Bayu membuka matanya perlahan. Pandangannya masih sedikit kabur, sisa efek alkohol semalam masih terasa di kepalanya. Ia menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Langit-langit kamar yang asing kembali menyapanya. Lampu gantung bergaya modern berayun pelan karena embusan AC, memberikan cahaya temaram yang seakan memperjelas rasa sesaknya. Ia beranjak duduk, kedua tangannya bertumpu pada ranjang yang terasa begitu luas namun juga begitu dingin. Di sampingnya, Erika masih tertidur pulas, wajahnya damai, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Selimut tipis melingkari tubuhnya yang telanjang, sebagian rambutnya menutupi wajah. Nafasnya teratur, tenang, seakan semalam bukanlah sesuatu yang perlu dipikirkan lebih dalam. Tapi bagi Bayu, semuanya terasa berbeda. Ia menatap

