Saat perjalanan pulang, Aletta dan Andreas melihat seorang wanita sedang di ganggu oleh beberapa preman. Aletta dan Andreas bergegas menolong wanita itu.
"Hey, kalian lepaskan wanita itu atau gua akan menghajar kalian."
"Siapa elu berani sama kami. Elu tidak tahu berhadapan dengan siapa? Jangan ikut campur urusan kami kalau elu kagak mau babak belur."
"Kalian yang akan gua buat babak belur."
"Wahhh, nantang nih orang. Hajar!!!"
Andreas bertarung dengan 4 orang preman tadi sedangkan Aletta dan wanita tadi menepi di sudut. Pertarungan terjadi cukup sengit namun tak butuh waktu lama bagi Andreas untuk melumpuhkan para preman itu. Satu persatu mereka jatuh ke tanah dan menyerah lalu kabur dari sana.
"Awas lu, ini belum selesai. Kami akan bikin lu menyesal mencampuri urusan bos Wesley."
"Kalian tuh cupu, gua kagak takut sama bos siapa lah tuh."
Dan para preman itu berlalu meninggalkan mereka.
"Kamu tidak apa-apa, Nona."
"Aku tidak apa. Terimakasih sudah menolongku."
"Sepertinya luka di tanganmu cukup parah, biar saya antar kamu ke klinik."
"Ini bukan apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan ini."
"Tapi lukamu harus diobati."
Aletta tetap membawa wanita itu ke klinik untuk mendapat pengobatan karena tangannya tergores cukup dalam.
Setelah selesai diperban, wanita itu mengucapkan terimakasih kepada Aletta.
"Terimakasih, baru kali ini ada orang yang peduli sama gua. Gua Sabrina", sambil mengeluarkan kotak rokok dan korek api dari dalam tasnya.
"Saya Aletta Bastian dan ini kakak saya Andreas Bastian."
Sabrina menyalakan rokoknya dan menawari mereka juga.
"Maaf, kami tidak merokok."
"Kalian sepertinya bukan orang sini. Kalian bahkan tidak tahu mereka tadi siapa? Jika kalian tahu kalian tidak mungkin menolongku."
"Kami dari kota Firland. Kami disini sedang mencari pekerjaan. Memang para preman tadi siapa?"
"Preman tadi itu anak buah Wesley Zigos, dia adalah adik ipar Bos Naga. Kalian tahu tidak, Bos Naga itu adalah orang yang berpengaruh di kota ini."
"Naga, ini suatu kebetulan. Mungkin lewat Sabrina ini aku bisa bertemu Naga", pikir Aletta dalam hatinya.
Jadi Aletta berusaha untuk bisa lebih dekat lagi dengan Sabrina.
"Lalu mengapa kamu ingin ditangkap para preman tadi?"
"Gua punya utang sama bos mereka, Wesley. Gua udah bayar dia pake tubuh gua ini tapi ternyata dia licik. Dasar lelaki buaya, andai bininya tahu kelakuan b***t suaminya. Apalagi bos Naga pasti dia akan menghukum si Wesley itu."
"Apa kamu kenal dan pernah bertemu bos Naga?"
"Tidak, aku hanya tahu lewat cerita Madam Cesilia kalau bos Naga itu bukan orang sembarangan yang bisa ditemui. Yang aku tahu dia pemilik klub malam "Delova", aku juga sangat ingin bertemu bos Naga."
"Bos Naga saya jadi penasaran orang seperti apa dia. Boleh saya antarkan kamu pulang?"
"Hmmm..., pulang. Gua kagak ada rumah. Tempat gua di rumah bordil. Gua ini seorang PSK dan Madam Cesilia itu pemilik rumah bordil tempat gua kerja."
"Saya antarkan kamu kesana kalau begitu."
Aletta bersama Andreas mengantar Sabrina ke tempat Madam Cesilia.
"Kita sudah sampai. Ini tempatnya. Gua masuk dulu, kalian pulanglah."
Lalu Aletta dan Andreas pulang ke penginapan mereka. Sesampainya di penginapan, Aletta mendiskusikan sebuah rencana dengan Andreas.
"Kak Andre, bagaimana kalau aku bekerja di rumah bordil itu. Mungkin aku bisa bertemu bos Naga di sana."
"Tidak, aku tidak setuju kamu bekerja di tempat seperti itu. Bagaimana bila lelaki hidung belang melecehkanmu?"
"Kak Andre, kamu kan tahu aku bisa menjaga diri. Kamu tidak perlu khawatir."
"Tapi tetap saja aku tidak setuju."
"Mungkin ini jalan yang Tuhan berikan untuk kita, Kak."
"Baik, tapi aku juga harus bekerja di tempat itu."
"Kalau begitu besok kita berdua ke sana minta pekerjaan pada Madam Cesilia."
Keesokan harinya, Aletta berdandan tipis dan mengenakan pakaian ketat.
"Letta..., mengapa kamu berpakaian seperti itu?"
"Ini kan syarat menjadi PSK harus tampil seksi dan menarik."
"Ganti pakaianmu sekarang atau kita tidak jadi berangkat", sambil menatap tajam Aletta.
"Iya", Aletta menuruti perkataan Andreas.
Lalu mereka pergi ke rumah bordil itu dan mencari Sabrina.
"Maaf Sabrinanya ada?", tanya Aletta pada salah seorang PSK disana.
PSK itu melihat Aletta dari ujung kaki ke ujung kepala.
"Sungguh tidak menarik. Sabrina ada di kamarnya."
"Kalau Madam Cesilia ada? Saya ingin bertemu dengannya. Saya juga ingin menjadi PSK di sini."
"Dengan penampilanmu seperti ini?"
Lalu Andreas masuk dan saat PSK itu melihat Andreas, dia sungguh terpesona.
"Ada masalah apa dengan penampilan adikku?"
"Tampan sekali tapi apa benar dia ini adikmu? Kalian tampak jauh berbeda."
"Kami ingin bekerja di sini. Bisakah kami bertemu Madam Cesilia?"
"Tentu. Mari aku antar kalian ke ruangannya."
Madam Cesilia sedang minum teh di ruangannya lalu mereka masuk ke ruangannya.
"Madam, ada yang mencarimu?"
"Siapa mereka?"
"Maaf menganggu waktu Anda, saya Aletta Bastian dan ini kakak saya, Andreas Bastian. Saya temannya Sabrina. Saya kemari karena saya ingin bekerja seperti Sabrina menjadi PSK."
Madam Cesilia memandang Aletta,
"Kamu punya tubuh yang proposional, untuk wajah dengan makeup, ehmm....aku rasa boleh juga. Tapi benar gadis sepertimu ingin menjadi PSK, berapa umurmu?"
"Jalan 19 tahun Madam."
"Tapi Madam syaratnya saya juga harus bekerja disini. Saya bisa jadi tukang masak, bartender, tukang bersih-bersih, keamanan juga bisa", sela Andreas.
Tak lama Sabrina pun masuk ke ruangan itu karena temannya memanggilnya.
"Kalian? Sedang apa disini?"
"Sabrina, benar mereka temanmu."
"Iya, kemarin mereka menolongku saat diserang anak buah Wesley".
"Kalian sudah membuat masalah dengan Wesley?"
"Madam, Andreas ini jago beladiri, kemarin dia menghajar anak buah Wesley sampai lari terbirit-b***t. Mereka sedang mencari pekerjaan, mungkin mereka butuh uang Madam, mereka bukan dari kota ini."
"Baiklah, karena aku lihat kamu sebagai aset yang menguntungkan, aku izinkan kalian bekerja di sini. Untuk pembagian hasil 50:50, oke."
"Terimakasih Madam."
"Kamu harus tinggal disini dan harus izin jika ingin keluar."
"Saya bereskan barang-barang saya di penginapan lalu segera tinggal di sini."
Aletta dan Andreas kembali ke penginapan untuk membenahi barang mereka dan kembali ke rumah bordil.
Malam ini, malam pertama Aletta menjadi PSK, dia nampak gugup. Madam Cesilia menyuruhnya mengenakan pakaian yang minim. Ini membuat Aletta sungguh tidak nyaman.
"Pakailah dress ini dan Sabrina rias dia."
"Oke Madam."
"Kenapa kamu mau jadi PSK seperti ini? Padahal aku saja ingin keluar dari pekerjaan hina ini."
"Saya bisa menjaga diri, kamu tidak perlu mengkhawatirkan saya."
Tak berapa lama, Sabrina selesai merias dan Aletta tampak cantik. Ini pertama kalinya dia dirias dan berpakaian layaknya seorang wanita. Madam Cesilia pun sampai takjub melihat kecantikan Aletta.
"Sungguh sebuah mutiara yang tersimpan di dalam kerang."
Andreas yang melihat Aletta menuruni tangga langsung terpanah. Dia tidak pernah melihat Aletta secantik hari ini tapi pakaian yang dikenakan Aletta terlalu minim. Andreas meminta Aletta mengganti pakaiannya.
"Letta, mengapa kamu memakai pakaian minim seperti itu?"
"Kak Andre, ini permintaan Madam Cesilia."
"Tapi ini terlalu terbuka."
"Kak Andre, tolong percaya padaku. Aku bisa jaga diri."
Banyak tamu yang datang malam ini dan tamu-tamu itu sungguh terpesona dengan kecantikan Aletta. Mereka sampai berebut untuk bisa bermalam dengannya bahkan menawar dengan harga tinggi. Ada yang sampai menawar 4x lipat dari harga pasaran.
Padahal Aletta sama sekali belum pernah melakukan hubungan seks dengan siapapun, berciuman saja belum pernah. Tapi di hatinya sudah ada satu nama yaitu Winaga Gultom.
Pria yang menawar Aletta itu sangat bersemangat memeluk Aletta namun Aletta dengan sigap menghindar.
"Om, kita lakukan di kamar saja. Aku malu Om."
"Ayoo, ayoo, kita ke kamar sekarang."
Andreas yang melihat itu sungguh ingin meninju p****************g itu tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Saat di kamar, pria tadi segera melepas pakaiannya dan dengan cepat Aletta mengeluarkan jarum suntik berisi obat bius dan segera menyuntikkan obat itu ke leher pria tadi. Pria itu langsung terkapar tak sadarkan diri. Aletta membopongnya ke tempat tidur. Aletta juga melepas celana pria tadi seolah dia sudah melampiaskan hasratnya padahal dia tertidur pulas. Aletta hanya berlatih beladiri selama di kamar sampai menunggu pria tadi sadar.
Efek obat bius itu berlangsung selama 2 jam dan pria tadi perlahan sadarkan diri.
Aletta dengan sigap segera menghampirinya.
"Om sungguh hebat di ranjang. Aku sampai kewalahan", sambil mengedipkan matanya.
Pria tadi pun tidak sadar kalau selama 2 jam ini dia tertidur dan tidak ada apapun yang terjadi dengan mereka.