Part 2. Claim

1300 Words
Part 2. Claim "Manusia tidak ada yang diciptakan sempurna. Lalu, kenapa kebanyakan mereka bertingkah seolah paling sempurna di muka bumi ini?" °°°°° "Haii!! Nama gue Devi Mega Safitri. Panggil aja Devi." sapa teman sebangku Nadia dengan menampilkan senyum ramahnya. "Oke, Devi. Salam kenal." Nadia membalas senyuman manis Devi. "Hello. Gue Mariyah Naya Alexander. Panggil aja Naya. Salam kenal ya." Naya menoleh ke belakang karena Nadia duduk di belakangnya. "Aku Nadia. Salam kenal juga." "Oh iya, apa alasan lo pindah ke sekolah ini?" tanya Naya penasaran. Entah kenapa Naya merasa Nadia bisa menjadi teman yang baik. Jadi dia tidak akan galak ke Nadia. Sama halnya ke Devi yang juga merupakan teman baiknya. "Orangtuaku di pindah tugaskan ke sini dan secara kebetulan aku juga mendapatkan beasiswa di sekolah ini. Aku gak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk masuk ke sini." bohong Nadia. "Oh gitu. Eh, kantin yuk!" Seru Naya tiba-tiba. "Gue gak ikut, Nay. Masih ada tugas yang harus gue selesaiin." ringis Devi mengingat pr-nya belum selesai dikerjakan. "Oke deh. Lo mau dibeliin apa??" "Roti bakar rasa coklat sama cappucino cincau dingin. Ini uangnya Naya menolak uang yang disodorkan Devi. "Gue yang traktir." "Eh, tapi--" "Bawel ah lo. Gue kantin dulu oke??" "Huh, oke deh." Naya menggandeng tangan Nadia keluar kelas. Terkadang dia melototkan matanya ke siswi yang menggunjing penampilan teman barunya hingga para siswi yang di pelototi kabur. "Mereka semua fake banget 'kan? Mereka berteman dengan seseorang karena ada maunya doang. Makanya gue malas temanan sama cewek. Bagi gue temanan sama cowok lebih menyenangkan daripada temanan sama cewek. Temen cewek gue selama ini aja hanya Devi doang." Nadia ber-oh ria. "By the way, gue punya teman cowok yang ganteng-ganteng loh. Mau gue kenalin gak? Siapa tahu salah satu dari mereka suka ke lo dan lo juga suka ke salah satu dari mereka." cerocos Naya. Nadia terkekeh. "Gak usah, Nay. Aku sadar diri kok, mana mungkin cowok ganteng suka dengan cewek sepertiku." Naya tiba-tiba berhenti, menatap Nadia dengan tatapan antusias. "Gue punya ide. Mending lo sama kembaran gue aja. Siapa tahu lo bisa merubah sikap cuek dan nakalnya." Nadia sampai mengelus dadanya akibat kaget mendengar pekikan antusias Naya. "Gak usah. Aku jelek, mana mungkin dia mau denganku." Naya mendelik kesal, kemudian menjitak kepala gadis itu hingga Nadia meringis kesakitan akibat jitakan Naya yang tidak main-main. "Sakit." "Lebay lo." cibir Naya. Nadia mendengus kesal mendengar cibiran Naya. "Nadia, dengerin gue. Lo itu cantik kok. Bagi gue, lo malah terlihat cantik dan imut dengan penampilan lo yang sering di bilang nerd orang ini. Suer, gue gak boong." Yah, jika tidak di lihat dari tampilan nerdnya. Wajah Nadia tetap lah cantik dan imut. "Ah, Naya? Kamu mengejekku, ya?" "Siapa juga yang ngejek lo. Gue serius tau." Dengus Naya sebal. "Eh, lo mau pesan apa? Biar gue aja yang pesanin. Anggap aja sambutan selamat datang gue untuk lo, Nadia Cantika. Jadi lo tinggal duduk manis di sini." Naya menepuk-nepuk kursi yang biasa di tempatinya. "Bakso sama air mineral." "Oke." Naya pergi memesan makanan untuk dirinya dan Nadia. "Ada nerd baru nih, guys!!" Suara penuh penghinaan dan pengejekan tertangkap di indra pendengaran Nadia. "Kenapa di sekolah elit ini ada orang kayak dia ya, Dee." "Mungkin karena pemilik sekolah kasihan sama dia. Makanya pemilik sekolah mau menerima dia sekolah di sini." Mereka menatap penampilan sederhana Nadia dengan tatapan merendahkan. "Ckck. Lo pasti deketin Naya karena dia most wanted 'kan? Biar lo bisa kecipratan famousnya," kata Dee. Sungguh pemikiran yang dangkal. Nadia sampai menggeleng miris mendengarnya. "Naya itu most wanted girl di sini. Dia beda level sama lo. Jadi, lo jauh-jauh dari dia! Karena lo itu cuma hama yang pantas untuk di basmi." ujar Rin pedas. "Naya aja nggak masalah berteman denganku Kenapa malah kalian yang sewot? Kalian iri denganku?" Nadia terkekeh geli. "Heh, lo berani banget ya sama kita." bentak Rin dan menjambak kepangan rambut Nadia. "Lepaskan tanganmu dari rambutku sebelum aku membalas." Meski menyamar menjadi nerd gini, itu bukan berarti ia akan menjadi manusia lemah. Gadis