Sialnya, Athaya tak bisa tidur. Ia sudah mencoba memejamkan mata, membalikkan badan ke kanan dan ke kiri, tetapi pikirannya tetap berputar tanpa henti. Ini sudah jam sebelas malam, dan matanya masih terbuka lebar, menatap langit-langit kamar dengan gelisah. Rasa kantuk tak kunjung datang, hanya ada resah yang semakin memenuhi dadanya. Pikirannya terus mengembara, kembali ke sosok Adeeva. Ia yakin, gadis itu belum kembali ke apartemen sebelah. Setidaknya, ia belum mendengar suara pintu dibuka atau langkah kakinya di lorong. Athaya menghela napas, merasa kesal tanpa alasan yang jelas. Atau, mungkin justru alasannya sangat jelas, hanya saja ia enggan mengakuinya. Bayangan Adeeva yang mungkin masih berada di luar bersama Rakhan membuatnya semakin gelisah. Ia membayangkan mereka berdua berjal

