Adinda terus menatap wajahnya di cermin meyakinkan bahwa tak ada lagi bekas apapun di sana. Ia pun menatap tangannya, hanya tersisa goresan yang sudah mengering. Lebamnya mulai memudar, namun rasa ngilu di tubuhnya masih terasa. Bekas-bekas ini adalah yang tersisa di tubuh Adinda sejak having s*x nya di malam itu bersama pria tampan bernama Yoyo. Sahabat dari kekasihnya sendiri, yaitu Juna. Sangat gila bukan?!!.
Adinda memejamkan matanya perlahan, perasaan aneh menjalar ke seluruh tubuhnya. Perasaan aneh yang bernama rindu. Ia merasa merindukan pria itu, padahal awalnya ia sangat merasa sangat takut. Entah rindu atau candu akan permainan kasarnya. Tanpa sadar Adinda menyentuh beberapa bagian di tubuhnya, ia mengingat sentuhan Yoyo yang begitu gila ia rasakan di sana.
Kenapa ia malah mulai merasakan getar aneh?..
“Ya Tuhan, Dinda kenapa kamu begitu bodoh sih harus mengingatnya lagi ? Yoyo sakit jiwa dinda” guman dinda menatap bayangannya di cermin.
Semenjak malam itu, Adinda benar-benar menghilang dari Yoyo maupun Juna. Ia memblokir nomor Yoyo dan semua sosial medianya. Adinda berharap ia tak lagi terlibat dengan Yoyo, selain karena malu ia pun takut terjerat pesona pria tampan itu.
Ia memang tampan, namun juga mengerikan.
Tapi hari ini ia harus bertemu Juna, karena pria itu terus memaksanya bertemu. Alasannya ia tak ingin bertemu adalah bagaimana jika Juna melihat semua lebam di tubuhnya. Apa yang harus Adinda katakan? Bagaimana jika Juan curiga padanya lalu mengetahui siapa pelakunya?.
Oh Tuhan memikirkannya saja sudah membuat tubuh Adinda bergetar. Kenapa juga ia sebodoh ini harus tidur dengan sahabat pacarnya sendiri. Tiba-tiba getaran ponselnya mengejutkan Adinda. Ia melihat sebuah pesan, dari Juna. Mengatakan untuk menemuinya di tokonya. Adinda menatap kosong ke depan cermin. Benar.. Ia harus berani bertemu Juna, nantinya ia akan mengarang alasan soal bekas luka di tubuhnya.
Toko milik Juna terlihat sepi karena ia memang tak membuka tokonya hari ini. Juna memiliki toko baju khusus pria, dan itu cukup besar. Juna sebenarnya berasal dari keluarga kaya, namun pria itu lebih senang mengandalkan usahanya sendiri. Adinda membuka pelan pintu kaca tersebut dan menguncinya kembali seperti yang diminta Juna tadi. Mata Adinda menatap ke sekeliling ruangan yang temaram. Mencoba mencari Juna, ahh ternyata pria itu sedang duduk di sofa depan fiting room.
Adinda melangkah pelan dan betapa terkejutnya ia menatap foto yang ada di laptop Juna. Foto ketika ia masuk kerumah Yoyo malam itu. Siapa yang begitu lancang telah mengambil gambar dirinya. Tampaknya itu ulah salah satu teman dekat Juna juga.
“Ehem....” Suara Juna mengejutkan Adinda.
Ia menatap pria itu hanya duduk diam melihat layar laptopnya “Jun... maaf..”
“Duduk di sini, aku mau tanya sesuatu sama kamu”.
Dinda melangkah pelan lalu duduk disebelah Juna. Ia bisa melihat jika pria ini sedang menahan amarahnya.
“Jelasin kenapa kamu bisa berada dirumah nya Yoyo malam itu? “
Dinda hanya terdiam, ia enggan menjelaskannya. Mana mungkin ia bisa jujur, itu sama saja cari mati namanya.
“Dinda... Aku ini nanya sama kamu ya? Buruan di jawab pertanyaan ku!!!”
Oke Juna benar-benar marah sekarang.
“Aku dirumah Yoyo hanya mampir istirahat Jun, lagian di saja ada kakak perempuannya Yoyo” Ujar Adinda sambil tertunduk. Ia takut menatap wajah Juna yang marah.
Juna hanya tersenyum sinis, mendengar apa yang Dinda katakan.
“Kamu ga perlu bohong sama aku Dinda, kakaknya Yoyo malam itu lagi ada tugas di luar kota. Kenapa kamu malah mengarang cerita hahh?!! Jawab kamu tidur kan sama Yoyo!!! “ Teriak Juan begitu nyaring di telinga Adinda.
Shit....!!
Kalo dia tahu untuk apa dia bertanya seperti ini.
“Aku benar ga ngapain-ngapain kok! Seterah mau percaya apa ga !!” Adinda terlihat akan bangun dan beranjak pergi.
Ia rasa percuma menjelaskannya jika Juna memang tahu ia berbohong. Emosi Juna menjadi tersulut melihat Dinda yang akan pergi tanpa merasa bersalah. Ia menarik kuat tubuh dinda dan mendorongnya hingga mengenai pintu fiting room.
“Aaahh...” Erang Dinda, kepalanya terasa sakit saat menghantam keras pintu tersebut.
Juna semakin emosi melihat ada sisa lebam di wajah Dinda juga tangannya yang tergores.
“Sialan!!! Kamu tidur kan sama dia??!! Nih buktinya luka di tangan kamu” Juna menarik tangan Dinda yang menyisakan bekas luka.
“Asal kamu tahu, aku udah dari lama tahu kalau Yoyo itu maniak!!! Dia selalu main kasar kalau tidur sama cewek!!! “ Juna pun menarik rambut dinda dengan kasar, ia benar-benar dikuasai oleh amarahnya.
“Kamu benar-benar p*****r Dinda, kenapa kamu tega main sama sahabat aku sendiri?!!! “
“Jun.. cukup !!! Kamu sama kayak aku! Kamu kan juga suka make perempuan sana sini !!!
Kini Adinda benar-benar merasa marah, apalagi Juna terus menyudutkannya, dan kasar padanya.
“Plak.... !!!” Tamparan kasar melayang ke pipinya, kembali wajahnya membiru dan darah mengalir di sudut bibirnya.
“Lihat aku jalang.. Kamu ga berhak main sama cowok lain!!! Memang cewek murahan kayak kamu ga pantas di pacarin!!”
Kini sebuah tinju kembali melayang ke wajah Adinda, dan membuatnya merasa pusing. Darah mengalir di hidungnya. Juna hanya diam menatap gadis di hadapannya sekarang, ia benar-benar emosi dan ingin memukuli Adinda hingga mati. Tapi ia ingat itu akan jadi sia-sia saja.. p*****r tetap lah p*****r, percuma memberi hati padanya.
“Bersihin darah kamu pakai ini! “ Juna melempar sekotak tisu di pangkuannya.
Dinda hanya diam wajahnya terasa begitu bengkak dan ngilu. Juna kembali gusar melihat sikap Dinda yang masih seperti batu. Harusnya ia minta maaf padanya. Juna kembali menarik rambut dinda dan menjatuhkannya dengan keras ke lantai.
“Kenapa kamu ga mau minta maaf sama aku din !!! Hahh?? Kamu itu salah dinda !!!”
“Ga..!!! Aku ga mau minta maaf, kamu sama aja brengseknya kayak cowok di luar sana. Main tangan aja bisanya “
“Alah b******k kamu ya !!! Aku bikin mampus aja kamu sekalian” Juna melayangkan kembali tinjunya ke wajah Dinda dan perutnya.
Kini dinda benar-benar merasa lemah, ia bahkan sulit untuk bernafas. Entah kenapa ia malah teringat Yoyo, konyol sekali bukan? Tanpa sadar mulut dinda memanggil lirih nama Yoyo..
“Yo... Yoo... Tolongin aku”
Juna terdiam tinjunya masih di udara, ia menatap nanar ke arah Dinda. Cewek ini babak belur dipukuli namun masih mengingat Yoyo. Juna pun mundur dan memukul keras etalase yang berisi deretan topi..
“Prang....!!!”
Pecahan kaca dimana-mana, Adinda hanya menatap terdiam. Ia melihat darah mengalir di tangan Juna. Dan pria itu terlihat sedang mencari ponselnya lalu menelepon seseorang.
“Yo kesini sekarang !!!”
Adinda mendengar samar nama Yoyo disebut dan ia pun menutup matanya. Terasa pusing luar biasa yang ia rasakan.