cantik itu tersenyum miring kala melihat Rin takut mendengar nada intimidasinya. Tapi Rin melawan ketakutannya dengan menjambak rambut Nadia lebih kuat. Gadis itu geram, saat ia hendak membalas perbuatan Rin. Sebuah suara lebih dulu menyelanya. "Jauhin tangan lo dari rambut Nadia! Atau gue akan membuat lo menderita seumur hidup." Nada suara dingin dan tajam tiba-tiba terdengar dari belakang tubuh Nadia. Rin langsung melepaskan jambakannya dari rambut Nadia. Tersenyum malu-malu ke asal suara, Bara. Berlagak memperbaiki tatanan rambutnya. Huekk! Melihat tingkah malu-malu Rin, Nadia ingin muntah saat itu juga. Kresek mana? Ember mana? Yang punya kresek atau ember silahkan angkat kaki! Wkwk. "Eh, ada Bara sayang, aku cuma mau menyadarkan nerd ini, bahwa dia itu gak pantas untuk dekat dengan Naya." Berjalan mendekati Bara dengan gaya centil. "Kamu pasti gak mau 'kan adik kamu di manfaatkan sama dia." Ketika Bara sudah sampai di samping Nadia, Rin hendak memeluk lengan Bara. Belum sampai beberapa detik, pria itu sudah mendorong Rin dengan kuat hingga tersungkur ke lantai. Ah, satu lagi sifat Bara adalah: kasar ke orang tertentu dan tidak pandang bulu, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. "Sekali lagi lo berani nyentuh gue, gue nggak akan segan-segan untuk menghancurkan lo serta keluarga lo. Apalagi kalau lo sampai menyakiti Nadia lagi." Rin langsung berdiri dengan tubuh yang menegang mendengar ancaman Bara yang tidak pernah main-main. "Ma--afin aku, Bar." ucap Rin terbata-bata dan berlalu pergi begitu saja dengan temannya. Nadia menatap kepergian kedua gadis itu dengan tatapan aneh. Hanya di ancam segitu, mereka sudah kabur. "Kamu gak papa 'kan?" tanya Bara khawatir. Para murid yang berada di sana menatap Bara dan Nadia dengan tatapan penasaran. Tidak biasanya Bara berbicara dengan perempuan terlebih dahulu. Apalagi dengan mimik wajah yang terlihat sangat khawatir. Meski agak heran dengan tingkah khawatir Bara, Nadia tetap menjawab. "Gapapa kok." "Hah, syukur lah. Kalau sampai kamu terluka, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan kedua gadis itu." Lagi, Nadia mengernyitkan keningnya heran. "Dan maafkan aku atas kejadian tadi pagi." Meski kesal pria itu pergi tanpa meminta maaf, Nadia memaafkan. Lagipula itu juga salahnya. "Iya, gapapa kok." "Ada sesuatu yang harus kamu ingat." Perkataan Bara semakin membuat Nadia tercengang. "Hah?!" "Mulai sekarang kita pacaran. Tidak ada kata putus dalam hubungan kita karena Nadia Cantika milik Bara Alexander seorang." Tak ada angin, tak ada hujan, Bara mengucapkan kata itu dengan menekankan setiap kata yang di ucapkannya. "Apa-apaan nih cowok? Seenak jidatnya saja mengklaimku menjadi pacarnya. Setelah di maafin malah ngelunjak nih cowok-_- golok mana? Yang ada silahkan hubungi 082364773738292991010120." Nadia berbicara dalam hatinya. "Gila kamu!" "Iya, aku gila karena kamu." Nadia seketika menjatuhkan rahangnya. Gila karena dirinya? Oh ayo lah. Mereka baru saja bertemu beberapa jam yang lalu, masa sih pria di depannya langsung tergila-gila padanya? Bahkan dengan penampilan nerdnya? Menggelengkan kepalanya tidak percaya dan memilih duduk di kursi karena kakinya sudah pegal. "PERHATIAN SEMUANYA!!" Teriakan Bara membuat kantin hening seketika dan semua makhluk di kantin menatap Bara dengan tatapan penasaran. "KALIAN SEMUA DENGERIN GUE BAIK-BAIK!!! NADIA PACAR GUE SEKARANG. SIAPA PUN YANG BERANI MENGANGGUNYA AKAN BERURUSAN LANGSUNG DENGAN GUE." Bara langsung duduk di samping Nadia setelah mengucapkan kata penuh ancaman yang mampu membuat orang-orang ketakutan. Nadia memijit kepalanya yang tiba-tiba pusing akibat kelakuan Bara. "Apakah ini mimpi? Jika iya, tolong bangun kan aku sekarang! Kenapa cowok tembok ini malah mengklaimku sebagai pacarnya. Benar-benar gila! Ku pikir hal seperti ini hanya terjadi di novel-novel, tapi sekarang aku mengalaminya sendiri. Gila!" gumam Nadia lirih. Bara hanya menatap Nadia sambil senyum-senyum sendiri seperti orang gila. "Akhirnya kakak kembaran gue punya pacar. Gue pikir lo homo selama ini." ejek Naya yang baru saja selesai memesan makanan dan bergabung di meja. "Kalian kembar?" tanya Nadia kaget bukan kepalang. -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD