal yang berhubungan dengan KKN-nya nanti, agar secepatnya ia bisa keluar dari ruangan yang entah mengapa atmosfernya mendadak berubah menjadi canggung ini, karena Fey sendiri merasa sudah tidak tahan dengan tatapan pria tersebut terhadapnya yang seolah oleh tatapan matanya itu menelanjanginya secara terang-terangan. Membuat Fey bergidik pelan. Setelah Fey selesai dengan urusannya, dia segera berjalan cepat keluar ruangan karena dia tidak tahan jika terlalu lama berada di ruangan yang sama dengan pria tersebut, apa lagi ditemani dengan tatapan mengerikan seperti itu. Tanpa diketahui oleh Fey, pria tersebut telah meminta dekan yang ada di depannya saat ini untuk menyuruh Fey menemuinya di ruangan yang sangat privasi dan dekan tersebut menyarankannya untuk memakai ruang istirahatnya yang kebetulan di dalamnya terdapat single kasur yang biasa digunakan jika sewaktu-waktu si dekan lembur juga dilengkapi dengan fasilitas kedap suara di sepanjang dinding yang melingkupi ruangan tersebut. Dengan mendengarkan detail ruangannya saja, pria itu langsung menyetujui untuk menggunakan ruangan tersebut sebagai tempat pertemuannya nanti dengan si gadis cantik yang dengan beraninya menolak perlakuannya dan mengacuhkan kehadirannya. Sehingga dia memiliki rencana licik untuk menghukum gadis itu, dan menjadikan dia miliknya seutuhnya, meskipun tanpa dasar cinta di dalamnya, dia ingin gadis tersebut ia jadikan sebagai pemuas nafsunya atau b***k nafsunya. Agar gadis itu tidak dapat membongkar rahasianya yang sudah tersusun rapi selama bertahun-tahun lamanya. Fey berjalan dengan lesu ke arah kantin. 'Kenapa aku harus bertemu lagi dengan orang b******k itu? Argh, kalau begini caranya apa yang dapat kulakukan?' Fey menghela napas berat dan duduk di antara meja kursi yang tersedia di kantin fakultasnya, sampai ketika ada seorang mahasiswa yang memberitahukannya bahwa dia disuruh menemui dekan di ruangan pribadinya. Dimana hal itu berarti sebuah ruangan yang sangat privasi dan hanya mahasiswa terpandang yang dapat memasuki ruangan tersebut, sedangkan Fey? Dia hanya gadis biasa yang dengan beruntungnya bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di Harvard University, sementara keluarganya? Mereka berada di Indonesia, karena Fey bukan asli orang sini. Setelah mendengar informasi tersebut, Fey segera menuju ke ruangan pribadi dekan yang berada di dalam ruangan kerja dekan tersebut. Setelah sampai di dalam ruangan dekan, dia segera masuk dan berjalan ke arah pintu besar yang berada di pojok ruangan yang bertuliskan ' privat room'. Dengan sangat berhati-hati, Fey memutar knop pintu lalu membukanya secara perlahan, kemudian dia berjalan memasuki ruangan tersebut. Saat berada di tengah-tengah ruangan dia dapat mendengar suara pintu yang terkunci dari arah belakangnya, Fey segera menoleh ke arah belakang dan mendapati seorang pria yang tadi ditemuinya di ruang dekan sekaligus pria b******k yang dengan seenaknya melecehkannya. "Hello honey, kita bertemu lagi sayang," pria tersebut melangkah mendekati Fey. sedangkan Fey, Fey terus melangkah mundur sampai pahanya menabrak nakas di samping tempat tidur. Setelah dirasa tidak dapat mundur lagi, Fey segera menunduk ketakutan tanpa ada niatan untuk membalas tatapan pria b******n itu. Pria itu terus berjalan maju mendekati Fey yang sedang ketakutan saat ini, setelah dia berhasil menempelkan badannya kepada tubuh Fey dan merasakan sesuatu yang empuk terasa menekan d**a bidangnya, membuat sesuatu yang berada di bawah sana bergejolak seolah meronta ingin segera dipuaskan, pria ini sangat menginginkan gadis yang sedang ketakutan di hadapannya kini, meskipun dia baru saja bertemu dengan Fey beberapa hari yang lalu. Tapi... Keinginan gilanya membuat pria ini tidak sabar hingga tanpa aba-aba dia segera mencium Fey dengan kasar, sedangkan Fey yang secara mendadak mendapatkan ciuman kasar yang tak terduga segera saja berusaha untuk memberontak meminta dilepaskan. Tapi semakin Fey bergerak, maka semakin kasar juga pria ini memperlakukan bibir Fey. Fey terus berontak sekuat tenaga tapi ternyata tangan pria ini tidak ingin tinggal diam begitu saja, segera saja tangannya mencengkram tubuh Fey. Tetapi Fey bukan tipikal gadis yang gampang menyerah, dengan kekuatan penuh dia menginjak kaki pria ini dan membuat pria ini bergerak mundur barang sejenak. Hal ini merupakan kesempatan bagi Fey untuk kabur, tanpa melihat ke arah pria itu lagi Fey segera berlari ke arah pintu dan mencoba membuka pintu yang naasnya dia lupa bahwa pintu ini sudah dikunci sebelumnya. Fey berbalik ke arah pria itu dan menatap dengan nanar ke arah pria itu. "Kumohon lepaskan aku," Fey memohon lirih dengan tatapan yang dibuatnya semelas mungkin. Pria itu bergerak maju mendekati Fey dan menciumnya lagi, kali ini entah dari mana pria ini mendapatkan seuntai tali dan dengan segera berinisiatif mengikat kedua tangan Fey di belakang kepalanya. "Lepaskan!" Fey berusaha melepaskan tangannya yang terikat, tapi tiba-tiba saja dia mengeluarkan suara aneh dari mulut mungilnya saat pria ini memeras salah satu titik sensitifnya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya tengah berusaha merobek baju lengan panjang Fey dan menanggalkan satu persatu baju bagian atasnya sampai Fey benar-benar tanpa busana. Ciuman pria itu kini beralih dari bibir Fey menuju lehernya, lalu ia meninggalkan bekas kiss mark di sana sebagai tanda kepemilikan, lalu ciumannya turun lagi ke bawah dan bermain Fey dengan keras, membuat Fey mengerang kaget. Pria itu lalu membopong tubuh lirih Fey ke arah bed single yang berada di ruangan tersebut dan membaringkannya di sana. Kasur yang hanya muat satu orang itu berdecit saat pria ini mulai menindih tubuh Fey dan mulai memainkan bagian sensitif di tubuh Fey. Merasa belum puas dengan apa yang dilakukannya, ia mengambil sebilah cutter di atas nakas dekat kasur lalu mengubah posisinya yang semula menindih tubuh Fey menjadi duduk,sambil menimang-nimang cutter yang ada di tangannya. "Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Fey gemetar, saat melihat pria ini mulai mengarahkan cutter tersebut ke arah perut Fey. Fey memejamkan matanya saat cutter tersebut hampir menyentuh celana jeans-nya, namun tanpa diduga ternyata pria itu menggunakan cutter-nya untuk merobek celana jeans yang dikenakan Fey, hingga membuat celana itu terkoyak habis di tangan pria ini dan meninggalkan sehelai G-string yang menutupi k*********a saat ini, Fey merasa ingin menangis saat melihatnya. Setelah Pria itu selesai dengan tugasnya, dia membuka G-string tersebut secara paksa dan melemparnya secara asal-asalan diikuti dengan pria ini yang turut melepas semua pakaiannya, sehingga membuat mereka saat ini benar-benar tanpa sehelai benang pun yang menutupi. Pria itu kembali menindih tubuh mungil Fey dan mulai melakukan aksinya, dimulai dengan kembali mencium kasar bibir Fey, hingga meninggalkan bercak-bercak merah di leher dan d**a Fey. Lalu tiba saatnya pria ini menuntaskan fantasi liarnya. Dia tak sabar untuk merasakan berada di dalam gadis yang saat ini sedang menangisi nasibnya. Tapi di luar itu semua, tubuhnya seakan merasakan sesuatu yang belum dia rasakan sebelumnya, perasaan nikmat bercampur rasa sakit dan perih atas perilaku pria itu yang agak kasar. Karena Fey memilih untuk menutupi emosinya, jika dia dengan terang-terangan menunjukan raut wajah yang dia rasakan, itu akan membuat pria ini merasa menang darinya. Pria ini mulai berancang-ancang untuk memasukan miliknya ke dalam lubang kenikmatan surgawi gadis ini. Dan perlahan-lahan memasukannya ke dalam dengan sangat hati hati. Setelah pria ini merasakan sesuatu penghalang di dalamnya, dia mulai memaksa masuk dengan kasar. Blush... Miliknya masuk dengan sempurna hingga membuat Fey menitikan air mata kesakitan. Untuk pertama kalinya mahkotanya diambil oleh pria yang tidak dikenalnya. Pria itu mendiamkan miliknya di dalam hingga Fey sudah bisa menerimanya. Lalu dengan gerakan tiba-tiba pria itu memasuk-keluarkan miliknya tanpa ampun. "Ugh, hentikan ...," desah gadis itu sambil berderai air mata menahan perih di kewanitaannya, sedangkan pria yang sedang berada di atasnya saat ini terus melakukannya hingga membuat gadis, ah ralat wanita ini terengah-engah. "Ough... you're so hot baby, I wanna cum... arghh!" Pria itu berteriak sambil mengeluarkan miliknya dari kewanitaan Fey agar tidak mengeluarkannya di dalam. Karna dia tak ingin mengambil resiko menghamili seorang gadis. Fey tidak bisa mengelak, tenaganya jauh lebih lemah jika dibandingkan dengan pria yang ada di depannya ini. Ia hanya bisa menangis, merutuki nasibnya yang buruk. Entah kesalahan apa yang pernah dilakukannya hingga dia bisa berada dalam kondisi mengenaskan seperti ini. Bahkan dia berharap bahwa semua ini hanya sebuah mimpi buruk, tidak terpikirkan olehnya bahwa dia akan diperlakukan dengan hina oleh seseorang yang sama sekali tidak dia kenali. "You're mine ...." desah pria ini di telinga Fey.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD