Apa ini Kebetulan atau.....???

1374 Words
Mereka telah tiba di balai pengobatan. Andreas dipapah oleh 2 anak buah Winaga menuju ranjang sedangkan Aletta dan Winaga mengikuti dari belakang. Winaga meminta memanggil Bryan untuk memeriksa keadaan Andreas. Bryan segera datang. "Ada apa ini? Sepertinya mendesak sekali." "Tolong periksa keadaan pria ini. Dan segera obati lukanya." "Siapa pria ini?" "Dia, abangnya Aletta. Dia, orang yang membuat kegaduhan di klub." "Anak buah Eira menghajarnya sampai babak belur begini." "Iya mungkin ditambah lagi tadi Wesley membawanya ke ruang penyiksaan dan menyetrumnya di kursi listrik." "Aku harus memeriksa keadaannya dengan teliti sebab lukanya cukup serius." "Iya, aku minta tolong lakukan yang terbaik untuk pria ini." Bryan membersihkan luka Andreas, mengompres luka lebamnya dan mengolesi salep ke luka goresnya. Luka luarnya cukup mengkhawatirkan namun tidak terdapat luka dalam. Aletta dan Winaga hanya memperhatikan Bryan. Dia memang terampil dan cekatan. "Fisik pria ini cukup kuat, dia akan pulih dalam seminggu", ucap Bryan. "Baiklah, terimakasih." Aletta segera menghampiri Andreas dengan pipi yang masih basah. Andreas yang melihat Aletta sedih malah menggodanya. "Letta, kamu dengar kan, fisikku kuat, aku akan segera pulih jadi kamu tak perlu menangisi ku. Kamu terlihat jelek seperti ini." Aletta menatapnya sinis dan memanyunkan bibirnya. "Aku tuh sudah takut setengah mati tapi kamu masih bercanda seperti ini. Bagaimana bila aku kehilangan Kak Andre? Hanya Kak Andre satu-satunya yang ku miliki saat ini." Aletta mengepalkan tangannya lalu meninju kecil bagian lengan Andreas yang lebam. "Augggghhhh...., sakit." "Kak Andre harus lihat diri kakak di cermin. Kak Andre kehilangan kegantengan, mata kakak kecil sebelah, pipi kakak biru dan bibir Kak Andre sobek." "Intinya aku jelek sekarang, begitu maksudmu? Sini kamu, biar aku beri pelajaran." Andreas merangkul leher Aletta dengan lengan kanannya lalu mengacak-acak rambut Aletta dengan tangan kirinya. Dan mereka tertawa bersama. Pemandangan yang membahagiakan itu hanya dapat diperhatikan oleh Winaga dan Bryan yang berdiri di samping mereka. Mereka tak mau mengganggu momen bahagia, Aletta dan Andreas. Winaga merasa mereka kakak beradik yang memiliki hubungan yang dekat, saling mengkhawatirkan satu sama lain, sungguh mengharukan. Winaga dan Bryan meninggalkan mereka sejenak supaya mereka bisa menikmati momen. Winaga meminta Bryan untuk selalu mengontrol kondisi Andreas. Dia juga meminta bagian dapur untuk menyiapkan makanan yang sehat namun enak untuk Andreas dan Aletta. Winaga menemui Eira di ruangan Bee. Dia ingin membicarakan tentang Andreas. Kebetulan, Winaga mendengar permintaan Bee kepada Eira untuk melatih Aletta menembak dan beladiri. Namun, Eira merasa enggan untuk melatihnya. "Bee, aku rasa Aletta terlalu lemah untuk bisa berlatih beladiri apalagi menembak. Latihan seperti itu tidak cocok untuknya, terlalu berat." Tiba-tiba Winaga masuk dan menyela. "Maaf, aku tiba-tiba masuk karena mendengar nama wanitaku dibicarakan." "Aku rasa memang penting melatih Aletta beladiri untuk bisa melindungi diri, itu saran yang bagus, Bee. Bila Eira tidak mau melatihnya, aku bisa melatihnya sendiri. Tidak perlu merepotkan Eira." Eira membuang muka, dia tidak berani menatap Winaga. "Iya betul, kamu tahu sendiri, tugasku banyak. Kalau begitu aku permisi." "Sorry Eira, aku ke sini justru mencarimu. Aku ingin tahu tentang pria yang kamu tangkap tadi. Mengapa kamu menyerangnya sampai keadaannya begitu parah?" "Aku hanya menjalankan tugasku, dia sudah membuat kegaduhan di klub. Karena dia melawan dan sok jagoan, ya anak buahku menghajarnya habis-habisan." "Pria itu adalah kakaknya Aletta. Dia hanya mencari adiknya karena khawatir. Harusnya kalian bertanya dengan jelas terlebih dahulu sebelum menghajarnya seperti itu. Bagaimana bila terjadi hal buruk?" "Apa maksudmu? Kamu menyalahkanku. Bagaimana aku tahu kalau pria itu kakaknya Aletta? Yang lain hanya bilang dia mencari wanitamu, dia tidak bilang kalau dia kakaknya wanitamu. Menyebalkan." Beatrix yang melihat pertengkaran Winaga dan Eira mencoba menenangkan situasi. "Cukup. Jangan saling menyalahkan. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Karena sekarang sudah jelas, Eira menyerang kakaknya Aletta. Kita hanya perlu meminta maaf dan menyembuhkan kakaknya Aletta sampai pulih. Aletta dan kakaknya juga pasti bisa memaafkan kita." "Winaga, bawa aku ke kakaknya Aletta. Aku sendiri yang akan meminta maaf kepadanya dan Aletta." "Eira, ikut aku." Mereka bertiga pergi menemui Aletta dan Andreas yang masih bersenda gurau di ruang perawatan. Winaga memanggil Aletta. Aletta menoleh ke arah Winaga, begitupun Andreas. Di samping Winaga, ada Beatrix dan Eira yang menundukkan kepalanya. "Ada yang ingin aku dan Bee serta Eira bicarakan. Begini, aku ingin minta maaf atas kejadian yang menimpa kakakmu." "Benar Aletta, aku sebagai ibu angkatnya Eira, ingin meminta maaf atas yang Eira lakukan kepada kakakmu", sambung Beatrix. "Eira, cepat katakan sesuatu", pinta Beatrix. "Maaf, aku tidak tahu kalau kamu kakaknya Aletta." Namun, dalam hatinya, Eira merasa jengkel. Pantas saja sok jagoan, ternyata dia kakak wanita itu. Kakak beradik sama-sama pandai mencari perhatian. Aletta dan Andreas menerima permintaan maaf mereka. "Tidak perlu sampai seperti ini, Tuan Naga, Bee dan juga Eira. Aku yakin ini hanya salah sangka saja. Dalam hal ini Kak Andre juga salah, dia membuat kegaduhan di klub tanpa menjelaskan siapa yang dia cari dan untuk apa mencariku." "Benarkan Kak Andre?" Beatrix mematung mendengar Aletta menyebut nama kakaknya. "Andre. Nama kakaknya Aletta adalah Andre. Mengapa sangat kebetulan sekali? Kakaknya juga memiliki nama yang sama dengan putraku. Apa mungkin ada kebetulan yang seperti ini di dunia? Dua kakak beradik, memiliki nama yang sama dengan anak-anakku", tanya Beatrix dalam hatinya. Beatrix lalu bertanya langsung tentang nama panjang mereka. "Nama panggilanmu Andre? Lalu apa nama panjangmu? Boleh aku tahu?" Aletta dan Andreas saling menatap. Mereka bertanya dalam hati, mengapa Bee ingin mengetahui nama panjang mereka. Namun, karena mereka sudah mempersiapkan segala sesuatunya dari awal guna mencegah ada yang menyelidiki latar belakang mereka. Mereka tidak takut mengungkap nama mereka. "Aku Andreas Bastian dan adikku Aletta Bastian." Beatrix terkejut mendengar nama panjang mereka. Dia segera memegangi dadanya dan napasnya menjadi tidak beraturan. Eira yang berada di sampingnya segera memegangi Beatrix. "Bee, ada apa denganmu?" Winaga, Aletta dan Andreas pun bingung melihat Beatrix yang tiba-tiba seperti itu. "Eira, bawa Bee ke ruangannya dan panggilkan Bryan." "Baik." "Ayo Bee, kita istirahat di ruanganmu", ucap Eira sambil menuntunnya. "Aletta, aku tinggal dulu", ucap Winaga. "Iya, tidak apa-apa." "Ada apa ya, Kak? Kenapa Bee nampak terkejut mendengar nama kita." "Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi aku yakin, Naga sudah menyelidiki tentang latar belakang kita. Justru bila kita berbohong tentang nama kita, dia pasti tidak akan membawamu bersamanya. Namun, Beatrix, siapa wanita itu?" Aletta memberitahukan semua yang dia ketahui tentang Beatrix. "Naga sudah menganggapnya sebagai penyelamatnya, kawan, rekan dan aku rasa hubungan mereka sangat dekat. Beatrix merupakan pemimpin sebenarnya di balik kepemimpinan Naga. Aku baru tahu hanya sebatas itu. Tempat ini juga merupakan balai pengobatan yang khusus didirikan Beatrix untuk merawat anak buah mereka yang terluka." "Jadi, Beatrix ini adalah orang yang sangat berpengaruh. Dia adalah pemimpin semuanya. Lalu sebenarnya siapakah dia? Kalau Carlos adalah gembong narkoba lalu Beatrix?" "Aku belum tahu sampai sana, mungkin setelah ini aku akan diberitahu oleh Naga. Semalam saja, dia langsung mengajakku ke klubnya untuk diperkenalkan kepada semua tamu dan anak buahnya di sana. Kamu tahu, sekarang aku dipanggil Nyonya Naga." "Pantas, mereka menyebut nama itu." "Selamat datang, Nyonya Naga", goda Andre. "Kak Andre....., pokoknya Kak Andre jangan panggil aku kayak itu." "Siap, Nyonya Naga." Aletta menatapnya dengan tatapan ingin menerkam. "Oke, oke, Letta, adikku tersayang." Setelah dipanggil dengan nama kecilnya, Aletta langsung tersenyum. Sementara itu, di ruangan Beatrix. Eira membantu Beatrix untuk duduk di tempat tidurnya dan mengambilkan segelas air. Winaga dan Bryan pun segera menyusul. Mereka bertanya tentang keadaannya. "Sebenarnya, ada apa denganmu, Bee?, tanya Winaga. "Apa kamu sudah menyelidiki latar belakang Aletta?" "Tentu, aku sudah menyelidiki latar belakangnya sebelum membawanya bersamaku." "Apa tidak ada yang janggal?" "Apa maksudmu?" "Seperti keluarganya." "Awalnya aku hanya menyelidiki latar belakangnya lalu aku menyelidiki kembali tentang keluarganya. Mereka berasal dari kota Firland dan mereka tumbuh besar bersama di sana. Ayah dan ibu mereka hanya petani dan meninggal karena tertimbun longsor sehingga mereka menjadi yatim piatu. Lalu mereka merantau ke kota ini untuk mencari pekerjaan dan akhirnya Aletta menjadi PSK sedangkan kakaknya menjadi bartender di tempat Aletta bekerja agar mereka sama-sama memiliki tempat tinggal." "Bryan, bagaimana keadaannya?" "Tidak apa, hanya sedikit syok." "Memang ada apa sebenarnya, Bee?" "Tidak ada, hanya saja, seperti yang kalian tahu, putriku yang sudah meninggal. Namanya Aletta Bastian." "Namanya sama persis dengan nama Aletta." "Benar. Aku juga memiliki seorang putra. Namanya juga sama persis dengan nama putraku." "Andreas Bastian?" "Iya. Entah apa ini kebetulan atau....?" "Tidak mungkin, Bee. Bukankah kamu bilang putrimu sudah meninggal?" "Aku akan membuktikannya sendiri", ucap Beatrix dengan tegas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD