Wisuda dan Bye Tana

852 Words
        Tak terasa setelah menjalankan UNBK, kini giliran angkatanku untuk wisuda melepas seragam putih abu-abu selama 3 tahun terakhir. Hasil UN pun alhamdulillah sudah di tangan. Tetap juara pertama UN terbaik adalah Mas Tana dan aku tetap yang kedua. Beda nilai kami hanya sedikit. Ah sudahlah yang penting kedua anak abi sudah membanggakan nama keluarga. Abi dan bunda bangga padaku dan Mas Tana.         Waktu pengumuman hasil UN seminggu lalu abi dan bunda langsung memelukku dan Mas Tana menyalurkan rasa sayang kebanggaan saat mengetahui hasil yang kami terima. Hari ini, abi, bunda dan Affan datang ke acara wisudaku dan Mas Tana. Di awal acara kami sekeluarga menikmati persembahan demi persembahan yang ditampilkan hingga akhir acara. Sebelum acara berakhir kini saatnya giliran angkatanku menerima bukti kelulusan. Semua siswa bergiliran ke atas panggung menerima bukti lulus itu.         Setelah selesai aku sekeluarga foto bersama untuk kenang-kenangan. Foto ini akan terpajang di istana kami. Acara wisuda pun selesai. Keluargaku memutuskan untuk makan siang di restoran. Tetap dengan Mas Tana yang mengenakan jas wisuda dan aku yang mengenakan kebaya namun syar’i. Kami menuju restoran cabang milik abi. Niatnya sambil mengontrol perkembangan restoran. Abi bilang pada karyawannya untuk menyiapkan menu makan siang komplit untuk keluarganya. Kami hanya tinggal menunggu makanan diantar. “Alhamdulillah, Mas Tana sama kakak sekarang udah lulus SMA, hasil UN juga Alhamdulillah. Bunda bersyukur banget sayang sama Allah. Makasih ya sayang, kalian kebanggaan keluarga ini.” kata bunda. “iya bunda, Alhamdulillah abi juga bersyukur punya anak-anak yang pinter terus ngebanggain nama keluarga.” Kata abi. “Ouu...bunda abi seharusnya kakak dan Mas Tana yang terima kasih sama abi dan bunda. Berkat doa–doa kalian kakak sama Mas Tana bisa seperti sekarang ini. Syukron abi, syukron bunda sudah mendidik kakak dan Mas Tana sampai sekarang dan nanti.” kataku kemudian memeluk bunda. “iya sayang.” kata abi yang kemudian ikut memeluk aku dan bunda. Kemudian abi melambaikan tangan agar Mas Tana dan Affan ikut bergabung. Dan beginilah kami sekarang, sekeluarga berpelukan. Layaknya film TELETUBIES dan selayaknya keluarga yang hangat akan kasih sayang. Saat berpelukan itu pun tanpa sadar air mataku dengan bebasnya telah turun mengalir membasahi pipiku.    ‘Mungkin ini pelukan terhangat sebelum Mas Tana pergi ke Kairo. Aku akan simpan ingatan tentang  pelukan ini. Akan ku simpan ingatan ini dalam hati terdalamku. Pelukan ini akan jadi pelukan terindah sepanjang hidupku.’ Batinku. “Ehem abi, makanannya dateng tuh!” kata Affan. ‘Ish adikku ini emang suka ganggu suasana ih’ batinku. Semuanya segera melepas pelukan. Aku menghapus air mataku. Setelahnya pelayan meletakkan makanan di meja. Kami makan di ruang yang cukup privasi. Jadi jika kami sedang berpelukan seperti tadi tidak akan ada yang melihatnya. Ruangan ini hanya digunakan jika ada keluarga atau customer yang dengan sengaja memesannya. “Yey...makanan dateng, Alhamdulillah” sorakku. “Yo wis ayo makan!!” kata abi. Setelahnya keluargaku makan dalam hangatnya kebersamaan. Tak perlu lama untuk menyelesaikan makan, keluargaku pun telah selesai. Saatnya kami kembali ke rumah. Kami harus bersiap-siap untuk kepergian Mas Tana besok ke Kairo. *** Keesokan paginya....         Pukul 09.00 WIB keluargaku sudah ada di bandara. Pukul 10.00 WIB, Mas Tana harus berangkat ke Kairo. Detik berlalu berganti menit. Waktu satu jam tak terasa. Kini tinggal 10 menit kebersamaanku dengan Mas Tana. Mas Tana berpamitan pada abi, bunda dan Affan. Sali dan kemudain berpelukan.    “Hati-hati yo le....di negeri orang. Bismillah le semoga di beri kelancaran sama Allah.” Itu kata abi yang ku tangkap. “hati-hati sayang, kalo udah nyampek langsung kasih kabar ke bunda. Sehat ya le disana!!” “inggih bunda” jawabnya. “Mas, hati-hati ya, disana jaga kesehatan.” Kata Affan. “iya dek, insyaAllah kamu juga ya, Mas titip Mbak Ziya ya, gantiin peran mas sebisa mu waktu mas di Kairo.” “inggih mas Insyaallah.” Jawab Affan. Pesan Mas Tana berkahir pada Affan. Terakhir giliranku melepas kepergian Mas Tana. “Ehem, dek kamu endak mau peluk mas?” tanyanya. Awalnya aku bimbang. “Ya udahlah, abi, bunda, dek Tana berangkat ya!! Assalamu’alaikum.” kata Mas Tana. Setelah mendengar salamnya tak perlu bimbang lagi, langsung ku berlari untuk memeluknya. “Mas, kamu hati-ati ya...sering telpon Ziya, pokoknya mas harus sering telpon!!” kataku sambil meneteskan air mata. “Tadi aja gengsi mau meluk, sekarang erat plus nangis lagi wkwkw.” Kata Tana. “Ih Mas Tana selalu deh....” kataku sambil memukulnya. “Iya adekku, kembaranku mas bakal sering telpon kok. Udah ah nagisnya, tuh bajuku jadi kena ingusmu semua hahaha.” “Ih gak asik ya udah sana pergi.” Katau ngambek. “Ye Ziya ngambek.......!cie ngambek....cie, cie ngambek...” godanya. “Yakin endak mau peluk lagi kangen lho nanti sama pesonaku..!!” godanya lagi. “Ish...dasar.” aku terkekeh dan akhirnya aku dan Tana pelukan lagi. Setelah itu panggilan untuk penumpang pesawat tujuan Kairo terdengar. Mas Tana pun pergi untuk menggapai cita-citanya.    ‘Bye Mas Tana...raihlah cita-citamu mas. Ziya doakan mas selalu sehat disana’ batinku. Mas Tana masuk pesawat menuju Mesir dan kemudian berangkat. Setelah itu kami sekeluarga pun kembali kerumah. Menjalani hari-hari tanpa ada kehadiran Mas Tana. ♥♥♥♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD