Tentu saja, meskipun hatinya berat, Senja tahu bahwa keputusan untuk tetap melanjutkan dua proyek besar itu sudah final. Pak Herdy tidak memberikan ruang untuk negosiasi, bahkan tidak peduli dengan alasan atau tekanan yang mungkin sedang Senja alami. Di mata Pak Herdy, ini adalah tanggung jawab yang tak bisa dikesampingkan begitu saja. Karyawan lain pun sibuk, dan Senja harus bisa menunjukkan bahwa ia tidak terkalahkan oleh masalah pribadi atau ketakutannya. "Besok pagi, kamu harus ikut rapat ya, Senja. Kita akan bertemu di kantor klien. Nanti akan ada yang mengirim alamatnya," kata Pak Herdy dengan nada yang tak memberi ruang untuk penolakan. Senja hanya mengangguk lemah, merasa perasaan takut dan cemas semakin merayap ke dalam dirinya. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia meninggalkan ruanga

