Adaptasi (Baca mulai bab 6)

1071 Words
Untuk pertama kalinya Viona pergi sendiri, jauh pula. Ayahnya menangis begitu keras kala mendengar sang anak dan alasannya merantau pada dirinya. Sang ayah tak kuasa membebankan tanggung jawab begitu besar pada Viona. Sudag yatim, sekarang malah pergi mengadu nasib. Meski berat, ayah Viona akhirnya merestui meski dengan berat hati. Pertama kalinya juga ia naik pesawat. Untung ia bersama Bulek dan keluarganya. Selepas menikah di desa, Bu Lek juga suami dan anaknya kembali lagi ke Samarinda. Vion pun menerima tawaran tersebut. Setelah turun di kota Balikpapan, perjalanan dilanjutkan dengan travel sekitar tiga jam perjalanana. Sepanjang jalan Viona tak memejamkan maya sama sekali. Pemandangan sekitar hanya dipenuhi hutan dan jalanan yang berkelok naik serta turun. Ia malah membayangkan ia nanti hidup di hutan. Begitu masuk daerah samarinda, barulah Viona mendapati bangunan kota yang menjulang. Hingga tiba di rumah kontrakan bekas Bulek tempati dulu. Beliau sudah pindah, namum sewa bulanannya masih lama dan juga beberapa barang Bu lek masih ada di sana. "Nah, ini rumah Bu Lek dulu. Kayu, tapi lumayan enak. Tetangga nggak berisik, bayar air dan listrik masing-masing." Melihat bangunan dari dinding sampai lantai berbahan kayu, Viona merasa asing. Namun saat tadi di di perjalana ia juga banyak melihat rumah kayu bahkan di pinggir dan atas sungai, membuat Vioa mencoba maklum. "Ya udah kamu istirahat ya. Bu lek langsung ke rumah suami Bu Lek. Nanti kamu main ya." Bu Lek pamit, tinggal Viona sendirian. Memantapkan diri bahwa ia akan baik-baik saja. * Peninggalan Bulek Fiona pun mulai menata rumah kontrakan yang ditinggalkan oleh tetangganya yang baik hati tersebut sudah ada perabot yang ditinggalkan juga jadi Viona tidak bingung membeli perabot tersebut. Kamar di rumah tersebut ada dua. Satu kamar di bagian depan dan 1 kamar di bagian belakang di kamar depan yang Viona prediksikan bahwa gambar tersebut adalah milik anak bule di sana ada lemari kecil berbentuk laci empat susun dari plastik dan juga meja belajar lipat ada tikar bekas kasur yang sepertinya dibawa ke rumah baru oleh bule. Karena posisi kamar itu berada di depan jadi ada jendela yang sudah ada ada gordennya. Beralih ke kamar yang di belakang Viona mendapati Ada kasur yang ditinggalkan di tanah keras tetapi tanpa depan karena berada di lantai dan posisi kartu tersebut juga Tengah digulung menjadi dua bagian dilipat. Selain kasur juga ada lemari yang sudah diambil semua barang-barangnya hanya ada berapa gantungan baju yang tertinggal disana ada laci di bagian bawah. Agar ia bisa lekas istirahat karena hari juga sudah mulai sore maka dari itu Fiona lekas membereskan kamar tersebut lama tidak dihuni memang banyak debu dia cari sapu rupanya ada di dekat kamar mandi Fiona pun lekas menyapu membersihkan debu yang ada di kamar-kamar tersebut. Setelah bersih Viona mengeluarkan sprei terlebih dahulu untuk menata kasur ia sudah menyiapkan sprei dari rumahnya di Kediri jaga-jaga agar saat tiba di sini meskipun belum punya kasur setidaknya yang sudah punya sprei agar tidak repot membeli karena bagaimanapun juga ia harus bisa berhemat sebanyak mungkin untuk dikirimkan ke ayahnya menyicil hutang pada Warto. Setelah membersihkan dan menata sprei, baju-baju Fiona hanya diambil sebagian ia belum ingin menata baju-baju tersebut di lemari Ia hanya perlu istirahat dulu sejenak setelah mandi dengan alat-alat mandi yang juga sudah ia bawa dari rumah dan sudah dibelinya saat kemarin mampir ke rumah Damar. Sore setelah mandi dalam membersihkan rumah Fiona tertidur sampai ia mendengar suara azan magrib barulah Fiona bangun hari sudah mulai gelap ya segera tutup jendela dan menyalakan lampu. Percaya akan merasa lapar ia ambil kue yang dibelinya di toko dekat rumahnya ia sengaja membawa kowe sebagai bekal untuk persiapan nanti kalau di sini ia kebingungan mencari makan Besok pagi saja ya kan jalan-jalan di sekitar sini untuk melihat posisi dan lokasi di mana ia bisa mendapatkan kebutuhan sehari-hari ia nantinya Pasti akan sangat ia butuhkan besok juga bulik Pah ini akan mengajaknya ke warung di mana Nanti Fiona akan bekerja disana. Warung makan tersebut juga milik orang Jawa yang mana sudah pasti Masa pengen di hidangan juga dari tanah Jawa. Setidaknya jika Fiona rindu pada kampung halamannya ia bisa terasa terobati dengan berada di sekitaran orang-orang dan suasana yang mendukung akan kampung halamannya. Menghabiskan satu buah roti isi meses coklat yang ia beli di warung dan juga segelas air mineral yang juga ia bawa sekalian Viona merasa ada suara motor yang berhenti di depan rumah membuka pintu rumah ia dapati tetangga rumah nya sudah pulang kerja dengan ramah Viona menyapa. "Mbak?" sapa Viona pada perempuan dengan celana hitam dan jaket yang dibalik serta tas ransel. Perempuan yang disapa oleh Viona pun membuka helm dan mengulas senyum manisnya. "Mbak baru kah di sini?" tanya perempuan tersebut. "Iya, Mbak. Baru, saya gantikan Bulek Paini yang dulu tinggal di sini," jawab Fiona menjelaskan "Oh gitu Iya sih Bulek Paini kemarin bilang juga mau nikah dan pindah rumah ikut suami barunya. Aku kira bakalan kosong sewanya ternyata ada ada saudaranya yang nempatin." Viona mengangguk. "Iya, Mbak. Bulek Paini ini bilang juga sewa bulan ini belum habis dan kebetulan saya juga mau cari kerja di sini dan ikut Bulek Paini ke sini dan disuruh melanjutkan saja sewaan beliau." "Oh baru datang ya rencana mau kerja di mana?" "Di warung makan tapi belum tahu tempatnya. Bulek Paini besok antar saya ke sana. Kalau Mbaknya kerja juga kah? Jam segini baru pulang." "Iya aku kerja di mall tapi cuma jadi cleaning servicenya bagian toilet bersih-bersih. Kalau dapat shif pagi jadi jam segini bisa pulang. kalau berangkatnya siang nanti sampai Mall tutup baru bisa pulang." "Oh gitu. Oh ya Mbak juga perantau apa emang asli orang sini?" "Orang tuaku di Tanah Grogot jadi aku cari kerja di sini. Ya udah sekitar tiga tahun kerja dan tinggal sendirian di sini paling lebaran pulang." "Oh gitu. Oh ya kenalkan Mbak dari tadi kita ngobrol belum tahu nama. Saya Fiona kalau mbak siapa?" "Rara. Panggil aja Rara. Namaku sih Tiara tapi orang biasa panggil aku Rara. Ya udah aku pamit masuk dulu ya capek soalnya. Selamat datang di kota ini semoga kamu betah ya." Fiona mengangguk dan ia pun lekas masuk rumah kembali masuk ke kamar berdiam diri sambil membuka ponselnya karena ia tidak punya televisi untuk hiburan jadi Ia hanya memanfaatkan ponsel yang kuotanya juga sudah ia penuhi saat berangkat tadi. Meskipun berada di tanah yang asing setidaknya ia sudah punya kenalan orang yang juga sama-sama merantau dan Viona merasa ia sudah mulai beradaptasi dengan baik di kota ini untuk kedepannya. Ia harap bisa lebih kerasan lagi. ___...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD