Bab 3

1008 Words
Xavin dan Raline adalah partner ranjang yang bisa saling memuaskan, ketika Raline berada di bawah Xavin, atau Raline yang berada di atas Xavin, keduanya bisa saling merasa terpuaskan satu sama lain. Xavin akui, bahwa Ralin jauh lebih baik daripada Grace ketika berada di atas ranjang, tetapi meski begitu, cinta Xavin ke Grace tidak akan pernah berubah, mungkin sekarang baginya Raline hanya partner pemuas nafsu, sedangkan Grace adalah wanita yang sangat ia cintai. Tidak pernah ada dalam pikiran Raline kalau ia menikah hanya karena permintaan dari saudaranya, bukan karena Raline yang benar-benar menginginkan pernikahan itu, Raline memang memiliki rasa pada Xavin, tetapi tidak dengan Xavin, ia jelas-jelas sangat mencintai Grace. Dan sialnya Raline tidak bisa menolak keinginan kakak sepupunya itu, sejak kecil mereka selalu Bersama dan sangat akrab, dan apalagi sekarang Zio memiliki tidak sosok seorang ibu yang bisa mengurusnya, maka dari itu Raline tidak menolak keinginan Grace. Setelah Lelah bermain di atas ranjang dengan pelu yang sudah menetas, mereka pun mengistirahatkan tubuh masing-masing, lalu Raline menoleh ke arah Xavin yang kini sedang memejamkan matanya. “Xav, aku belum siap meninggalkan dunia modelku, aku ingin Kembali ke New York.” Memang tidak semudah itu Raline meninggalkan dunia yang selama ini membesarkan namanya, ia tidak semudah itu beranjak dari dunia yang sudah ia cintai dengan sedemikian rupa. Xavin menggeleng, lalu menoleh ke arah Raline yang sedang menatapnya dengan tatapan intens. “Oh, tentu saja tidak, Ra, kau sekarang istriku dan aku tidak akan membiarkanmu untuk Kembali ke New York apalagi melihatmu menjadi model. Aku tidak suka melihatmu berjalan dengan berlenggak lenggok di atas panggung lalu memamerkan tubuhmu hingga banyak pria yang menginginkanmu, aku tidak suka berbagi milikku, Ra,” ujar Xavin dengan ekspresi datar yang menjadi favoritnya, terkadang Raline bingung, padahal hubungan yang mereka jalani bukan karena mereka yang menginginkannya, tetapi hanya karena permintaan dari Grace, seharusnya Xavin tidak masalah jika Raline Kembali ke New York dan tetap melanjutkan karirnya sebagai model. Raline memutar matanya kesal. “Kenapa? Seharusnya kau tidak masalah kalau aku Kembali ke New York, lagipula kau tidak mencintaiku, untuk urusan Zio, biar aku yang membawanya ke New York, dan kau tidak perlu khawatir akan hal itu, aku yang akan mengurusnya dengan baik dan tidak melupakan tugasku sebagai ibunya Zio.” Ralin termasuk wanita yang keras kepala, ia tidak mau kalau keinginannya ditolak, ia harus mengusahakan sekuat tenaga agar Xavin mengizinkannya untuk Kembali ke New York. Ia punya kehidupan yang harus ia lanjutkan, jujur saja Ralin belum terlalu siap untuk menjalani kehidupan sebagai seorang istri sepenuhnya, masih ada dunianya sendiri yang ingin ia lanjutkan. Raline layaknya Xavin, sekeras apa pun Raline, lebih keras lagi Xavin, kalau Xavin sudah bilang A berarti harus A, tidak ada yang boleh membantah atau menentangnya. “Kalau kau tetap bersikeras untuk Kembali ke New York, aku tidak akan segan-segan untuk menghancuran agensi yang menaungimu, kau pasti tahu siapa aku yang tidak pernah main-main dalam ucapanku,” ujar Xavin masih dengan tatapan datar, tetapi kali ini jauh lebih tajam dari sebelumnya. Yang bisa mencairkan hati Xavin hanya Grace, istri yang sangat dicintainya, dan mengingat hal itu membuat ia marah. Ia kesal ketika mengingat kalau ia hanya istri kedua yang tidak dicintai oleh Xavin. “Kau ini keras kepala, Xavin, bisa tidak kau mendengarkan apa yang aku minta, aku tidak minta apa-apa, aku hanya ingin Kembali ke New York dan melanjutkan karirku sebagai model, lagipula belum ada yang tahu kalau aku ini sudah menikah, dan terlebih lagi orang-orang tahu kalau Zio memang keponakanku bukan anak sambungku, kenapa kamu sangat egois, Xav?!” Raline mengatakan itu dengan suara yang lantang hingga Xavin kesal dengan sikap istri mudanya ini yang tidak ada sopan santunnya. Xavin masih tetap tenang, berbeda dengan Raline yang sudah menggebu-gebu. “Kau bilang aku yang keras kepala? Kau lupa, kau juga seperti itu, Ra. Dan jangan sekali-kali kau berteriak saat berbicara denganku, tunjukkan sopan santunmu pada suamimu. Kau ini wanita berpendidikan, bukan wanita yang tumbuh dan tinggal di hutan.” “Oke, aku minta maaf, tapi izinkan aku untuk Kembali ke New York, dan melanjutkan karirku ya, Xav.” Raline masih berusah membujuk suaminya ini, ia bisa saja langsung kebur ke New York, tetapi hal itu tidak bisa ia lakukan tanpa seizin Xavin, bisa-bisa ia murka dan melakukan apa saja yang ia inginkan termasuk menghancurkan agensi yang menaungi Raline seperti yang ia bilang tadi. “Kau ini keras kepala, Raline, kalau aku bilang tidak ya tidak, jangan membantah apa yang dikatakan oleh suami. Orang-orang melihatmu wanita yang sempurna, sementara di mataku kau hanya wanita keras kepala yang menyebalkan,” ujar Xavin kemudian memejamkan matanya. “Lebih baik kau tidur, besok malam aku akan ajak kau ke perusahaan untuk diperkenalkan sebagai istriku, biar semua orang tahu kalau Raline mantan model kini jadi istri keduaku.” Raline terkejut bukan main, pasalnya ia belum siap untuk memberi tahu siapa pun kalau ia sudah menikah, kalau orang-orang tahu tentang statusnya itu sama saja mengorbankan karirnya, jarang sekali ada agensi yang menerima model yang sudah menikah, termasuk agensi yang sekarang menaungi Raline. Raline membuang napas kasar. “Tidak, aku belum siap untuk diperkenalkan ke publik, kau sengaja ya, kau ingin menghancurkan karirku, Xav?!” Xavin langsung memeluk Raline dengan amat erat hingga perempuan itu kesulitan bernapas. “Diam, daripada aku membuat kau mendesah di bawahku lagi, kau pasti sudah Lelah.” Raline langsung terdiam di dalam dekapan Xavin, hatinya lemah jika sudah dipeluk seperti ini, jantungnya berdegub dengan kencang seakan mau melompat dari tempatnya. Gugup sekali rasanya didekat oleh laki-laki yang ia cintai. Seraya tetap memeluk istrinya, Xavin bersuara. “Apa kau deg-degan, Ra? Jantungmu yang berdegub dengan kencang bisa kudengar.” Raline menggeleng, ia tidak mau kalau suaminya ini mengetahui perasaannya yang sebenarnya, kalau Raline memang mencintai Xavi, bisa-bisa pria ini menjadi kerasa kepala.. “Jantungku berdegub karena kau yang memelukku cukup erat, Xav.” Raline pun hendak melepaskan pelukannya Xavin, tetapi sang suami langsung menahannya. “Sudah ya, begini saja, biar kita tidak terus berdebat sampai pagi.” Raline tidak lagi memberontak, ia pun memejamkan matanya dan menyusul suaminya yang sudah terlelap lebih dulu. ***    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD