Bolehkah Aku?

1313 Words
Ziya POV Tiga bulan sebelumnya............... Flashback on         Aku saat ini berada di sekolah. Aku ada les pagi (les jam ke 0). Ya sejak pertengahan di semester 5, sekolahku sudah mengadakan les jam ke-0 untuk persiapan UNBK. Saat ini aku tengah sibuk memperhatikan setiap penjelasan guru. Otakku masih fresh untuk menerima pelajaran les matematika ini. Abi dan bunda selalu bilang “Tana, Ziya waktu pagi adalah waktu yang paling tepat untuk menambah ilmu.” Nasihat itu selalu terpatri dalam benakku. Oh ya tunggu tunggu di nasihat tadi ada nama Tana. Tana adalah saudara kembarku. Namanya Artanabil Raqila Shahbaz, Mas Tana panggilannya dalam keluarga. Kami sekolah di sekolah yang sama. Kami pun selalu pergi ke bersama ketika bersekolah. Dialah pelindungku setelah abi. Mas Tana selalu menjagaku seperti saat itu waktu kami baru masuk kelas XI. Ya, tahulah gimana anak SMA waktu itu. Anak SMA kelas XI saat itu sudah mulai berani menggoda lawan jenisnya dengan kata lain sudah mengenal arti kata suka dengan lawan jenisnya. Tapi tenang itu tak berlaku untuk Mas Tana. Ya Mungkin dia pernah suka sama wanita lawan jenisnya. Tapi aku tahu dia tak akan mengumbar rasa cintanya sebelum ada ikatan halal. Mas Tana sosok orang yang sholeh. “ehem....cuit-cuit.........Ziya cantik mau endak jadi pacarku?” “Ziya mau endak jadi ibu dari anak-anakku?” Godaaan mereka dan banyak lagi. Aku hanya menanggapi dengan senyuman. Tapi Mas Tana tahu sebenarnya aku risih digoda seperti itu. “Ssstttt.....adikku itu, jangan digoda gitu.  Kalau kalian berani langsung temui laki-laki dihidupnya.” Bela Mas Tana. “Uu...ststst abangnya marah bro.” aku hanya tersenyum dan kemudian berlalu. Entah apa lagi yang mereka katakan  lagi aku tak peduli. Flashback off         Saat ini hari terakhir aku menjalani UNBK. Sebentar lagi aku akan melepas seragam SMA dan statusku tak lagi sebagai pelajar SMA. Tak terasa memang 3 tahun berlalu begitu cepat. Sepertinya baru saja aku mendaftar SMA eh sekarang udah mau selesai UNBK. “Huh ....Alhamdulillah.” hembusan nafas dan rasa syukur tak henti terucap darii muulut seluruh siswa. Kini ujian telah berhasil kami selesaikan tinggal menyerahkan hasilnya pada Allah. “Alhamdulillah.” kataku setelah keluar ruangan. Aku menyalakan telepon canggihku yang kemudian langsung ada pesan dari Mas Tana. “Ziya...tungguin mas yah...mas mau ngurusin berkas dulu.” Pesannya. “Ok, tak tunggu di kantin ya mas.” Balasku. “Nai..kantin yuk!! laper nih!!” kataku pada sahabatku Naila. “Hem, baiklah, ayo kalo gitu.” katanya. Aku makan di kantin sambil menunggu Mas Tana. “Ish ... Mas Tana  lama ih!!” gerutuku karena sejak pesan tadi sampai makananku habis dia tak kunjung datang juga. “Sabar Ziya sayang, mungkin Tana lagi ada urusan.” Kata Naila bijak. “Mm iya sih, tadi kan Mas Tana bilangnya mau ngurusin berkas.” “Tana jadi kuliah di Kairo?” “jadi kayaknya.” Raut mukaku berubah sendu. “Lho-lho kok jadi sendu gitu toh mukamu?” katanya. “you know lah Nai.” jawabku sekenanya. “kamu masih belum ikhlas mau jauhan sama Tana?” “hem..ya begitulah.”jawabku. “ya udahlah Zi...ikhlasin aja, mungkin ini udah yang terbaik ingetkan apa yan selalu kamu  bilang ke aku.” “Allah tau apa yang lebih baik untuk kita.” Kataku. “Nah itu tau..jadi ikhlasin ya.” “ Ya, Insyaallah deh, aku akan ikhlas. Ah....aku bakalan kangen banget sama kamu Nai kalau udah kuliah nanti.” kataku kemudian memeluknya. “iya ... nanti aku sering kesini kok. Udah ah tuh Mas Tanamu dateng.” “Assalamu’alaikum, Mas lama yah dek, maaf.” katanya. “Wa’alaikumussalam hem iya tak maafin kok, ayo Mas pulang!! udah ditungguin bunda di rumah.” Kataku. Aku dan Mas Tana akhirnya pulang.         Sesampainya di rumah seperti biasa kami langsung ganti. Setelah ganti ku lihat bunda ada di kamar. Adikku enggak ada di rumah. Oh iya aku belum cerita. Aku punya adik laki-laki. Namanya Affan Biyatsa Nur Falah. Saat ini dia masih kelas X SMA. Dia juga hafidz Qur’an. Semua anak abi dan bunda Hafidz Qur’an termasuk aku. Jarak umurku dan adik bungsuku satu-satunya ini hanya terpaut 2 tahun setengah. Oh ya sedikit info, adikku ini hafal Al Qur’an ketika umurnya baru jalan 9 tahun. Ini rekor untuknya. Karena aku hafal Al Qur’an itu sekitar umur 11 tahun dan Mas Tana sekitar umur 10 tahun. Adikku ini kecerdesannya melebihi aku dan Mas Tana. Dia ini menurutku sih ganteng, pinter plus sholeh endak kalah deh sama Mas Tana. Saking kerennya baru masuk kelas X saja udah banyak akhwat yang tergila-gila sama dia. Maklum lah saudara laki-lakiku ini tidak hanya Affan, Mas Tana pun hampir keseluruhan mirip dengan abi jadi ya tampan. Kalo aku kebanyakan mirip sama bunda ada sih yang mirip abi tapi sedikit. Aku lebih dominan bunda, jadi perawakanku ya seperti ini. Ku syukuri saja apa yang telah diberi Allah. Ku sapa bunda lalu aku masuk ke kamarnya. “Assalamu’alaikum bunda, boleh kakak masuk?” Kataku. “Wa’alaikumussalam masuk sayang endak papa kok.” Jawab bunda. “Bunda.......” panggilku manja pada bunda. Bunda pun menghentikan aktifitasnya sejenak. “Ada apa sayang??” ku letakkan kepalaku di pangkuannya. Bunda membelai lembut kepalaku. “Mm bunda .....endak bolehkah kakak ikut kuliah sama mas?” tanyaku. “Masalah itu kan sudah pernah kita bahas sayang sama abi juga!!” katanya lembut. “bunda ini pertama kalinya kakak pisah sama Mas Tana, kakak takut bunda!!” kataku sambil menunduk. “kakak denger bunda !!” perintahnya sambil menangkupkan kedua tangan lembutnya ke wajahku. “keputusan ini memang sudah bunda dan abi pikirkan masak-masak sayang. Biarkan masmu itu menggapai cita-citanya. Kakak harus belajar mandiri dengan jauh dari Mas Tana, kakak harus belajar  untuk menjadi muslimah yang kuat. Kakak itu satu-satunya putri bunda dan abi. Mungkin kamu nyangka abi dan bunda egois endak ngebolehin kamu kuliah di luar negeri. Semua ini bunda dan abi lakukan demi kamu. Kamu permata keluarga ini, kamu harus kami jaga. Nduk jika sekarang kamu minta kuliah sama mas mu...kapan kamu bisa maju, kapan kamu bisa untuk tidak terus bergantung sama Mas Tana....? hemm..? Nduk sayangnya bunda, kamu kan juga sudah diterima di kampus yang kamu inginkan lewat jalur SNMPTN to? Kalo kamu batalin sayang nduk, rejeki sudah Allah berikan di depan mata kamu tolak. Di luar sana masih banyak orang yang kesana kemari pusing mencari universitas yang mau menerima, kamu yang dimudahkan oleh Allah untuk mendapatkannya malah kamu sia-siakan. Syukuri apa yang telah kamu dapat sayang.” Kata bunda lembut. ‘InsyaAllah bunda mulai hari ini Ziya akan ikhlas melepas Mas Tana. Ziya janji, Ziya akan jadi muslimah yang kuat. InsyaAllah bunda, terima kasih bunda telah membukakan mata hati Ziya.’ Janjiku di dalam hati. Tak lama bunda berkata, Mas Tana masuk. “Ternyata di sini Ziya sama bunda.” Katanya. “Ih mas Tana ganggu aja deh sesi curhat cewek-cewek.” Kataku sok jengkel. “kakak endak boleh gitu, Iya sayang bunda di sini Mas Tana mau apa..?” tanya bunda. “hehehe endak bun, Tana cuma laper aja.” katanya. “Oalah laper to....ya udah bunda siapain bentar. Kakak endak laper juga?” “Ziya mah tadi di sekolah udah makan bunda habis 3 piring lagi.” ledek Mas Tana lalu pergi. “Mas Tana...........”teriakku. Bunda cekikikan lalu geleng-geleng kepala melihatku mulai riuh dengan Mas Tana. “endak Bun, tadi kakak hanya beli seporsi kok bund bohong tuh Mas Tana bun.” Belaku. “Iya seporsi tapi isinya kayak 3 piring.” Ledek Mas Tana lagi. “Ih Mas Tana, Ya Allah sabarkan Ziya Ya Allah.” Kataku sambil menirukan gaya Baim waktu kecil. Setelah itu ku hampiri Mas Tana. “udah-udah jangan berantem. Iya sini bunda kasih makan dua-duanya.” kata bunda. Cerialah kembali aku karena ulah Mas Tana. Kini telah ku ikhlaskan hatiku tuk hidup berjauhan dengan Mas Tana. ♥♥♥♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD