Sejak Kecil (Baca Mulai bab 6)

1040 Words
Derik kecil terbiasa sendiri. Layaknya anak sebayanya yang bermain dengan teman lainnya, Derik juga melakukannya. Namun, Derik yang tak begitu suka bergaul, alhasil lebih banyak menyendiri setelah bermain sejenak. Ia hanya duduk memperhatikan teman lainnya. Hanya ada satu ornag yang alhirmya mendekatinya. "Diem aja. Kamu nggak ikut main?" sapa perempuan sebaya dengannya yang duduk menghampiri dirinya. "Udah tadi. kamu sendiri kenapa nggak main?" Perempuan itu balik ditanyai. Mengulas senyum di wajah pucatnya, ia menatap Derik dari samping. "Aku sakit, makanya nggak bisa main yang banyak tenaga." "Kamu sakit apa? Kalau sakit kenapa nggak di rumah sakit dan minum obat?" tanya derik lagi penasaran. "Bukan sakit seperti itu. Daya tahan tubuhku lemah. Aku harua minum vitamin setiap hari. Tapi aku tidak hisa main kejar-kejaran seperti yang lain. Makanya aku cuma duduk dan main boneka atau masak-masakan saja." Derik mengangguk. "Oh begitu." "Kalau kamu sendiri, kenapa nggak mau main?" Derik menatap teman-teman yang lain sedang main petak umpet. "Tadi udah, aku capek. Lagian aku nggak suka teriak-teriak dengan mereka." "Nama kamu siapa. Aku Derik," kata Derik memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan mengajak gadis di depannya menyambut uluran tangan. "Namaku Adel salam kenal ya," jawab Adel menjabat tangan Derik. Keduanya saling tersenyum dan memutuskan untuk main bersama meskipun ujung-ujungnya hanya mengobrol berdua sementara teman-teman mereka yang lain asyik bermain ke sana ke mari sambil tertawa Derik pun akhirnya menemani Adel mengobrol, saling bercerita tentang kehidupan masing-masing. Bagaimana keduanya adalah sama-sama anak tunggal. Derik sendiri sudah menjadi yatim piatu karena orang tuanya meninggal dan tinggal bersama pengasuh yang sudah lama bekerja dengan orang tuanya tengah tuh yang biasa ia Panggil dengan sebutan nenek. Meskipun orang tersebut sudah tua namun karena sudah kepercayaan keluarga dari nenek kecepatan dan mampu merawatnya meski orang tua sudah tidak ada. Soal urusan keuangan diserahkan pada pengacara yang memang awal sudah diberi tugas jika terjadi apa-apa dengan keuangan itulah Derik bisa tetap memperkerjakan nenek di sampingnya juga tidak kekurangan apapun dari segi pendidikan dan kebutuhan sehari-hari sampai saat dia bisa memegang sendiri perusahaan yang diwariskan untuknya. Tak beda jauh dengan Adel. Gadis itu juga anak tunggal namun dengan orang tua yang masih lengkap karena tubuhnya memang rapuh dan harus mengonsumsi obat agar daya tubuhnya tidak drop maka orang tua Adel pun begitu posesif dan protektif pada kesehatan Adel. Ia tidak bisa bermain lama atau Adel akan kambuh. "Nggak enak juga ya kalau jadi anak tunggal," kata Adel sambil menatap teman-temannya sedang membeli jajanan dan tengah menikmatinya sambil duduk sementara jadinya dan Derik masih duduk saja mengobrol berdua. "Ya memang tapi kadang juga aku merasa senang tidak ada orang yang bertengkar denganku. Lagipula kamu masih beruntung ada orang tua yang berada disampingmu sementara aku hanya punya nenek yang menjagaku setiap hari karena orang tuaku sudah tidak ada." Adel menggangguk. Benar juga ia masih beruntung memiliki orang tua apa jadinya jika ia tidak punya orang tua dan harus menghadapi penyakit yang merepotkan ini. "Iya tapi lebih enak kamu nggak dibebani sama penyakit seperti aku yang banyak sekali larangan nggak bisa kemana-mana kata mama aku harus rajin minum obat banyak vitamin yang harus aku konsumsi agar badan tetap sehat." "Jadi intinya kita sama-sama punya kekurangan dan kelebihan. Tapi sebaiknya kita syukuri saja kata dari menenangkan." Adel mengangguk ia menatap jarum jam di pergelangan tangannya rupanya sudah waktunya ia harus kembali ke rumah menoleh pada Derik. "Ayo main ke rumahku. jalau kamu nggak punya teman di rumah, kita main saja ke rumahku karena aku enggak dibolehkan main ke rumah teman dan di rumah pun juga aku tidak punya teman untuk bermain," ajak Adel untuk mengajak Derik main ke rumahnya. "Ya kasihkan alamatnya saja nanti biar aku diantar sopir ke rumah kamu soalnya aku juga tidak pernah main ke rumah siapa siapa paling aku hanya pergi ke sekolah setelah pulang juga aku sudah di rumah saja." Keduanya pun berpisah dari pulang bersama sopirnya. Nenek juga sudah datang yang ikut menjemput jadinya sementara Adel juga sudah dijemput oleh sopir menuju rumah. * Pertemuan pertama Adel dan Derik mengesankan bagi keduanya sehingga seperti janji derik dan juga keinginan Adel bahwa laki-laki itu akan main ke rumahnya saat dihubungi melalui telepon rumah bahwa dari akan datang ke rumah Adel begitu senang. Ia begitu bersemangat menceritakan kepada mama dan Papanya bahwa ia berkenalan dengan teman baru dan hendak main ke rumah. Saat Derik datang Adel sampai berlari-lari kecil menyambut kedatangan teman baru tersebut mereka menghabiskan waktu di di Gazebo belakang rumah Gimana doanya bisa mengobrol bermain sambil Adel menggambar dan Derik membaca beberapa buku milik Adel. Makanan kecil pun datang sebagai suguhan kedua orang tua Adel merasa senang anaknya memiliki teman yang akhirnya bisa membuat tawa di wajah dengan lembut mengembang begitu indah karena sejak memutuskan sekolah di rumah, mengingat kondisi yang tidak sehat kita harus berada di sekolah pada umumnya dengan begitu banyaknya kegiatan an-nahl inilah yang membuat orang tua adalah merasa senang akhirnya ke anak bisa terlihat senang tidak murung seperti kemarin kemarin lagi. Karena saking seringnya Derik datang ke rumah Adel dan sudah mengenal kedua orang tua Adel, saat ulang tahun Derik, Adele meminta izin pada orang tuanya untuk datang ke rumah Derik untuk memberi kejutan. karena selama ini hanya Derik yang ke rumah Adel. Dengan berbagai pertimbangan dan orangtua Adel juga sudah mengenal sosok Derik akhirnya orang tua Adel pun mengizinkan anaknya pergi ke rumah Derik. Baru pertama kalinya pergi ke rumah teman. Namun karena masih khawatir Mama Adel pun juga ikut hanya untuk mengawasi. Ulang tahun Derik memang tidak mengundang banyak orang dan tidak dirayakan hanya saja acara tersebut khusus dari Adel untuk merayakannya bersama dengan dari maka ia sudah menyiapkan kue dari rumah dan Adel pun juga sudah menyiapkan kado yang ia beli bersama mamanya. Derik yang tidak tahu bahwa Adel akan datang di hari ulang tahunnya yang biasanya sepi tanpa ada perayaan dan ucapan juga merasa senang. Nenek pun demikian karena bagaimanapun nenek adalah saksi hidup dari menjalani hidup setelah kepergian orang tuanya acara ulang tahun ini tahun kedua ia sendiri. Memang saat masih lengkap Derik tidak merayakan meskipun kedua orang tua Derik masih ada Begitulah tipe Derik yang tidak mudah bergaul dengan banyak orang membuat laki-laki itu itu memutuskan tidak ingin merayakannya namun sekarang berbeda. Ia sudah punya Adel yang yang memberi warna baru dalam kehidupan suramnya sebagai yatim piatu. _
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD