Jam pulang akhirnya tiba, namun Senja masih belum berniat untuk beranjak dari tempatnya. Meskipun ia duduk dengan tampak fokus pada layar komputer, pikirannya sudah jauh dari pekerjaan. Ia gelisah, cemas, dan terperangkap dalam ketakutan yang semakin membesar. Setiap detik terasa begitu panjang, dan setiap suara yang datang dari sekelilingnya membuatnya semakin tertekan. Ia tak tahu apa yang akan terjadi setelah jam kerja selesai. Apa yang akan mereka lakukan padanya? Mengancam? Menekan? Atau bahkan lebih buruk lagi? Semuanya seperti bola salju yang terus menggelinding, semakin besar dan tak terkendali. Tiba-tiba, langkah kaki mendekat, dan suara yang cukup keras membuat Senja tersentak. Lina berdiri tepat di samping meja Senja, wajahnya penuh kebencian. Tanpa aba-aba, Lina menggebrak mej

