Abel menutup matanya, membiarkan kenangan lama itu kembali menyeruak ke permukaan. Ia masih bisa merasakan dinginnya dinding yang ditabrak oleh tubuh Adel saat ia mendorong gadis itu dengan sekuat tenaga. Masih bisa mengingat ekspresi terkejut dan kesakitan di wajahnya, sebelum suara benturan memenuhi lorong sekolah. Saat itu, semuanya terjadi begitu cepat. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Ide dadakan itu muncul begitu saja—sebuah skenario yang sempurna untuk membuat Adel semakin dibenci. Pura-pura jatuh dari balkon lantai dua sekolah menengah pertama mereka. Sebuah kebohongan yang terlalu meyakinkan, sehingga semua orang langsung percaya. Dan yang terpenting, Fabian percaya. Fabian, anak lelaki yang selalu menjadi pusat perhatian, selalu menjadi yang paling benar. Fabian yang se

