Awal
"Gea gak ngerti sama mereka bik, kenapa mereka sering gangguin Gea. Padahal Gea gak pernah gangguin mereka. Apa karna wajah Gea yang jerawatan dan Gea juga miskin jadi mereka bisa menghina Gea sesuka hati" itulah curahan hati Gea pagi ini ketika ada di warung tempatnya bekerja.
"Huss gak boleh ngomong kayak gitu nduk, miskin kaya itu sama aja cuman beda nasib aja itulah yang namanya ujian hidup jadi kita kena sabar dan harus ikhlas ngejalaninnya. Udah ya gak baik kamu kayak gitu nduk" bibi Endah memberikan nasihat kepada Gea agar Gea mengerti tentang kehidupan ini.
Tanpa sadar ada seorang laki-laki yang menguping pembicaraan mereka ia adalah Danu teman satu kelas Gea.
"Dia fikir dia bisa lepas dari gangguan aku hahaha oke hari ini aku maklumi tapi tidak dengan besok" Reza si raja bullying merasa kesal sebab hari ini ia tidak bisa melakukan aksinya kepada Gea. Tanpa diketahui oleh Gea, Reza mengikuti sampai kerumah dan menguping pembicaraan Gea dan juga ibunya.
"Ibu boleh gak adek kerja, kalo adek kerja adek bisa banyak uang bisa bantuin ayah sama ibu dirumah" rayuan yang dilontarkan Gea agar diizinkan bekerja.
"Gak, nduk jangan coba-coba rayu ibu kayak gitu. Nduk dengarkan ini ya cuman ilmu yang boleh mengangkat derajat kita lebih tinggi nduk. Kamu harus belajar dengan giat agar bisa masuk ke universitas ternama di kota ini. Dikasi tau malah kayak gitu kamu nduk, kamu gak mau apa ngerubah nasib keluarga kita?"
"Gak bukan gitu Bu, Gea cuma gak mau nyusahin ayah sama ibu. Insyaallah Gea akan belajar sungguh-sungguh. Mudah-mudahan kelak Gea bisa mengangkat derajat keluarga kita ya Bu". Gea berjalan dan masuk kedalam pelukan sang ibu.
Pagi itu Gea yang asik bersenandung tiba-tiba tangannya dicekat oleh Reza. Ternyata Reza sudah menunggunya.
"Eh apa-apaan ini kenapa pegang-pegang tangan aku, sakit tau gak" Gea yang kaget dan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Reza.
"Hahaha kenapa sakit ya, baru gitu aja udah mau nangis" Reza dengan tatapan mengejek kearah Gea.
"Kamu mau apalagi sih, sukanya gangguin perempuan Cemen" dengan santainya Gea berbicara seperti itu didepan Reza yang membuat Reza bertambah marah kepadanya.
"Cemen kamu bilang hahha gak sama sekali anak miskin, aku bisa gangguin semuanya apalagi yang modelan kayak kamu" sambil tertawa mengejek Reza mendorong tubuh Gea.
"Cukup kamu ingat masih ada banyak hal yang akan kamu rasakan, nikmatilah" Reza berlalu pergi meninggalkan Gea yang masih berdiri.
Pagi itu Reza dan teman-temannya sedang berkumpul dan membuat rencana untuk mencelakai Gea.
"Wiya, nanti pulang sekolah kamu ikutin kemana perempuan jelek itu pergi. Saat dia tengah sendiri kamu laksanakan rencana yang telah kita buat". Reza berbicara kepada teman perempuannya.
"Sip bos itu mah kecil" wiya mengacungi jempol dan mengedipkan matanya kepada Reza tanda ia mengerti dengan rencana tersebut.
Sepulang sekolah Gea dan temannya Andin berjalan bersama Tiba-tiba saja gea kebelet ingin pipis.
"Ndin, ke sana yuk" Gea menunjukkan toilet umum yang ada diseberang jalan.
"Kamu kenapa Gea?" Andin yang polos bertanya dengan pertanyaan aneh menurut Gea.
"Mau masak Ndin, kamu udah tau disana WC jelaslah aku mau buang air" sambil kesal Gea berjalan sendirian meninggalkan Andin yang masih ketawa cengengesan.
Tanpa sepengetahuan Gea dan Andin, wiya bersama geng nya sudah menunggu disebalik WC tersebut. Disaat Gea sudah selesai dengan ritual nya dan mau keluar tiba-tiba pintu dikunci dari luar, Gea terus memanggil Andin agar segera membukakan pintu untuk nya tapi Andin juga bingung kuncinya tidak ada diluar. Andin Pun meninggalkan Gea sendirian untuk mencari kunci WC tersebut kepada yang jaga. Sepeninggal nya Andin wiya dan geng nya tiba-tiba masuk kedalam WC tempat dimana Gea berada tanpa adanya pertanyaan mereka langsung menghajar Gea, menendang perutnya hingga mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Sesampainya Andin bersama tukang jaga WC Mereka kaget melihat Gea sudah tidak sadarkan diri dan mereka langsung membawa Gea kerumah sakit terdekat. Untungnya rumah sakit tidak jauh dari WC umum tersebut sehingga Gea dengan cepat mendapatkan perawatan medis dan ia koma selama 3 hari.
Setelah menjalani masa-masa kritis akhirnya Gea sadar kembali dengan kondisi yang sangat memperhatikan. Dengan melakukan perawatan yang baik akhirnya kondisi Gea mulai membaik dan sudah boleh dibawa pulang. Sesampainya dirumah Gea langsung ditanya sama ibunya kenapa bisa terjadi seperti itu tapi Gea hanya diam dan tidak mau berbicara. Gea takut jika ia mengatakan yang sebenarnya malah akan menimbulkan rasa benci dan Gea juga tidak ingin membebani pikiran kedua orangtuanya terhadap pelaku.
Gea fikir itu adalah terakhir kalinya Reza melakukan kekerasan fisik terhadap nya walaupun bukan Reza langsung yang menghajarnya. Tapi Gea salah, Reza telah menyiapkan satu rencana yang bahkan menimbulkan kebencian ayahnya kepada Gea.
Ketika Gea lagi asik menyiapkan makanan di dapur tiba-tiba saja ayah dan ibunya datang.
"Ayah ibu yok kita makan Gea udah masak banyak untuk ayah sama ibu" dengan senyuman Gea mengajak kedua orangtuanya untuk makan bersama.
Tapi wajah ayah Gea sudah merah padam menahan amarah terhadap nya.
"Kamu kenapa melakukan ini Gea? Apa kamu gak laku sampai harus membuat selebaran kayak gini!" Ayah Gea menunjukkan 1 lembar selebaran yang ia dapati dari luar, disana tertera foto Gea yang hanya menggunakan bra dan juga CD. Dibawah foto tersebut menampilkan nomor telepon yang bisa dihubungi jika ingin dengannya.
"Dari mana ayah dapat ini? Gea gak pernah buat hal hina kayak gini yah, semua ini editan yah, Gea gak mungkin kayak gitu. Ayah tolong percaya itu bukan Gea yah, Gea berani bersumpah diatas Al-Qur'an bahwa itu benar-benar bukan gea". Gea yang shock mendapati selebaran tersebut akhirnya menangis kok ada orang yang tega melakukan hal itu terhadap nya.
"Jelas-jelas itu muka kami yang ada disana Gea! Kalau pun itu bukan kamu bagaimana kamu bisa jelasin ke orang-orang. Ayah malu Gea MALUU mau diletak dimana muka keluarga kita. Udahlah kita ini miskin sering dihina tambah lagi kami bikin ulah seperti ini" dengan perasaan yang sangat marah ayah Gea langsung pergi meninggalkan Gea yang manangis sendirian.
Ibu nya hanya bisa menatap iba kepada sang putri dan langsung memeluk putri semata wayangnya itu.
"Ibu percaya kan bahwa yang ada diselebaran itu bukan Gea?" Dengan berderai air mata Gea bertanya kepada ibunya.
"Ibu percaya kok nduk. Anak ibu gak mungkin melakukan hal yang keji seperti itu. Kamu yang sabar ya nduk semua ini ujian untuk kamu agar kelak kamu menjadi perempuan yang kuat. Ya sudah jangan nangis lagi, ibu kedepan dulu ya mau nyusulin ayah kamu ibu akan jelaskan kepada ayah kamu bahwa kamu gak kayak gitu. Maafkan ayah kamu ya nduk" Gea pun berdiri dengan dibantu ibunya kemudian ibu gea menyusul ayahnya kedepan.
"Yah, kamu jangan kayak gitu sama Gea dia putri kita satu-satunya yah. Ibu yakin itu bukan Gea. Gak mungkin Gea seperti itu yah, bagaimana Gea mau memfoto dirinya seperti itu sedangkan dia aja gak punya HP yah" ibu Gea mencoba menjelaskan kepada suaminya agar suaminya mengerti dengan kondisi tersebut.
"Aku percaya Bu, tapi bagaimana dengan pandangan orang-orang terhadap keluarga kita Bu? Walaupun aku menjelaskan itu bukan anakku tapi mereka gak akan percaya pasti mereka bilang bahwa orang tua pasti bela anak walaupun anaknya salah sekalipun. Udah lah susah sekarang mau nyari pekerjaan ditambah ada hal yang kayak gini tambah susah Bu. Mau makan apa kita? Tanpa sadar mata ayah Gea mengembun dan sedikit mengeluarkan bulir bening dari matanya. Orang tua mana yang tidak sakit hati jika anaknya diperlakukan seperti itu tapi mereka hanya bisa diam dan tidak bisa melawan atas apa yang terjadi.
Hari setelah jam pelajaran olahraga selesai. Reza mengumpulkan teman-temannya dimana Gea berada. Gea yang asik ngobrol bersama Andin tiba-tiba langsung berhenti. Gea menatap heran kearah Reza apa lagi yang ingin dilakukan oleh Reza terhadapnya.
"Baiklah teman-teman semuanya aku berdiri disini berhadapan langsung bersama Gea dengan ini aku meminta maaf kepada Gea atas segala kesalahan yang telah aku lakukan" Reza tiba-tiba memegang tangan Gea. Tapi Gea langsung melepaskan tangannya dari genggaman Reza.
Gea hanya diam berdiri tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Ia hanya menyaksikan bagaimana tindakan Reza, dan Gea yakin Reza tidak benar-benar tulus meminta maaf kepadanya. Setelah selesai Reza berbicara Gea mengajak Andin untuk segera pergi dari sana tapi tangan Gea dipegang oleh Reza dan dipaksa untuk berhenti.
"Tolong jangan pergi Gea, maafkan kesalahanku ini" Reza dengan ekspresi memelas didepan wajah Gea. Ekspresi itu hanya sebentar saja dan langsung menjadi seringai yang menakutkan tapi tidak untuk Gea ia sama sekali tidak takut.
"Kamu pikir aku benar-benar ingin minta maaf kepada perempuan jelek kayak kamu ha.. cuiih" Reza dengan entengnya meludah tepat didepan wajah Gea dan Gea pun ditertawakan oleh teman-temannya.
Tapi siapa sangka Gea yang dulu hanya diam tiba-tiba menampar pipi Reza. Seketika Reza dan teman-temannya kaget bukan main. Gea berjalan sambil menunjuk ke arah Reza
"Kamu fikir aku takut sama kamu? Jangan cuma gara-gara kamu punya tubuh yang besar aku takut gak sama sekali Reza. Hmm kamu ini ternyata juga penakut ya jadi laki-laki jangan kamu fikir aku gak tau bahwa kamu yang suruh wiya menghajar aku didalam WC, kamu juga kan yang buat selebaran itu seolah-olah aku kepengen kali melakukan hal menjijikkan kayak gitu. Kamu ingat ini baik-baik Reza Wijaya Kusuma aku gak akan pernah melupakan semua yang pernah kamu lakukan sama aku, semoga kamu merasakan bagaimana sakitnya menjadi aku dan satu lagi semoga kita gak pernah bertemu kembali" sebelum pergi Gea kembali menampar pipi Reza yang sebelah nya.
Reza hanya diam saja tanpa adanya perlawanan yang ia berikan. Semua kata-kata yang keluar dari mulut Gea sudah sangat menyesakkan d**a. Dan hari itu menjadi hari terakhir Reza bertemu dengan Gea.