Ampuni Nyawanya

1359 Words
Andreas melawan 6 orang penjaga sekaligus. Namun, mereka bukan lawan yang sepadan untuk Andreas. Dia berhasil menghajar mereka hanya dengan beberapa pukulan. Lalu 4 orang penjaga lainnya yang mendengar keributan di aula, segera membantu. Tetapi para penjaga itupun kesakitan di hajar oleh Andreas. Salah satu penjaga, meminta bantuan ke markas. "Nona Eira, ada pemuda yang membuat kegaduhan di klub. Mungkin dia ada hubungannya dengan Wu Ling. Namun, kami kewalahan menghadapinya." "Kewalahan? Tidak masuk akal." Eira menyampaikan hal yang terjadi kepada Winaga dan bergegas ke sana. "Tangkap dia hidup-hidup dan bawa ke markas." Eira membawa beberapa anak buahnya yang handal bela diri dan bergegas ke klub. Sekali lagi, Andreas bertanya dengan tegas tentang keberadaan Aletta. "Gua cuma mau tahu keberadaan wanita yang bersama bos Naga kalian. Jawab. Atau mau gua hajar lagi." Mereka saling menatap. "Apa yang dimaksud orang ini Nyonya Naga?" "Apa hubungannya dengan Nyonya Naga?" Andreas menyela mereka. "Siapa yang kalian bicarakan? Nyonya Naga? Apa dia berambut pirang panjang dan bermata biru?" "Iya, untuk apa elu mencari Nyonya Naga?" "Bukan urusan elu. Gua cuma ingin tahu, apa dia baik-baik saja?" Mereka saling menatap kembali sebelum menjawab. "Nyonya Naga sekarang berada di balai pengobatan." "Bawa gua ke sana." Lalu muncul sebuah suara. "Jadi ini orangnya. Elu yang udah hajar mereka", ucap Eira lantang. "Gua cuma kasih mereka sedikit pelajaran." "Sok jagoan nih orang." "Sorry, gua enggak nyerang wanita." "Hmmmm, benarkah?" Eira mengawali serangan ke arah Andreas dengan berlari dan melepaskan tendangan. Andreas terpental. Dia memegangi perutnya. "Sepertinya gua harus buat pengecualian ke elu." "Tapi gua rasa anak buah gua sudah cukup buat bikin elu babak belur." Eira memerintahkan anak buahnya untuk menyerang Andreas. Andreas terkepung dan harus menghadapi 15 orang dan 5 diantaranya adalah anak buah Eira yang handal bela diri. Meskipun ilmu beladirinya tinggi namun karena jumlah lawan yang tidak seimbang, Andreas di hajar hingga babak belur. Dia tersungkur di lantai lalu diseret oleh 2 orang. "Mau kita lempar saja ini orang ke laut?" "Bos Naga memerintahkan untuk menangkapnya hidup-hidup. Kita bawa dia ke markas." ****** Beatrix dan Bryan masih berada di balai pengobatan untuk mengetahui perkembangan kondisi anak buah lain yang terluka. "Syukurlah, obat yang kita kembangkan cukup ampuh mempercepat pemulihan akibat luka." "Benar Bee, efek obatnya bereaksi dengan cepat." Aletta mulai sadarkan diri. Perlahan dia membuka mata. Disampingnya, ada Winaga yang sedang memandangnya. Pandangan Winaga membuat jantung Aletta berdebar kencang. "Tuan Naga, Anda menemaniku sepanjang malam." Winaga tersenyum. "Aku senang memandangimu yang sedang tidur." Aletta berusaha untuk duduk. Dengan sigap, Winaga langsung membantunya. "Maaf, merepotkanmu." "Tidak sama sekali, Nyonya Naga", bisik Winaga. Lalu mereka saling bertatapan, sangat dekat hanya beberapa senti. Namun, sebuah suara membuyarkan tatapan mereka. "Naga", panggil Beatrix. "Ehemm, Bee. Perkenalkan ini Aletta." Beatrix memperhatikan Aletta dengan seksama. "Kamu baik-baik saja." "Iya, saya baik. Ehhh, Anda siapa?, tanya Aletta. "Aku Beatrix, biasa dipanggil Bee. Kamu boleh memanggilku Bee seperti yang lain", jawabnya sambil duduk di samping tempat tidur. Bee memasukkan rambut Aletta yang terurai ke dalam daun telingannya. "Kamu cantik, pantas Naga menyukaimu. Namun, kamu sudah tahu resiko yang harus kamu hadapi. Seperti kejadian hari ini, akan ada kejadian lainnya. Apa kamu siap menghadapinya?" "Tentu Bee, aku siap. Aku tahu Tuan Naga akan selalu melindungiku dari bahaya apapun." Dalam hatinya, Bee merasa sedih. Namanya memang sama dengan putrinya, namun bagaimanapun dia bukan putrinya. Putrinya memiliki mata berwarna coklat dan rambut berwarna hitam. Jelas mereka orang yang berbeda. "Sepertinya kamu telah melewati banyak hal dalam hidup. Aku suka gadis yang berani sepertimu. Nanti, aku akan meminta Eira untuk melatihmu bela diri dan menembak agar kamu bisa melindungi dirimu." "Bee ini yang melatihku dan Eira bela diri dan keahlian menembak. Dia, wanita yang hebat. Dialah pemimpin yang sebenarnya. Berkat dia, aku bisa sampai di posisiku saat ini", sambung Naga. Winaga juga memperkenalkan Bryan kepada Aletta. "Beliau ini adalah Bryan. Dia sangat ahli dalam ilmu pengobatan." Aletta memperhatikan sekeliling. "Lalu, kita sedang berada dimana? Ini bukan rumah sakit." "Tempat ini lebih dari sekedar rumah sakit. Tempat ini di dirikan khusus untuk mengobati anak buah kita yang terluka. Bee menamakan tempat ini, balai pengobatan." Ponsel Winaga berdering, panggilan masuk dari Eira. Eira mengabarkan kepada Winaga bahwa dia telah menangkap orang yang membuat kegaduhan di klub dan akan membawanya ke markas. "Baiklah, aku akan menanganinya nanti." "Tapi anehnya, dia mencari wanita yang bersama denganmu", ucap Eira setelah mendengar pengakuan dari penjaga di sana. "Dia mencari Aletta? Baiklah, aku mengerti. Kamu kembalilah, Bee mencarimu." "Baiklah, setelah sampai markas, aku akan kembali." Aletta mendengar namanya di sebut. Hatinya merasa tidak tenang. Saat Winaga menutup ponselnya, Aletta langsung bertanya. "Apa ada masalah?" "Hanya ada seseorang yang membuat kegaduhan di klub. Sekarang dia di bawa ke markas." "Apa mungkin Kak Andre?", tanyanya dalam hati. "Aku ingin ikut ke markas denganmu." "Kamu baru sadar, lebih baik kamu tinggal disini dulu untuk memulihkan kesehatanmu." "Aku mohon." Lagi-lagi tatapan mata Aletta, membuat Winaga tidak mampu menolaknya. Winaga dan Aletta berpamitan kepada Beatrix lalu mereka menuju markas. ****** Saat baru tiba di markas, Wesley melihat Eira dan anak buahnya membawa seorang pria. Wesley bertanya kepada Eira, siapa pria yang dia bawa. Eira memberitahu bahwa pria ini membuat kegaduhan di klub karena mencari wanitanya Naga. Wesley memperhatikan Andreas dan mengenalinya. "Dia ini...., aku seperti pernah melihatnya beberapa kali. Iya, dia bartender yang bekerja di rumah bordil Madam Cesilia." "Pantas saja dia mencari wanita itu. Tapi mengapa dia sampai rela berkorban seperti ini hanya untuk mencari tahu tentang wanita itu?" "Aku rasa dia memiliki perasaan dengan wanitanya Naga. Bagaimana bila aku menginterogasinya?" "Kalian bawa dia ke ruang penyiksaan", perintah Wesley. "Tapi Naga bilang, dia yang akan menanganinya." "Sudah serahkan padaku." "Baiklah, tapi ingat jangan berlebihan. Aku mau kembali ke balai pengobatan." Andreas dibawa ke ruang penyiksaan. Dia di tempatkan di sebuah kursi listrik, tangan dan kakinya di rantai. Andreas masih sadar saat dibawa ke ruang penyiksaan namun dia sudah kehabisan tenaga untuk melawan. Wesley mulai menanyai Andreas. "Untuk apa elu mencari wanitanya Naga? Apa elu menyukainya juga?" Andreas mengenali Wesley, dia geram dengan sikapnya selama ini. Wesley sering datang ke rumah bordil dan berganti pasangan, terakhir dia menginginkan Aletta. "Gua cuma ingin tahu kabar Aletta. Apa itu salah?" "Aletta memang cantik, lekuk tubuhnya indah, aromanya wangi menggoda. Aku bisa membayangkan dia tanpa sehelai benangpun. Andai, Naga tidak mengambilnya, dia pasti sudah gua miliki." "Otak elu emang rusak. Jelas istri elu cantik dan menarik tapi elu masih melirik wanita lain dan menidurinya. Menjijikkan." Andreas meludahi Wesley. Itu memancing kemarahan Wesley. "Bangs*t. Gua matiin elu." "Kalian, nyalakan tegangannya yang paling tinggi", perintah Wesley. "Tapi Tuan Wesley, Eira tadi berpesan untuk jangan berlebihan. Dia bisa mati bila menyengatnya dengan tegangan paling tinggi." "Berani elu membantah perintah gua." Wesley menampar anak buah itu. Dia menyalakan sendiri alat tegangan listrik itu dan memakaikan logam berbentuk setengah lingkaran ke kepala Andreas. Winaga dan Aletta baru tiba di markas dan menanyakan keberadaan pria yang ditangkap Eira. Salah satu anak buahnya mengatakan bahwa Tuan Wesley memerintahkan untuk membawanya ke ruang penyiksaan. Dia akan menginterogasi pria itu. Winaga dan Aletta menuju ruang penyiksaan. Mendengar namanya, membuat Aletta gemetar dalam hatinya. Bila benar yang mereka tangkap Andreas dan mereka menyiksanya. Jantung Aletta terasa terhenti sejenak saat melihat Andreas yang diikat rantai di atas kursi listrik. Kepalanya telah terpasang alat untuk menyengat tubuhnya dan Wesley sedang berada di depan alat untuk mengatur aliran tegangan. Aletta bergegas berlari masuk dan berteriak di tengah ruangan. "Tolong, ampuni nyawanya. Jangan menyiksanya seperti ini. Lepaskan dia. Tolong." Winaga menyusul Aletta dan menenangkannya. "Tenang Aletta. Tenangkan dirimu." "Dia, Kak Andre. Kak Andre....." Panggil Aletta sambil menghampirinya dan memastikan kakaknya masih hidup. Andreas membuka kecil matanya dan menjawab Aletta pelan. "Syukurlah kamu baik-baik saja." "Kamu harusnya mengkhawatirkan dirimu. Lihat dirimu, babak belur seperti ini", ucap Aletta sambil memegangi wajah Andreas. Winaga pernah mencari tahu latar belakang Aletta. Aletta memang memiliki seorang kakak laki-laki bernama Andreas Bastian. Winaga memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan Andreas dan membawanya ke balai pengobatan. "Lepaskan ikatannya dan papah dia ke mobil." "Aletta, kita bawa kakakmu ke balai pengobatan untuk mendapatkan perawatan." Aletta mengangguk sambil masih menangis sesegukan. Sedangkan Wesley hanya terdiam di tempatnya. Ternyata dia bukan salah seorang pria yang menyukai Aletta melainkan dia adalah kakaknya. Wesley memaki dirinya sendiri dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD