Latihan demi latihan ditekunin Aletta dan Andreas dengan telaten. Alberto juga sangat sabar mengajari mereka. Setahun, 2 tahun sampe 8 tahun berlalu dengan tidak mudah tapi membuahkan hasil. Kini Aletta dan Andreas memiliki kemampuan bela diri yang baik dan keahlian menembak yang tidak diragukan lagi. Latihan keras mereka selama 8 tahun terbayarkan. Kini, mereka mulai menyusun rencana balas dendam mereka.
Sementara itu, Winaga sudah pulih sepenuhnya. Bee pun melatihnya menembak dan bela diri. Kini kemampuan menembak Winaga berkembang dan juga memiliki kemampuan beladiri yang hebat. Tidak hanya itu, Winaga juga belajar ilmu pengobatan dari Bryan. Winaga menjadi pria yang tangguh, hebat dan pintar.
Dengan kemampuannya itu, dalam 3 tahun terakhir, Winaga mampu membangun kerajaan bisnisnya sendiri. Dia merupakan pemilik klub malam terbesar di kota Marlin. Dia menjadi salah satu penguasa dan menjadi saingan teratas bagi Carlos Santos.
Winaga menamai klub malamnya dengan nama "Delova". Winaga juga berbisnis jual beli senjata. Dia adalah pemasok senjata terbesar di kota Marlin. Dunianya kini, dunia yang penuh dengan bahaya.
Winaga pernah berencana untuk mencari Anna disaat dia pulih tapi setelah dia teringat tentang kejadian masa lalu, dia tidak ingin Anna berada dalam bahaya lagi sehingga dia mengurungkan niatnya tapi di dalam hatinya, Winaga sangat merindukan Anna.
Delapan tahun sudah penantian Anna untuk membalas kematian orang tuanya. Anna kini bernama Aletta telah tumbuh menjadi gadis cantik dan energik dengan rambut pirang lurus panjang sepinggang dan mata biru yang indah. Begitupun Andreas kini menjadi lelaki yang berparas tampan dan menarik.
"Paman, sekarang izinkan aku pergi ke kota Marlin. Aku akan mencari Carlos Santos dan membalaskan kematian orangtuaku."
"Aletta, Paman mengizinkan kamu pergi. Paman yakin kamu sudah siap tapi kamu jangan bertindak gegabah. Tidak mudah untuk menghancurkan Carlos. Dia pasti mempunyai jaringan koneksi yang besar. Kamu harus mulai dari dalam, perlahan tapi pasti."
"Iya, aku tahu Paman. Aku sudah merencanakannya dengan Kak Andre, kami akan berhati-hati dalam bertindak."
"Iya, Yah. Andreas dan Aletta sudah punya strategi. Ayah jangan khawatir, kami pasti akan selalu memberi kabar tentang perkembangan kami nanti di sana."
"Baiklah. Aku akan selalu mendukung kalian. Kapan kalian akan berangkat?"
"Besok pagi, Yah."
"Ayah pesan kamu harus menjaga Aletta dengan baik, jangan biarkan dia terluka. Kamu juga harus menjaga diri baik-baik. Jangan sampai terluka dan pastikan selalu mengabari Ayah."
Andreas mengangguk menatap ayahnya dengan mata yang berbinar. Lalu Alberto mengambil sebuah kotak yang dia simpan di dalam sebuah peti. Alberto membuka kotak yang berisikan sebuah pistol lengkap dengan pelurunya.
"Andreas, ini adalah pistol kepunyaanku, pistol ini seperti keberuntungan yang selalu menjagaku. Kini aku berikan kepadamu supaya memberi keberuntungan untukmu."
"Dan Aletta, aku berikan kamu pisau kecil ini. Pisau kecil ini milik ibunya Andreas. Bawalah ini untuk jimat keberuntunganmu."
"Terimakasih Paman", sambil memeluknya dengan airmata yang menetes.
Mereka bertiga berpelukan melepas segala beban yang mereka miliki.
Tibalah hari ini, Andreas dan Aletta meninggalkan kota Firland menuju kota Marlin.
"Ayah, aku pamit."
"Paman, Aletta pamit."
"Iya, hati-hatilah kalian. Jangan lupa selalu mengirim kabar untukku."
Mereka saling melambaikan tangan dan Alberto menatap kepergian Andreas dan Aletta sampai mereka tak terlihat lagi.
Andreas dan Aletta naik bus di halte yang berada 2 km dari pondok mereka.
"Akhirnya busnya datang, ayo kita naik."
"Iya Kak."
"Kak Andre, nanti kita mampir di bukit sebentar ya. Aku ingin mengunjungi makam Mama."
"Iya, kita kesana terlebih dahulu."
Mereka pun turun di pertengahan jalan dan pergi ke bukit tempat makam Paula.
Sudah lama sekali sejak terakhir kali Anna mengunjungi makam Paula, 6 tahun yang lalu. Anna memutuskan untuk tidak datang lagi karena dia akan selalu mengingat hari-hari dimana kejadian itu.
Saat mereka tiba disana, Anna melihat makam Mamanya dengan papan nisan yang bertuliskan nama Paula Balcon dan disampingnya ada papan nisan bertuliskan Roman Balcon. Makamnya juga terawat dengan baik tidak ada rumput liar yang tumbuh di sekitarnya seperti memang ada yang merawatnya dengan baik.
"Ini makam Mama dan Papa. Apa Winaga yang memberi nisan ini? Dan guci abu Papa, Winaga makamkan di sebelah makam Mama. Berarti Winaga masih hidup dan merawat makam Papa Mama dengan baik. Syukurlah", sambil berkaca-kaca.
"Winaga masih hidup. Kita harus mencarinya kalau begitu. Kita bisa bekerjasama untuk menghancurkan Carlos."
"Entahlah, aku tidak ingin melibatkan Winaga. Terakhir kali dia berada dalam bahaya karena aku."
"Teserah kamu Aletta, aku hanya berpikir bila kita bersatu maka akan lebih baik."
"Papa, Mama, doakan Anna dari surga ya. Kematian kalian harus dibayar dengan nyawa Carlos Santos."
Selesai berdoa, Aletta dan Andreas melanjutkan perjalanan ke kota Marlin.Sesampainya di sana, mereka mencari penginapan terlebih dahulu. Mereka memilih penginapan di dalam gang karena selain lebih murah juga lebih aman.
Mereka mulai mencari informasi mengenai perkembangan kota Marlin melalui media surat kabar. Mereka membeli surat kabar dan makanan untuk makan malam mereka. Mereka menonton berita di televisi juga mendengarkan radio.
Tiga hari mereka mengikuti berita dan menemukan petunjuk bahwa sekarang di kota ini ada penguasa besar yang merupakan saingan Carlos Santos. Penguasa itu memiliki klub malam terbesar di kota Marlin dan pemiliknya terkenal dengan julukan "Naga". Menurut info yang mereka dapat Naga adalah lelaki yang memiliki keahlian bela diri yang hebat dan juga penembak jitu. Dia juga seorang pemasok senjata terbesar di kota ini. Tapi yang paling penting Naga dan Carlos adalah musuh yang saling bersaing.
"Aletta, ini bisa jadi senjata untuk menghancurkan Carlos. Kita harus masuk dan menjadi anggota orang yang memiliki julukan Naga itu. Dia pemilik klub malam Delova, bagaimana kalau kita mulai dari sana?"
"Iya, itu ide yang bagus."
Tapi untuk masuk ke sana bukanlah hal yang mudah. Hanya kalangan tertentu yang bisa masuk ke klub itu. Apalagi bertemu pimpinan mereka Naga bukanlah hal mudah. Banyak kesulitan yang mereka hadapi.
Andreas dan Aletta datang ke sana tapi mereka tidak memiliki kartu keanggotaan sehingga tidak diperbolehkan masuk. Akhirnya, mereka harus kembali ke penginapan. Seminggu, 2 minggu bahkan sebulan telah berlalu namun mereka seperti berjalan di tempat.
"Sudah sebulan kita disini Ka, tapi belum ada perkembangan apapun."
"Kita harus sabar, Letta. Semua tidak semudah yang kita pikirkan. Kita sudah mencoba berbagai cara untuk masuk ke klub tersebut tapi tidak berhasil. Kita harus memikirkan cara lainnya."
"Apa iya kita harus mencari Winaga, mungkin dia bisa membantu kita. Kita ke kantor polisi saja untuk mencari informasi tentang Winaga."
"Kamu yakin ingin melibatkan Winaga."
"Mungkin ini salah satu cara yang baik supaya kita bisa selangkah maju."
Dan keesokkan harinya, Aletta dan Andreas menuju kantor polisi. Aletta masuk lalu bertanya dengan salah satu petugas polisi disana tentang Winaga sedangkan Andreas menunggu di luar.
"Selamat pagi Pak. Saya ingin bertemu dengan petugas bernama Winaga Gultom."
"Winaga Gultom? Tapi tidak ada petugas bernama Winaga. Mungkin Nona salah tempat."
"Tapi saya yakin Pak kalau Winaga petugas kepolisian di kantor polisi ini."
"Maaf saya sudah 8 tahun bekerja di sini tapi tidak ada rekan yang bernama Winaga Gultom."
Aletta tampak lemas mendengar hal itu, pikirnya dapat bertemu kembali dengan Winaga namun sirna. Saat melangkah keluar, Aletta tidak memperhatikan jalan lalu bertabrakan dengan Axel Antonio Lyas. Axel adalah anak dari kepala polisi Domino Lyas. Axel menjadi salah satu petugas kepolisian di sana. Axel memiliki perawakan yang tinggi dan memiliki wajah yang rupawan.
"Arrghh, maaf saya tidak sengaja."
Axel melihat Aletta untuk pertama kali dan menatap Aletta. "Cantiknya."
"Apa? Anda bilang apa?"
"Tidak apa Nona, kamu harus memperhatikan jalan jangan melamun."
"Iya, sekali lagi maaf."
"Gadis idamanku, ini pertama kalinya aku melihatnya, apa dia berasal dari kota lain? Tapi untuk apa dia ke kantor polisi?", gumam Axel.
"Pak, gadis tadi sedang apa disini?"
"Nona yang barusan, dia mencari seseorang bernama Winaga. Mungkin dia salah tempat."
"Winaga, sepertinya aku pernah dengar nama itu", Axel bergumam sendiri.
Aletta menemui Andreas yang menunggunya di luar dengan wajah sedih.
"Bagaimana Letta?"
"Winaga mungkin tidak bekerja di kepolisian lagi setelah kejadian itu."
"Kalau begitu kita kembali dulu ke penginapan dan memikirkan cara yang lain."
Mereka pun kembali ke penginapan, Aletta merasa kehilangan harapan saat ini.