Yoyo sore itu terlihat uring-uringan, berkali-kali melihat ponselnya lalu terlihat lagi raut wajahnya yang penuh rasa kecewa. Ia terus memikirkan Adinda, entah kenapa Yoyo begitu merasa bersalah pada gadis ini. Setelah terahkir pertemuan mereka, ia membawa Adinda kerumah sakit. Namun gadis itu pergi begitu saja. Ia tak menunjukan emosi apapun, apakah ia marah atau tidak. Itu yang membuat Yoyo merasa frustasi.
“Adinda...Please.. Aku bisa mati gara-gara ga tahu keadaan kamu sekarang gimana” keluh Yoyo sembari menatap ponselnya lagi.
Gadis itu membuat Yoyo frustasi, sebabnya ia benar-benar tak bisa menemui apalagi menghubunginya. Adinda benar-benar menghilang darinya. Yoyo tahu.. Adinda pasti takut dan jijik dengannya. Harusnya Yoyo masa bodoh, untuk apa ia terlalu pusing memikirkannya. Apalagi dinda pacar temannya sendiri, apa yang yoyo harapkan darinya.
Tiba-tiba sebuah telepon dari Juna mengejutkannya, terdengar nada suara Juna yang begitu marah. Perasaan yoyo jadi tidak karuan, apa ada hubungannya dengan peristiwa malam itu. Akhirnya Yoyo lebih memilih pergi, menghadapinya bukankah lebih baik daripada lari dari masalah. Tak lama hampir 20 menit Yoyo telah sampai di toko Juna yang tutup. Yoyo mencoba menbukanya namun terkunci, tapi tak lama pintu kaca tersebut dibuka. Dan terlihat wajah Juna yang penuh emosi namun juga gelisah. Ia meminta yoyo masuk, dan pemandangan di dalam toko yang kacau balau.
Pecahan kaca dimana-mana dan darah ?? Ini toko habis kerampokan atau apa sih ?!
“Yo sini...” Terdengar suara Juna memintanya masuk ke ruangan kerjanya.
Disana terlihat seorang gadis berambut pendek, ia sedang sibuk mengobati seseorang. Yoyo tahu gadis ini adalah selingkuhannya Juna, ia seorang perawat bernama Thalia. Tapi alangkah tercengangnya Yoyo menatap siapa gadis satunya yang terbaring.
Itu Adinda ..!!!
Tapi kenapa tubuhnya penuh lebam seperti habis dipukuli parah?
“Adinda....” Yoyo langsung menghampiri dinda yang terbaring, lebih tepatnya ia seperti orang pingsan.
“Jun dinda kenapa kayak gini ???” Tanya yoyo penuh rasa cemas.
Ia memang pernah kasar pada dinda namun, tak pernah ia terpikir harus melihat dinda babak belur semengerikan ini.
“Sorry Yo...” Ucap Juan dengan suara serak.
“Maksud kamu apa ??!!
“Tadi aku emosi banget dan ga sengaja mukulin dia”
Darah yoyo berdesir dan emosi tersulut di otaknya “Ga sengaja kamu bilang ?? Kamu lihat dinda sekarat b*****t !!!!”
Dengan cepat satu pukulan melayang ke wajah Juna hingga pria itu tersungkur ke lantai. Darah menetes ditepi bibirnya. Thalia menjerit takut melihat Juna jatuh.
“b******k kamu Yo... Sampai mukulin aku kaya gini cuma karena Adinda” ucap Juna sambil mengelap darah di bibirnya. Ia ingin membalas pukulan Yoyo, namun percayalah yang ada Juna bakalan makin bonyok.
“ Memang kenapa ?? Kamu pantas dapat itu karena udah bikin dinda kayak gini!!”
“Heeeehh kamu itu main sama cewek aku b******k !!! Dan kamu juga mukulin dia!! Kamu pikir aku ga tahu apa !!”
Yoyo hanya menatap dingin atas ucapan Juna “Tapi aku ga bikin dinda sampai sekarat kayak gini kan, oke... Maaf kalau aku main sama dinda... Kenapa aku main sama dia?? Karena aku suka sama dia b*****t !!!”
Kini kembali Yoyo memberikan pukulan kedua nya ke wajah Juna, dia hanya ingin membuat pria itu sama seperti yang dia lakukan ke adinda.
“Stop !!! Kalian berdua harus stop.. kita harus bawa Adinda secepatnya ke UGD !” Teriakan Thalia menyadarkan sisi waras Yoyo.
Benar harusnya sekarang ia bawa Adinda secepatnya kerumah sakit. s**t, Yoyo pun bergegas mengendong Adinda dan meminta Thalia membuka pintu toko tersebut. Yoyo langsung pergi tak peduli bagaimana keadaan Juna, di pikirannya hanya ada keselamatan Adinda.
Ia tak peduli puluhan mata menatapnya yang tergesa-gesa menggendong Adinda menuju mobil. Dan ia pun melaju kencang menuju rumah sakit terdekat. Adinda masih belum sadar dan itu membuat Yoyo semakin khawatir.
Please Adinda.. Kamu harus bertahan...
******
Bau obat dan warna putih disekeliling menyeruak di indera penciuman Adinda. Matanya berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk kupipilnya. Kepalanya terasa pusing, namun wajahnya lebih terasa sakit. Ia menatap ke arah tangannya yang terasa berat dan mulai kebas. Alangkah terkejutnya Adinda siapa yang berbaring disampinginya.
Itu Yoyo.. Dan ingatannya tentang pria ini kembali lagi.
Dinda mulai mengingat semuanya, rasanya tadi ia ketempat Juna dan. Ahhh ia dipukuli habis-habisan oleh pria itu. Adinda tak pernah berpikir jika Juna bisa melakukan hal sejauh ini. Biasanya ia hanya mendapat tamparan ketika pria itu bertengkar dengannya.
Dinda jadi penasaran bagaimana rupa wajahnya sekarang. Dinda menatap perlahan ke arah Yoyo, pria itu tertidur pulas. Astaga wajahnya benar-benar tampan. Gadis mana sih yang bisa menolak pesona nya. Namun jika mengenal lebih jauh pasti kalian akan terkejut dengan sisi gelapnya.
Bayangan malam itu bermain kembali di kepala Adinda. Bayangan dimana ia dan yoyo bercinta begitu gilanya. Sakit namun sangat nikmat. Jujur saja Adinda takut dan agak trauma dengan perlakuan Yoyo, namun melihat pria itu memohon maaf dan mencoba bertanggung jawab.
Adinda jadi merasa luluh. Bukan kah ia sama saja seperti Yoyo, Adinda begitu terobsesi soal seks. Ia bahkan bisa tidur dengan siapa saja jika sedang High. Bahkan Adinda tak cukup satu pria untuk bisa memuaskan nafsunya.
Entah trauma apa yang Yoyo alami dimasa lalu hingga bisa mempunyai sisi gelap yang sakit seperti ini. Apakah sama seperti yang Dinda alami? Dinda mengelus lembut puncak kepala Yoyo, pasti pria ini yang membawanya ke sini.
Semakin dinda menatap lama wajahnya, semakin itu pula desir aneh di benak dinda rasakan. Semakin dinda menatap lama wajahnya, semakin itu pula desir aneh di benak dinda rasakan, tapi mengalihkan pandangan darinya begitu sulit.
Dinda.. Jangan bilang kamu menyukai pria ini. Sakit jiwa ya kamu Din.
Tiba-tiba terlihat tubuh Yoyo bergerak sedikit sepertinya ia terbangun. Dinda menjadi panik sendiri, ia terlalu malu jika harus melihat Yoyo disini. Apalagi ia telah menjauhi Yoyo hampir 2 minggu lebih.
Astaga Dinda, tutup mata mu..
Namun dinda kalah cepat untuk pura-pura belum sadar. Yoyo telah menatapnya dan tahu jika ia telah bangun.
Wajah manis pria itu tersenyum simpul sambil bertanya “Dinda... udah bangun ???...”
“Haaah.. eh iya yo..” jawab Dinda salah tingkah.
Tangan Yoyo terulur pelan mengusap wajah dinda yang begitu bengkak dan biru. Mata menatapnya sedih.
“Uhhh sakit Yo...” Tanpa sadar Adinda mengaduh karena tangan yoyo menyentuh di bagian yang sangat sakit.
“Aaaa.. maaf dinda, sumpah ga sengaja” Wajah yoyo terlihat panik dan membuat Dinda tertawa pelan.
“Loh kok ketawa sih..” ucap Yoyo menatap heran ke arah Dinda.
“Hehehe ga papa.. dulu juga pipi aku lebam pas kita kesini kan..”
Yoyo tersenyum getir. Ia ingat 2 minggu lalu membawa Adinda kesini. Sumpah itu kenangan yang tak pantas di ingat. Namun dinda bisa menertawakannya dengan enteng.
“Maafin aku Dinda...” Suara Yoyo terdengar lirih.
“Kenapa minta maaf Yo..”
“Gara-gara aku din.. Kamu sampe di pukulin Juna kayak gini.., sebelumnya juga aku sempat nyakitin kamu”
“Tsk... Udah deh Yo jangan dibahas lagi”
Yoyo ingin bicara lagi namun dinda memberi isyaratnya padanya untuk diam.
“Yo... Setidaknya kamu lebih baik ketimbang Juna, pokoknya kamu ga perlu tahu alasannya apa.. yang pasti kamu itu baik.. oke“
Yoyo hanya terdiam, ia bahkan terlalu malu harus merespon apa. Lidahnya kelu, bagaimana bisa ia lebih baik..jika ia sendiri merasa tak sebaik dirinya yang sebenarnya.
Kamu terlalu polos Adinda...