Hari Pertunangan Kita

1394 Words
Setelah lulus kuliah. Aku memutuskan untuk menjadi guru di sebuah sekolah TK di kota tempat tinggal ku ini. Aku sangat senang melihat dan mengajarkan anak-anak melukis dan mewarnai. Di sekolah ini jugalah aku bertemu dengan Mas Radit. Seorang lelaki yang membuat aku jatuh hati. Tepat setahun kami menjalin hubungan dan saling mengenal watak dan sifat masing-masing. Akhirnya Mas Radit mengajakku untuk bertunangan dulu. Baru menikah. "Tunggu aku pulang dari luar kota Dish, saat itu aku akan langsung melamar mu." "Apa mas Radit yakin? Kenapa harus tunangan dulu. Kan kita bisa langsung menikah. Disha sanggup kok menunggu mas Radit pulang nanti." "Aku yang tidak sanggup meninggalkanmu lama-lama tanpa ikatan yang jelas. Aku takut ada yang duluan melamar kamu sebelum mas. Tapi kalau mas mengikatmu dalam pertunangan, berarti kamu sudah milik ku walau belum sepenuhnya... tolong beritahu ibu dan ayah yah Dish niat kita ini. Insyaallah minggu ini keluarga mas akan datang untuk mengikatmu dalam status pertunangan. "Baiklah malam ini aku akan memberitahu keluargaku." "Terimakasih sayang, tunggu aku pulang nanti yah". "Iyah mas. Disha akan menunggu." Pada malam hari.. Aku pun menyampaikan niat Mas Radit kepada kedua orang tuaku dan Abang devan. " Disha, Ayah dan ibu tidak pernah melarang mu berhubungan dengan Radit. Selama ini kami juga sudah mengenal anak Radit tuh seperti apa. Tapi apa benar kamu sudah yakin dengan pilihanmu?" "Iya dek. Jangan terburu-buru." "Ayah, Ibu dan abang Devan. Disha sudah yakin dengan pilihan Disha." "Baik, kalau memang itu pilihan kamu Disha. Sekarang kamu lagi yang harus mendengarkan pendapat kami sebagai orang tuamu." "Pendapat tentang apa ayah, ibu?" "Kami tidak akan melarang hubungan atau pertunangan kalian. Sebaliknya kami akan mendukung karena memang itu pilihanmu. Tapi jika nanti misalkan, ada salah satu dari kalian yang memutuskan pertunangan ini. Kamu harus mau di jodohkan dan di nikahkan dengan anak teman kami. Bagaimana? Apa Disha setuju?" "Kok ayah berkata begitu? Dan lagi kenapa tidak habis-habisnya tentang perjodohan sih. Apa segitu jeleknya anak teman ayah itu, sehingga tidak ada yang mau di jodohkan dengannya selain Disha?" "Anak teman ayah tuh tidak sejelek apa yang kamu pikirkan. Mungkin jika kalian di bandingkan, kamu jauh berada di bawahnya.. Jadi bagaimana? kamu setuju?" "Tapi jika pertunangan kami berlanjut sampai pernikahan bagaimana? Kalian tidak akan memaksa Disha untuk memutuskan pertunangan Disha kan?" "Kami bukan orang tua yang yang sekejam itu Disha. Jika memang jodohmu itu Radit, kalian pasti bersatu dan tidak terpisahkan. Jadi kapan keluarga Radit mau datang dan mengikat pertunangan ini?" "Insyaallah minggu ini ayah. Kami bertunangan dulu. Nanti setelah mas Radit pulang dari luar kota, baru kami akan melangsungkan pernikahan kami berdua. Mas Radit juga sudah menyiapkan rumah yang akan kami tempati nanti setelah menikah. Jadi setelah ayah mengetahui ini semua. Apa ayah tetap mau menjodohkan Disha?" "Waktu yang akan menjawab anakku. Jodoh itu sudah di atur sama yang di atas. Hanya itu yang bisa ayah katakan." Ya ampun. Beberapa hari lagi aku dan Mas Radit akan resmi bertunangan. Hmmm. semoga kamu adalah jodohku Mas Radit. Semoga pertunangan kita nanti bisa berlanjut ke ikatan pernikahan. Beberapa hari kemudian.. Hari ini aku dan mas Radit akan pergi melihat rumah yang akan kami tempati setelah menikah. Oleh karena pekerjaan Mas Radit yang harus berangkat keluar kota. Kami menunda pernikahan kami tapi sebaliknya kami bertunangan dulu. Mobil berhenti di sebuah rumah yang sederhana. Berwarna putih dan biru laut. "Dish, rumah ini yang sudah aku persiapkan untuk kamu. Setelah menikah kita akan tinggal di sini. Ini adalah rumah masa depan kita nanti. Ayoo masuk ke dalam." Mas Radit menarik tanganku dan memegang tanganku. Kami bergandengan masuk ke dalam rumah. Benar-benar sederhana tapi ternyata di dalamnya sangat luas. Dan aku sangat menyukainya. Semua perabotan sudah tersusun rapi. "Perabotan sudah aku belikan semua. Tapi jika menurutmu masih ada yang kurang nanti bisa kamu tambahin sesuka hati nanti." "Baik mas, Terimakasih atas keseriusan mas dalam menjalani hubungan ini bersamaku." "Aku yang seharusnya berterimakasih kamu sudah mau menunggu. Apa kamu sudah memberitahu keluargamu tentang rencana pertunangan kita?" "Sudah. Keluarga ku sangat mendukung niat serius mas Radit." "Alhamdulillah, ayo, saya tunjukkan kamar kita nanti setelah menikah. Kamar pribadi kita bersama." Kami masuk di sebuah kamar yang ukurannya besar. Kamar yang sangat lengkap perabotannya ini berwarna putih. Dan di dindingnya ada foto kami berdua yang lagi tersenyum bersama melihat lautan luas. Aku ingat itu di ambil sewaktu kami pergi ke pantai. Jalan-jalan sore di hari kami jadian. "Kamu ingat foto itu? itu di ambil sewaktu kita jadian dulu. Saat itu kamu sangat cantik di mata aku. Dan semakin hari kamu semakin cantik dan bersinar di mataku. Kamu benar-benar menghipnotis ku Ayudisha." " Mas Radit tidak cocok jadi tukang gombal ha..ha..ha." "Aku tuh tidak menggombal Disha sayang. Aku tu serius kamu malah ketawa. Kamar kita ini sengaja saya beri warna putih polos. Karena aku ingin kamu sendiri yang melukis dan mewarnai kamar ini menjadi sebuah karya seni yang akan kita berdua lihat, jika bangun tidur di pagi hari." "Berarti Disha bisa ke sini gitu untuk melukis di dinding-dinding kamar ini? Biar tanpa mas Radit yang menemani?" "Yah bisalah. Kan kamu nanti juga yang menjadi Nyonya rumah ini. Oia kunci rumah ini satu kamu yang pegang, satu lagi saya yang pegang. Ingat di simpan baik-baik, jangan sampai hilang. Kalau hilang nanti kamu tidak bisa masuk ke rumah ini lagi." "Baik mas. Gambar apapun Mas Radit tidak akan marah dan ngelarang kan?" "Tidaklah, buat apa aku marah. Kan ini juga nanti kamar tidur kita bersama. Tapi ingat, jika kamu sudah melukis jangan lupa ingat makan.Dan berhenti jika sudah kecapean. Aku tidak mau kamu sampai sakit." "Baik mas. Akan Disha ingat pesannya. Kalau lupa mas ingatkan lagi kembali ha..ha..ha." Di sinilah yang membuat aku menyukai pria ini. Dia yang sangat baik dan perhatian padaku membuat aku semakin hari jatuh cinta padanya. Oleh karena hari ini ada rapat di sekolah. Aku harus pulang agak terlambat. Selesai rapat aku melihat begitu banyak panggilan telfon dan chat dari mas Radit. Memang sengaja sih hp tidak ku buat berbunyi dan bergetar. Aku tidak ingin rapat terganggu cuma karena hpku yang berbunyi. Hpku bergetar lagi dan si penelfon siapa lagi kalau bukan Mas Radit. "Halo..Assalamualaikum mas." "Waalaikumsalam. Kamu ada di mana dis, kok telfon tidak di angkat, Chat juga tidak di balas? Kamu masih di sekolah?" "Maaf mas tadi hp sengaja ku silent soalnya tadi ada rapat guru TK. Iyah aku masih di sekolah. Ini baru mau pulang ke rumah." "Oh ternyata begitu. Kamu tidak lupa kan sayang? kalau sebentar malam orang tua dan keluargaku mau datang ke rumahmu." "Iyah mas, mana mungkin Disha lupa hari yang penting di hidup Disha. Nanti malam kita bertemu ya mas. Disha harus buru-buru pulang. Ibu sudah dari tadi Chat Disha suruh pulang." "Oke. sebentar malam kita bertemu. Hati-hati bawa motornya ya. Dah.. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Baru saja Mas Radit selesai menelfon ku. Sekarang ibu lagi. Kalau tidak di angkat sekarang bisa ngomel dan marah-marah nanti kalau sampai di rumah. Cari aman kita angkat dulu telfonnya. "Halo bu. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam. Kamu di mana Dis. Mau tunangan kok belum pulang-pulang. Dan lagi mana bajumu yang kemarin ibu kasihkan buat kau pakai sebentar malam? Kok ibu lihat tidak ada di kamarmu ini?" "Disha masih di sekolahan bu. Tadi ada rapat semua guru TK. Ini sebentar lagi Disha pulang kok. Ada bajunya tuh di dalam lemari. Disha sudah siapkan semalam." "Ibu kira kamu hilangkan lagi. Secara kamu tuh kan suka menaruh barang sembarangan. Hati-hati tuh kalau pulang bawa motornya. Ya sudah ibu tungguin. Assalamualaikum". "Wassalamualaikum." Setibanya aku di rumah. Ibu benaran sudah menunggu ku di beranda rumah. Sambil menggeleng kepalanya. "Ayo cepat kamu mandi dan bersiap-siap. Keburu keluarganya Radit datang kamu belum apa-apa. Cepat ke atas. Ingat! tidak pakai lama di kamar mandi loh Dis!" "Iyah ibu." Aku naik ke kamar. langsung mandi dan bersiap-siap. Duh.. Kok jadi deg-degkan yah? Tarik nafas dan hembuskan secara pelan-pelan. Bismillah.. Semoga lancar. Dari kamar, Aku melihat banyak mobil yang sudah berdatangan. Pasti Mas Radit sudah datang bersama keluarganya. Tidak lama aku di panggil ibu untuk turun ke bawah. Duh jantung.. Tenang.. Jangan gugup. Aku turun ke bawah dan melihat sudah ada mas Radit bersama keluarganya yang sedang duduk menungguku. Setelah adanya pembicaraan dan persetujuan kedua belah pihak, Akhirnya aku dan Mas Radit resmi bertunangan. Dan di hadapan dua keluarga yang berkumpul, Mas Radit mengatakan. Akan meminang ku sepulangnya dia dari luar kota. Betapa bahagianya aku sampai tidak bisa berkata-kata. Selangkah lagi, Kami akan menjadi pasangan yang halal dunia akhirat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD