Aku Harus Merahasiakan Identitasku

1591 Words
Andreas sungguh mengkhawatirkan Aletta tapi seketika lega saat melihat Aletta pulang. "Apa yang terjadi padamu? Darimana saja kamu? Kenapa pergi tanpa memberitahuku? Apa kamu bertemu penjahat itu? Bagaimana bila terjadi sesuatu denganmu? Aku begitu cemas." "Kak Andre, aku baik-baik saja. Kamu tahu kan aku bisa menjaga diriku. Aku belum bertemu penjahat itu tapi aku bertemu Winaga dan aku merasa senang setelah sepuluh tahun akhirnya aku bisa bertemu dengannya lagi." "Winaga, lalu apa yang terjadi selanjutnya? Mengapa kamu pulang jika sudah berada di tempat Winaga? Bukankah itu kesempatan bagus untuk menjadi rekannya?" "Saat itu, markas Winaga dikepung polisi dan Jeane meminta Winaga untuk tidak membawaku bersama mereka tapi aku yakin Winaga pasti akan menemuiku lagi." "Kamu begitu yakin? Apa yang terjadi diantara kalian?" "Winaga menatapku seperti dia mengenalku. Tapi aku belum memberitahu dia kalau aku Anna. Aku memperkenalkan diriku sebagai Aletta." "Kemungkinan dia akan mencari tahu tentangmu. Kita tetap harus waspada dengan segala kemungkinan." "Iya Kak. Bagaimana keadaan Sabrina sekarang? Apa dia baik-baik saja?" "Aku menolongnya dengan aromatherapy, Sabrina sudah kecanduan obat. Dia menggigil kedinginan semalaman dan bahkan melukai tubuhnya. Jadi aku mengikatnya, dia harus bisa menahan rasa sakit itu agar pengaruh obatnya bisa berkurang." "Sabrina, kasihan dia. Mengapa dia bisa sampai kecanduan seperti itu? Kita harus bisa membuat dia terlepas dari pengaruh obat-obatan tersebut?" "Iya, aku akan berusaha yang terbaik." Sementara itu, Winaga tidak bisa melupakan kejadian hari itu. Dia selalu memikirkan Aletta dan ingin tahu lebih banyak tentangnya. Tanpa kesulitan, Winaga sudah memperoleh informasi tentang Aletta dari anak buahnya yang dia perintahkan untuk menyelidiki Aletta. "Saya sudah mendapat informasi tentang gadis itu. Nama gadis itu Aletta Bastian. Usianya 20 tahun. Dia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Andreas Bastian. Mereka tinggal di rumah bordil Madam Cecilia sudah hampir setahun. Aletta bekerja sebagai pekerja seks di sana dan kakaknya menjadi bartender." "Lalu orangtua atau kerabat mereka?" "Mereka bukan berasal dari kota Marlin. Mereka merantau ke kota ini. Jika bos ingin detail tentang keluarganya saya perlu menyelidiki lebih dalam lagi." "Tidak perlu. Cukup tahu tentang dirinya saja. Kamu boleh pergi." Jeane yang mendengar percakapan mereka, menghampiri Winaga. "Untuk apa kau mencari tahu informasi tentang gadis itu?" "Jeane, aku hanya penasaran." "Pertama, Wesley lalu kau, apa kalian sudah terhipnotis olehnya?" "Jeane, kamu jangan khawatir. Aku tidak mungkin mudah terpengaruh." Lalu Winaga meninggalkan Jeane dan menuju kamar tidurnya. Dia memikirkan perkataan anak buahnya. "Aletta, seorang pekerja seks tapi hari itu dia benar masih perawan. Bagaimana bisa seorang pekerja seks yang sudah ditiduri masih perawan? Apa aku sudah dibodohi olehnya? Apa aku sudah terhipnotis olehnya? Tidak mungkin, aku harus mencari tahu kebenarannya sendiri." Tiga hari kemudian, Winaga mendatangi rumah bordil Madam Cecilia. Winaga mencari Aletta dan ingin mengenalnya lebih dekat. "Wah, sepertinya dia big boss", ucap salah seorang PSK yang melihat kedatangan Naga. "Tuan, sepertinya Anda baru pertama kali ke tempat kami. Saya pasti akan memberi service terbaik saya." "Maaf, saya ingin dilayani oleh Aletta. Bisa panggilkan Aletta?" "Aletta lagi Aletta lagi, kenapa banyak pria yang ingin dilayani olehnya? Seberapa hebat sih dia?", gerutu salah satu PSK yang didengar Winaga. "Tuan, Aletta sedang melayani tamu lain diatas. Mungkin sebentar lagi turun. Anda bisa minum-minum dulu. Saya akan menemani Tuan minum. Bagaimana?" "Bawakan sebotol anggur terbaik disini." "Dengan senang hati Tuan." Winaga melihat sekitar, dia ingin percaya bahwa Aletta gadis polos tapi apa yang baru disampaikan wanita tadi kalau Aletta sering melayani para tamu lelaki. "Apa yang aku harapkan dari seorang gadis pekerja seks? Berharap dia benar gadis polos? Sungguh bodoh diriku." Madam Cesilia yang mengenal kalau dirinya adalah Naga langsung menyapanya. "Anda benar bos Naga. Saya sungguh terhormat Anda datang ke tempat saya yang kecil ini." Orang-orang sekitar yang mendengar itu langsung memandang ke arah mereka begitu pun Andreas. "Apa? Itu bos Naga?" "Wah, untuk apa orang hebat seperti dia datang kemari." "Jadi, dia yang namanya bos Naga." "Tampan dan gagah." "Sungguh menawan." Berbagai pujian mereka berikan saat tahu kalau dia adalah bos Naga. "Jadi, anda bos Naga. Saya senang bisa bertemu Anda. Ini anggur terbaik kami." "Tuangkan anggurnya", pinta Madam Cesilia. "Silahkan Tuan Naga. Kalau boleh saya tahu maksud kedatangan Anda kesini, apa ada hal penting?" "Madam, bos Naga ingin dilayani oleh Aletta." "Ahhh, Aletta. Kalau begitu cepat panggilkan dia jangan buat Tuan Naga menunggu." "Aletta masih di kamar melayani Tuan Daniel." Sedangkan Andreas memperhatikan mereka dari kejauhan. "Benar yang dikatakan Letta, bos Naga akan mencarinya? Apa yang telah terjadi antara mereka sampai seorang sepertinya yang sulit untuk ditemui sekarang datang sendiri mencari Aletta?", gumam Andre. Tak lama kemudian, Aletta dan Daniel keluar dari kamar dan turun ke loby. Daniel merangkul Aletta dan Winaga melihat mereka. Daniel yang melihat Winaga sangat terkejut. Orang besar seperti Winaga yang sulit ditemui sekarang berada di tempat ini. "Bos Naga. Saya tidak menduga bisa bertemu dengan Anda." "Kamu... Daniel." "Benar saya Daniel, anggota dari klub Anda." "Ada keperluan apa bos Naga di tempat ini?" "Bos Naga ingin dilayani oleh Aletta", jawab wanita pekerja yang sedari tadi bersama Naga. Mendengar itu Daniel segera melepas rangkulannya dari pundak Aletta. Aletta pun tidak berani menatap ke arah Winaga. Aletta merasa salah tingkah karena Winaga pasti berpikir dirinya benar-benar pekerja seks padahal satu-satunya pria yang telah menyentuhnya hanya Winaga. "Maaf, bos. Saya tidak tahu kalau Aletta adalah.... Kalau saya tahu saya tidak akan menyentuh wanitanya bos." "Bukankah itu pekerjaannya? Jadi bukan salahmu?" Aletta merasa tersayat saat Winaga berbicara seperti itu tentangnya namun dia tidak bisa membantahnya. "Bisa kita segera ke kamar?", tanya Winaga. "Hah.... Iya, tentu Tuan", jawab Aletta yang masih salah tingkah. Aletta dan Winaga menuju kamar meninggalkan Daniel. Madam Cesilia dan orang-orang disekitarnya saling berbisik. "Apa istimewanya si Aletta?" "Mungkin dia pakai ilmu hitam." "Pelayanannya pasti memuaskan." "Aku harus menjauhi Aletta mulai sekarang", Daniel beranjak pergi dengan tangan yang gemetar. "Gadis itu, aku merasa memang ada yang menarik dengan Aletta?", gumam Madam Cesilia. "Beruntung sekali si Aletta itu". "Tapi mengapa bos Naga bisa mengenal Aletta?" Banyak yang penasaran dengan hubungan Naga dan Aletta begitupun Andreas. "Apa Letta akan bisa mengatasi bos Naga di kamar? Bos Naga terkenal sebagai seorang petarung yang hebat, apa Letta bisa menggunakan cara itu kepadanya?" Saat Aletta dan Winaga masuk ke dalam kamar. Winaga langsung merangkul pinggang Aletta sementara Aletta masih menundukkan kepala tidak berani menatapnya. "Angkat wajahmu. Aku ingin kamu melayaniku seperti kamu melayani para tamumu. Aku dengar mereka puas dengan pelayananmu." Aletta perlahan mengangkat wajahnya dan menatap mata Winaga yang menyiratkan kekecewaan. Mata mereka saling menatap tapi karena amarah Winaga langsung melumat bibir merah Aletta dengan ganas. Tangannya pun langsung membuka dress yang Aletta kenakan saat itu. Tanpa basa basi, Winaga sudah melepas seluruh pakaian Aletta dan menggendongnya ke ranjang. Winaga lalu melepas jas dan seluruh yang dia kenakan, dia meminta Aletta untuk memuaskan hasratnya. Hati Aletta ingin menolak tapi Aletta hanya bisa menuruti kemauan Winaga sekarang. Aletta berpikir setelah ini amarah Winaga akan mereda lalu dia akan menjelaskan semuanya kepada Winaga dan memberitahunya bahwa dirinya adalah Anna, gadis kecil yang dulu bersamanya. Untuk pertama kalinya, Aletta melayani seorang lelaki, meskipun agak gugup tapi Aletta menikmatinya karena Winaga adalah lelaki yang dia cintai. Winaga juga merasakan kenikmatan saat Aletta memainkan lidah dan menghisap senjata miliknya. Setelah menegang dan kokoh, Winaga memasukkannya ke lubang milik Aletta. "Aaahhh.... aaahhhh.....", desah Aletta. Untuk kedua kalinya, mereka berhubungan intim dan entah kenapa Winaga pun masih merasakan lubang milik Aletta seperti masih perawan karena memang hanya dia yang pernah merasakannya. Winaga mencapai klimaks kenikmatan. Tubuhnya menindih tubuh Aletta. "Sekarang giliranmu di atas". Aletta tak menolak dan memposisikan dirinya di atas. Winaga memegang tubuh polos Aletta dari pinggang lalu naik ke bagian d**a. Aletta menancapkan senjata milik Winaga ke lubang miliknya lalu melakukan gerakan turun naik secara berirama. Winaga menikmatinya dan merasa melayang lalu mereka mencapai titik kenikmatan. Setelah itu, keduanya terbaring dan saling tidak bicara cukup lama. Akhirnya Winaga membuka pembicaraan. "Sekarang aku tidak penasaran lagi denganmu dan aku lega, kamu bukan dia. Kalian hanya memiliki mata biru yang sama tapi kalian berbeda." "Apa maksud Anda?" "Aku bodoh mengira kamu gadis kecil yang dulu aku kenal. Gadis itu pasti hidup bahagia di tempat lain tidak mungkin menjadi pekerja seks seperti ini." Aletta tercengang mendengar itu, "Berarti Winaga hanya ingin memastikan aku Anna atau bukan? Lalu dengan kejadian ini, dia malah menganggap aku tidak mungkin Anna. Bagaimana bila sekarang aku katakan kepadanya bahwa aku Anna? Apa yang akan terjadi?", gumam Aletta dalam hatinya. "Aletta, kenapa kamu melamun?" "Tidak, aku hanya tidak tahu orang hebat seperti Anda mempunyai seorang gadis kecil. Kalau boleh saya tahu apa gadis kecil itu sangat penting buat Anda?" "Gadis kecil itu adalah gadis yang manis, ceria dan baik. Tapi hal buruk menimpanya, keluarganya dibunuh oleh penjahat. Aku pun berjanji selalu melindunginya dan tidak akan membiarkan hal buruk menimpanya lagi." "Lalu di mana gadis kecil itu sekarang?" "Aku berharap dia hidup bahagia di tempat lain." "Mengapa Anda tidak menemui gadis kecil itu?" "Tidak, menemuinya sama saja membiarkannya dalam bahaya. Dengan tidak menemuinya adalah caraku untuk melindunginya." "Jadi selama ini kamu tidak mencariku karena ingin melindungiku? Kamu salah Naga, aku begitu merindukanmu, apa kamu tahu?", gumam Aletta dalam hati. "Kenapa aku menceritakan ini semua kepadamu? Aku harus kembali. Tapi satu hal yang pasti, aku puas dengan pelayananmu dan aku menginginkanmu untuk menjadi wanitaku. Aku akan segera membawamu dari tempat ini." "Menjadi wanitamu?" "Apa kamu keberatan?" "Tidak, aku setuju." Lalu Winaga mengambil kembali pakaiannya dan mengenakannya sedangkan Aletta masih bingung dengan perkataan Winaga tentang Anna. "Apa aku harus merahasiakan identitasku sebenarnya? Dengan begini, Winaga mengenalku sebagai Aletta Bastian dan aku menjadi wanitanya. Apa ini caraku untuk bisa bersamamu? Jika memang ini caranya, iya aku harus merahasiakan identitasku", Aletta meyakinkan dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD