Menemaniku Ke Undangan Mantan

1787 Words
Aku perhatikan lagi mobil si manusia kutub utara itu yang sudah berjalan menjauh. "Sudah Dek. Orangnya sudah pergi. Kamu ngapain lihatin terus mobilnya berjalan. Bagus kita nymbung lagi yuk, makan es krimnya." Aku menoleh melihat abang Devan berdiri dengan mulut yang penuh dengan es krim mochi ku. Seketika aku berlari mengejar dan mencubitnya. "Aduh.. duhh..duhh.. Ampun dek. Jahat banget sih sama abang sendiri. Kamu itu sangat pelit kalau berhubungan dengan es krim. Nanti abang akan beritahu Al agar dia merubah sifat kamu yang suka ngemil es krim." " Tau sakit. Lain kali jangan pernah ambil es krim Disha! Enak saja mau merubah Disha. Es krim itu obat di kala patah hati bang. Beda tuh sama manusia es kutub utara itu. Kalau itu mah menakutkan!" "Siapa yang kamu bilang manusia es kutub utara? Al? oh.. sekarang kamu sudah memberikan nama kesayangan padanya yah dek. Beda banget sama si Radit dulu..ha.. ha.. ha.. Dan apa tadi? manusia es kutub utara ha.. ha.. ha.. Dek tau ga? manusia es kutub utara itu yang bakalan jadi suami kamu nanti. Kalian akan hidup bersama! Jadi baik-baik yah sama dia ha.. ha.. ha." " Abang Devan! Sukanya mengolok adek sendiri!! Disha mau batalkan ah perjodohan ini! Mana bisa Disha hidup dengan manusia es begitu bang!! Ah, Memikirkannya saja membuatku pusing. Apalagi menjalaninya nanti. Bisa mati membeku aku!" "Ha.. ha.. ha.. ha. ya ampun dek. Percaya deh, dengan pilihan orangtuaku kita. Al nih sangat beda dengan Radit yang tidak bisa setia. Kalau menurut abang, dia pria yang sangat bertanggung jawab. Apalagi, pasti sangat menjaga yang namanya sebuah ikatan dalam suatu hubungan. Dia pria yang baik.. walaupun sedikit kaku. Tapi sepertinya ada sesuatu dalam dirinya yang berusaha dia sembunyikan. Sesuatu yang sangat misterius. Abang tidak tau apa itu. Karena abang bukan cenayang.. ha.. ha..ha... ha." "Abang Devan! Disha sudah serius dia malah bercanda!" " Lah, Abang juga serius dek. Hal yang misterius itu nanti kan tugas kamu yang mencari tau sendiri. Kan kamu yang akan menjadi istrinya. Bukan abang! Dan satu lagi dek. Nanti kalau kamu sudah menikah tidak ada lagi teman abang bertengkar ha.. ha.. Kamu tau ga dek.. Abang akan sangat merindukan kebersamaan kita. Akhirnya adek abang bakalan menikah." Walaupun abang Devan tertawa tapi aku tau hatinya sedih. Apalagi saat dia mendengar pernikahan ku akan segera di laksanakan. Aku mendekat dan memeluk abang ku. Orang yang selama ini selalu ada di sampingku untuk melindungi ku. "Nanti kalau kamu menikah dengannya. Abang sangat yakin si Al itu akan selalu menjaga kamu dari apapun yang ingin. menyakitimu. Perasaan yakin ini sangat beda abang rasakan dulu waktu abang melihatmu bertunangan dengan si Radit b******k itu. " Sudahlah bang. Wong dia dan Rini sudah mau menikah juga. Mereka ada memberiku undangan pernikahannya. Acaranya besok. Abang bisa menemani Disha kan ke acara pernikahan mereka bang? Disha sudah move on sih. Cuma Disha takut di sana nanti Radit atau Rini buat kegaduhan lagi. Disha merasa lebih nyaman saja jika ada yang menemani ke pesta pernikahan mereka. Mau yah bang besok temani Disha? ga lama kok kita.. Sebentar saja." "Hm, Jam berapa acaranya? kita perginya malam kan?" " Acaranya sih dari pagi. Tapi kita perginya malam saja. Soalnya kan kalau siang pasti abang sibuk bekerja." "Hm, baiklah. Besok insyaallah kita pergi bersama. Kalau begitu abang bisa minta lagi kan es krim kamu?" " Oke, boleh. Abang tunggu di sini. Disha pergi ambil dulu." Setelah aku membawa keluar kresek yang isinya es krim yang ku borong tadi. Aku dan bang Devan langsung berpesta makan es krim. Hm.. Mantap.. Cuaca panas makan es krim. Baru juga es krim mochi habis satu biji. Baru mau ku buka sebungkus lagi tiba-tiba hp ku bergetar dan ada panggilan dari nomor baru. Siapa sih ganggu saja orang mau makan es krim. Angkat ga yah. Ga usahlah, paling orang tukang tipu. "Dek, hpmu coba di jawab! Ribut betul. Mana suara nadanya nyaring lagi. Kalau adek ga mau angkat sini abang yang angkat." Ku terima panggilan telfonnya sambil ku masukkan es krim mochi ke dalam mulut ku. Belum juga ku telan es krimnya, mendengar suara dan ancaman si penelfon membuatku langsung mengeluarkan es krimnya dari mulutku. "Ih, jorok banget sih dek. Kalau mau di makan dulu es krimnya. Baru di jawab panggilan telfonnya. Ini tidak. Tuh kan batuk-batuk." Tidak ku pedulikan protes bang Devan. Si manusia kutub utara tau nomorku dari mana? Dan lagi, kok dia tau aku lagi makan es krim? Kaya cenayang saja aku rasa orang ini!! Ku lihat lagi ke layar hp ku dan panggilannya masih tersambung. Perlahan ku rapatkan lagi hp ke telingaku. "Kamu masih mendengarkan saya kan Ayudisha??! Lebih baik kamu berhenti makan es krim sekarang! Karena saya tidak mau kamu sampai sakit saat kita akan menikah nanti. Kalau kamu sampai tidak mendengarkan saya. Apa perlu saya ingatkan lagi hukuman yang akan diberikan pada kamu?" Aku langsung menggelengkan kepalaku. Duh, kok menggelengkan kepala! emangnya dia lihat? Disha.. Disha.. Ikutan gila juga sudah ku rasa gara-gara di teror manusia kutub ini. "Iya saya ngerti." Panggilannya langsung ku matikan.Ini pasti abang Devan nih yang memberitahu nomor hpku. " Maaf bang. Si manusia kutub utara kok tau nomor Disha? abang yah yang kasih tau?" "Abang kirain siapa yang telfon. Ternyata calon suami kamu! Iya tadi di atas dia minta no hp kamu. Katanya nanti kalau ada hal penting tinggal hubungi kamu saja. Memangnya kenapa dek, emang salah yah, abang kasih nomor kamu ke calon suami kamu sendiri?" " Tidak salah bang. Sudah sangat benar!" ** Setelah pulang bekerja. Seperti biasa aku akan berdiam di dalam kamar sambil membaca Novel. "Dis. Bisa turun ke bawah sebentar? Ayah dan ibu ingin membicarakan sesuatu sama kamu." "Baik bu.. Sebentar lagi Disha turun." Turun ke bawah, aku melihat ayah dan ibu sedang duduk di ruang tamu dengan wajah yang serius. "Ada apa ayah dan ibu memanggil Disha? Kok wajah ayah dan ibu serius seperti itu sih? ada apa?" " Tadi tante Rini dan Om Rudy ada datang ke rumah ini. Mereka mengatakan kalau dalam 3 hari lagi, mereka sekeluarga akan datang ke rumah ini melamar kamu secara resmi untuk anak mereka Kenzo Alexander." Aku yang mendengar kata-kata ayah dan ibu hanya bisa menunduk.. Kok bisa secepat ini sih? Baru juga beberapa hari yang lalu aku kembali menyetujui perjodohan ini. Sekarang sudah mau di lamar secara resmi. Dan nanti acara pernikahannya juga pasti akan segera di laksanakan. Ini semua gara-gara si manusia kutub utara itu. Menarik nafas dan menghembuskan secara kasar membuat ayah dan ibu semakin heran dengan aku yang hanya diam saja tanpa menjawab kata-kata mereka tadi. "Bagaimana Dis. Kamu setuju saja kan? pria seperti Al itu sangat jarang ada loh. Kamu bakalan tidak menyesal menikah dengannya. Ibu saja jika masih muda pasti akan jatuh hati kepadanya ha.. ha.. ha." Ayah hanya menggelengkan kepala mendengar pembicaraan ibu tadi. "Bagaimana Dis? Nanti kamu izin saja. Jadi kamu bisa bersiap-siap lebih awal di rumah." Menarik nafas dan menghembuskan secara perlahan. Aku menjawab semua pertanyaan kedua orang tua ku. "Baiklah ayah,Ibu. Disha akan lakukan semua permintaan kalian. Disha juga ingin menjadi anak yang berbakti pada kalian. Disha yakin dan percaya dengan pria pilihan kalian berdua. Disha akan meminta izin ke sekolah untuk tidak turun mengajar di hari itu." "Alhamdulillah. Tenang hati kami berdua mendengarkan jawaban kamu nak. Semoga ini adalah jalan jodoh kamu. Insyaallah, yakinlah nak semua akan indah pada waktunya." "Iyah ayah. Disha naik dulu yah. Disha mau siap-siap mau hadiri undangan pernikahan Mas Radit." Ayah dan ibu melihat ku dengan tatapan heran dan bingung. Apalagi melihat wajahku yang biasa saja. "Kamu yakin mau hadiri pesta pernikahan mereka Dis?" " Yakinlah, Bu. Biar bagaimanapun dulunya Rini itu adalah teman Disha. Lagian Disha sudah move on kok.. he.. he." "Baguslah kalau begitu nak. Sudah sana pergilah bersiap-siap. Kamu mau pergi sama siapa Dis?" " Sama bang Devan lah bu. Nanti kalau bang Devan datang. Tolong panggilkan Disha yah bu?" "Iyah." Aku naik ke kamar dan langsung bersiap-siap. Satu jam kemudian. Ibu memanggilku untuk turun karena jemputan sudah ada menunggu di bawah. Tumben bang Devan tepat waktu. Biasanya juga jam karet. Segera turun ke bawah, aku tidak melihat bang Devan di ruang tamu ini. Cuma ada ayah dan ibu. "Ayah, ibu.. Bang devan mana? kok tidak ada? katanya mau temani Disha ke undangan?" " Lah, kamu belum di kasih tau abang kamu? Kamu itu perginya berdua sama Al. Abang kamu tidak bisa temani kamu ke undangan karena dia lagi lembur di kantor.. Sudah buruan sana. Kamu sudah di tungguin tuh." " Disha belum sempat buka hp. Hm, baiklah kalau begitu. Disha pergi dulu yah ayah, ibu. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam. Hati-hati Dis." "Baik ayah, ibu." Aku pun berjalan menuju mobil si manusia kutub utara. Saat aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobilnya, aku mencium aroma parfum maskulin pria yang sangat harum. "Kamu siap-siap nya lama amat! bisa-bisa orang undangannya sudah bubaran semua." " Iyah maaf. Tadi aku mengira yang menjemput Bang Devan. Bukan kamu." "Abang kamu itu sibuk. Tadi dia meminta saya untuk menemani kamu ke undangan mantan tunangan kamu." Aku hanya diam. Dan sepanjang perjalanan juga aku hanya diam. Sampai ditempat acara aku melihat Radit dan Rini yang duduk di kursi pelaminan. Jujur aku tidak sudah merasakan sakit hati. Justru aku ikut mendoakan kebahagian mereka berdua. Terlepas dari segala kesalahan mereka berdua kepadaku. Saat ingin melangkah masuk ke tempat acara. Si manusia kutub utara ini mengandeng tangan dan mengajak ku untuk terus berjalan naik ke atas pelaminan memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Sewaktu aku berdiri di hadapan Mas Radit. Kenzo secara tiba-tiba memeluk pinggangku, menatap ke depan. Terlihat dia berusaha tersenyum memandang Mas Radit. Aku pun bersalaman dengan Mas Radit. "Selamat yah Mas Radit. Selamat menempuh hidup baru. Semoga menjadi keluarga Samawa sampai kakek nenek..he..he. Dijaga istrinya nanti Mas. Cintai dia setulus hati dan lupakan segala yang pernah terjadi di antara kita." "Terimakasih Dis. Maafkan aku yang telah sia-siakan kamu selama ini. Maafkan semua kesalahan kami Dis. Siapa dia Dis? apa dia pasanganmu?" " Iyah Mas. Dan dia adalah calon suaminya Disha. Nanti kalian datang yah ke acara Disha." Mas Radit langsung terdiam mendengar kata-kataku. Saat Kenzo menyalami tangannya Mas Radit, mungkin karena eratnya tangan mas Radit di genggam Kenzo, mas Radit sampai kedengaran mengaduh kesakitan saat mereka berjabat tangan. Dasar manusia kutub Utara. Tidak bisa pelan-pelan. Aku maju ke pengantin wanitanya.. Rini.. dulunya ada teman dekatku.. Teman kampus yang baik dan kemana-mana kami sering bertiga. Teman yang ternyata menyimpan kecemburuan dia hatinya tentang diriku. Aku menyalami tangannya, ku maju dan berusaha ku peluk dia. "Selamat yah Rin. Semoga kalian menjadi keluarga Samawa sampai kakek nenek he... he.. he.. Jadilah istri yang menjaga nama baik suami. Sifat jeleknya jangan di bawa lagi. Buang jauh-jauh..sudah kamu tidak usah menangis. Makeup kamu jadinya luntur nanti." Rini tidak bisa berkata-kata. Dia menangis saat ku peluk..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD