Adeeva pergi dari sana. Langkahnya cepat, nyaris tanpa arah, seakan satu-satunya hal yang ada di pikirannya hanyalah menjauh sejauh mungkin dari Athaya. Ia berjalan serampangan menuju mobilnya, tidak peduli pada orang-orang yang mungkin memperhatikannya. Tidak peduli jika ada mahasiswa lain yang heran melihat wajahnya yang jelas-jelas dipenuhi emosi. Tidak peduli jika ada yang berbisik-bisik, mengira dirinya baru saja bertengkar hebat dengan seseorang-karena memang itulah yang terjadi. Sialan! Ia menyumpahi Athaya tiada henti dalam kepalanya. Sumpah serapah mengalir begitu saja, seiring dengan langkah kakinya yang semakin menghentak di atas aspal. Adeeva benar-benar marah. Marah karena tidak ada satu pun dari mereka yang mau mengalah. Marah karena Athaya menolak membatalkan per

