bc

My Son

book_age18+
1.4K
FOLLOW
7.9K
READ
possessive
family
arranged marriage
arrogant
independent
drama
sweet
bxg
first love
like
intro-logo
Blurb

Jaevyna, wanita mandiri yang hidup sebatang kara ini harus mendapatkan cobaan berat dalam hidupnya. Itu semua akibat perbuatan David Jerold, pria tak dikenal yang menidurinya saat ia dalam keadaan mabuk berat hingga Jae mengandung seorang anak lelaki.

Enam tahun berlalu, namun Jae belum bisa melupakan kejadian itu, meskipun ia sama sekali tidak menyesal dengan kelahiran putranya bernama Joe.

Saat menciba menata hidup bahagia bersama putranya, tiba-tiba saja David muncul lagi dan akhirnya mengubah kehidupan Jae.

chap-preview
Free preview
Prolog
"Dewasa. Bukan suatu tentang umur atau status menikah yang berani memiliki anak, tapi tentang sikap dan jalan berpikirnya seseorang." *** -Joevanca- "Aku pulang" Hening.  Menandakan tidak ada siapapun di rumah ini. Aku menutup pintu lalu menguncinya. Tak lupa aku melepas sepatu kecilku lalu meletakkan ke tempatnya. Aku berjalan memasuki kamar yang penuh mainan pemberian Mommy. Kulepas dan meletakkan tas yang kubawa ke atas meja belajar kecilku. Tanpa membuang waktu aku mengganti baju dengan kaos bergambar ironman pemberian Mommy dan meletakkan baju kotorku ke ranjang yang ada di kamar. Aku langsung menuju dapur untuk mengecek ricecooker. Ternyata kosong, hanya beberapa butir nasi yang menempel di permukaannya. Tidak hanya itu, makanan di atas meja makanpun kosong. Itu artinya aku harus membuat sesuatu untuk memenuhi isi perut yang sudah berteriak minta diisi. Aku mengambil 2 gelas kecil beras untuk dibersihkan, lalu kubuat ke dalam wadah ricecooker yang sudah bersih. Walau aku dan Mommy tinggal di negara yang tak biasa memakan nasi, Mommy bilang tidak bisa menghilangkan kebiasaan itu, karena nasi adalah makanan wajib dari negara asal kami. Kata Mommy, kami berdua bukan asli orang negara ini yang tidak lain adalah negara New York. Aku tidak peduli dan tidak mau tahu asal negara kami di mana. Yang terpenting aku selalu bersama Mommy di manapun dia berada. Sebenarnya Mommy mempekerjakan seorang wanita yang biasa kupanggil Aunty Bella yang usianya tidak beda jauh dengan Mommy, untuk menjagaku dan membersihkan tempat tinggal kami. Karena Mommy sibuk bekerja menjadi seorang koki di salah satu rumah makan pizza yang cukup terkenal dikalangan orang sederhana seperti kami. Tapi kesibukan Mommy dimanfaatkan oleh Aunty Bella untuk bersenang-senang dengan teman-temannya. Dia tidak menjalankan tugasnya dengan benar seperti membereskan rumah atau mengurusku, tapi sesungguhnya aku memang tidak perlu diurus oleh siapapun karena aku bisa melakukannya sendirian, terkecuali bersama Mommy. Bersama Mommy aku akan menjadi diriku sendiri, bermanja dengan Mommy adalah hobiku, di pelukan Mommy juga tempat ternyamanku.  Setiap menatap wajah Mommy yang lelah aku selalu merentangkan tanganku minta digendong atau dipangku olehnya, memberikan sedikit kehangatan yang Mommy bilang bisa menghilangkan lelahnya walau hanya memeluk dan menciumku. Melihat senyum Mommy yang cantik juga selalu membuatku senang. Aku tidak ingin membuat Mommy sedih atau berpikiran tantang Aunty Bella yang dia bilang selalu mengurusku, tapi nyatanya tidak.  Cukup lelah karena pekerjaan untuk menghidupi kami berdua, jangan sampai Mommy menjadi sedih mengetahuinya. Karena itulah aku memilih diam tidak memberi tahu pada Mommy apa yang sudah terjadi selama 1 tahun ini. Dan itu juga membuatku mandiri melakukan pekerjaan rumah agar Mommy sesampai ke rumah  hanya mandi, bermain denganku, dan beristirahat. Tak lagi membereskan rumah karena sudah rapi dan bersih. Sekarang aku sudah menyelesaikan makan siang dan membereskan semuanya. Aku tersenyum. Sudah tidak ada lagi yang harus aku bereskan, dan sekarang mata serta badan kumulai terasa lelah. Kubuka pintu kamar yang berbau bedak bayi. Kurebahkan badan di atas single bed-ku dan memeluk boneka kesayangan pertama yang Mommy beri. Mataku perlahan memejam dan mulai memasuki alam mimpi yang aku sukai. *** -Jaevyna-  “Joe, Mommy pulang.”   Aku membuka pintu flat sederhanaku ini dengan sedikit berteriak, memastikan keberadaan Putraku sedang tidur atau tidak.   Tidak ada jawaban.  Aku langsung menuju kamarnya yang tepat di depan pintu kamarku.   Setelah pintu terbuka, aku melihat Joevanca terlelap dengan boneka gajah yang besarnya hampir sama dengan tubuh kecilnya.  Kuhampiri lalu berjongkok untuk melihat wajahnya yang tertidur pulas.  Ku-usap pucuk kepalanya pelan lalu kecupan hangat mendarat di keningnya.  Aku berdiri lalu berjalan sepelan mungkin agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun untuk beranjak dari kamar yang penuh dengan mainannya ini.  Sesampai di kamar, aku melepaskan seluruh pakaian kerja yang sedikit tercium bau keringat kering yang menempel, lalu meletakkannya ke dalam keranjang pakaian kotor.  Kubersihkan tubuhku dari keringat  dan debu membuat badanku sedikit lengket.   Setelah selesai dengan gulungan handuk di kepala, aku keluar kamar menuju meja makan yang sudah ada sekotak kue coklat kesukaan Joe di atasnya, lalu kupindahkan ke sebuah piring.   "Mommy,"   Kutengok kearah suara manja itu.  Aku tersenyum. Betapa lucunya rambut berantakkan dengan tangan kecilnya terangkat mengucak mata khas bangun tidur.   "Hallo, sayang. Mommy pulang bawa kue coklat kesukaan Joevanca. Ayo kita makan bersama!" Ajakku mendaratkan p****t di atas sofa dan menepuk paha mengisyaratkannya untuk duduk di pangkuanku.  Mendengar kue kesukanya membuat wajah kecil itu terlihat gembira lalu berlari kecil kearahku yang langsung mengangkat badan mungilnya mendudukan di pangkuanku. "Anak Mommy udah besar! semakin berat saja," kucubit pipinya yang berisi.   "Kalau aku semakin besar, aku tidak bisa duduk di pangkuan Mommy lagi?" ucapnya dengan mempoutkan bibirnya.  Aku tertawa melihat ekspresinya. "Jelas dong sayang. Nanti Joevanca akan tumbuh besar seperti Mommy, yang pasti Mommy tidak cukup kuat menahan tubuhmu yang semakin besar." Wajahnya ditekuk terlihat kecewa. "Karena itu sering-seringlah duduk di pangkuan Mommy, sayang. Nanti kalau Joe sudah besar tidak bisa lagi." Sambungku diakhiri dengan senyuman.  Ia langsung memeluku dengan tangan kecilnya dan menyandarkan kepalanya di dadaku. "Tapi aku masih bisa memeluk Mommy, kan?"  "Tentu, sayang. Selalu dan kapanpun anak Mommy yang tampan ini bisa memeluk Mommy sepuasnya." Kubalas pelukannya dengan hangat, ku-usap lalu kukecup sayang pucuk kepalanya.   Kuraih remot TV untuk dinyalakan. Mencari chanel kartun kesukaan Joe untuk kami tonton. Joe masih di pangkuanku dengan kue coklat yang kami makan bersama.   "Oh iya, Aunty Bella tadi pulang jam berapa?" Ucapku yang masih menatap TV yang kami tonton.  Joe diam sesaat. "Mungkin setelah aku tertidur, Mom."  Aku pun mengangguk paham dan melanjutkan menonton TV dan bermain bersama.  Aku tidak tahu lagi bagaimana cara menyampaikan rasa terima kasihku pada Bella.  Yang sudah mau menjemput Joe sekolah serta menggantikan peranku sebagai ibu sementara untuk Joe di apartemen sederhana kami ini, memasakkan Joe makan siang atau sekedar membersihkan sedikit kekacauan yang belum sempat aku bersihkan dipagi hari sebelum berangkat bekerja.  Padahal gaji yang aku berikan tak seberapa, tapi ia tetap mau menjaga dan mengurus Joe untukku selama satu tahun terakhir.   Setelah puas bermain dan bercanda dengan Joevanca aku mengajaknya untuk mandi bersama. "Joevanca belum mandi, bukan? Ayo mandi dulu baru kita main lagi."  Aku mulai membersihkan mainan yang ada di sofa dan beberapa remahan kue coklat di sekitarnya. Kutengok kearahnya yang tidak ada pergerakan.  "Mau mandi dengan Mommy, tidak?"  Joe langsung menganggukan kepalanya dengan antusias.   Kurenggangkan tangan yang langsung ia hempaskan badannya ke pelukan lalu ku-angkat badannya yang kecil menuju pintu kamar mandi.  "Bukannya Mommy sudah mandi?" Tanyanya heran.   "Mommy akan mandi lagi menemanimu, sayang." Kutarik gemas hidung mungilnya.  "Aw! Sakit Mommy." Ucapnya cemberut dengan tangan kecilnya mengusap hidung.   Langsung kucium hidungnya yang cukup merah karena ulahku.   Mulai kulepas semua bajunya, aku hanya mengenakan tanktop hitam dan celana pendek lalu kami masuk kedalam bathtub yang sudah setengah berisi air.   Kami kembali bermain namun kali ini dengan air dan sabun.   Cukup lama hingga akhirnya telapak tangan dan kaki kami berkerut. Yang tandanya kami harus berhenti.    

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Broken

read
6.4K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

PATAH

read
515.8K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.1K
bc

Bukan Ibu Pengganti

read
526.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook