Part 3. Pacar

905 Words
Part 3. Pacar "Mungkin kamu menganggap ucapanku hanya bullshit, tapi percaya lah. Aku benar-benar mencintaimu dengan tulus." °°°°° "Kalian beneran kembar?" tanya Nadia lagi dengan nada tidak percayanya. "Iya, sayang." Nadia buru-buru menepis tangan Bara yang mengelus puncak kepalanya. "Nggak usah modus. Dan jangan panggil aku sayang." ucapnya ketus. "Kenapa? Kamu kan pacar aku. Kamu juga harus memanggilku sayang." tegas Bara. "Aku bukan pacar kamu." "Masih kurang jelas ucapanku tadi hm?" "Aku gak menyetujui! Kamu saja yang mengclaimku sepihak!" Bara mencengkram kedua bahu Nadia dengan kuat. "Shhh.. Sakit!!" Tersadar ketika gadis itu meringis kesakitan. Rasa bersalah merasuki relung jiwanya. "Maaf. Aku gak sengaja. Makanya kamu jangan membuatku marah kalau tidak dikasari." Belum sempat Nadia menjawab, Naya lebih dulu menyela seraya memukul meja kantin kuat. "Woiii! Pasangan baru jangan bertengkar." "Jangan lupa pjnya, Bar! Hari ini lo yang traktir kami." ucap Gerral tiba-tiba. "Kalau lo gak traktir kami, gue doain kalian gak langgeng." imbuh Fito. Mereka berdua adalah sahabat Bara. Sayangnya mereka berbeda kelas. Gerral dan Fito berada di kelas 12 IIS 2 sedangkan Bara IIS 1. Nadia mulai memakan baksonya karena perutnya sudah lapar. Bersikap masa bodo dengan kehadiran dua cowok itu. Sebelumnya gadis itu menambahkan sambal yang sangat banyak. Maklum, dia suka yang pedas-pedas, kecuali omongan pedas orang tentunya. Di suapan ke lima, Bara membanting mangkuk bakso Nadia ke lantai hingga pecah. Hal itu membuat seisi kantin mengalihkan pandangannya ke arah Bara. Menunggu drama selanjutnya. "Kenapa kamu menambahkan sambal yang sangat banyak ke dalam baksomu? Kamu mau sakit perut, hah?" Gadis cantik itu menatap Bara kesal. "Kamu jangan larang-larang aku deh.kamu itu cuma orang baru di hidupku." Rahang Bara semakin mengeras, tanpa di duga pria tampan itu menarik tengkuk Nadia dan melumat bibir gadis itu kasar tanpa memedulikan dimana mereka berada. Nadia yang tak terima dengan perlakuan Bara segera mendorong pria itu kuat. Di susul dengan sebuah tamparan yang dia layangkan ke pipi Bara. "Brengsekk!!" Umpatnya dan berlari ke luar kantin dengan wajah yang memerah, menahan tangis dan juga marah. "ITU HUKUMANNYA KALAU KAMU GAK NURUT SAMA AKU." teriak Bara lantang. Semua orang di kantin berbisik-bisik. Mereka tidak berani mengeraskan suara karena takut menjadi korban keganasan Bara. ***** Nadia membersihkan bibirnya berkali-kali di dalam salah satu bilik kamar mandi, menggosoknya, dan kembali mengulang hal yang sama. "Demi apa ada manusia seperti dia. Seenaknya saja mencium orang." kesalnya dengan tangan terkepal erat. "Pakai pelet apa sih Nadia hingga Bara yang terkenal dingin ke semua cewek mengclaim dia jadi pacarnya." "Njir, gue iri. Seorang nerd sepertinya menjadi pacar seorang most wanted. Pakai apa sih dia?" "Alah, mungkin dia pakai pelet. Mana mungkin seorang Bara Alexander menyukainya." "Beruntung banget cewek nerd itu. Rasanya gue pengen bully dia." "Jangan! Nanti kita di celakai Bara. Ingat gak sih? Dulu aja dia pernah mendorong seorang perempuan hingga jatuh dari tangga hanya karena mencoba memeluknya." "Iya sih. Gak jadi deh. Gue nggak mau menjadi korban Bara. Gue sih maunya menjadi ratu di hati Bara, tapi sayangnya nerd itu mengambil posisi gue." "Mimpi aja lo. "Hehe..." Nadia keluar dari bilik toilet, siswi yang ngerumpi tadi langsung menegang dan memucat. Mereka takut Nadia akan mengadu ke Bara "Gak usah tegang dan pucat juga kali." cibir Nadia dan keluar dari toilet. Berjalan di koridor sekolah yang cukup sepi. Langkahnya terhenti kala mendengar suara merdu seseorang. Perlahan namun pasti, ia mendekati asal suara. Tertegun di ambang pintu ketika melihat seorang pria tampan bernyanyi sambil memainkan piano. "Ekhm, sampai kapan lo mau berdiri di situ?" Nadia tersentak kaget. Tidak menyangka akan ketangkap basah. "Kenapa kaget gitu?" Mengerjapkan matanya berkali-kali, tersenyum canggung seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Anu... Suara kamu bagus banget. Aku suka." pujinya kemudian dengan sedikit salah tingkah. Cowok itu terkekeh melihat Nadia yang salah tingkah. "Makasih atas pujiaannya. Btw gue Alam, kelas 12 IPA 1." "Aku Nadia. Kelas 12 IPS 1." "Ayo duduk sini!" Alam menepuk kursi yang ada di sampingnya. Nadia menurut. "Kenapa lo bisa ada di sini?" tanya Alam sedikit berbasa-basi. "Aku nggak sengaja mendengar suaramu." Menyengir manis. "Suara kamu seperti ada magic-nya, mengundangku untuk datang ke sini." "Lebay lo. Suara gue nggak sebagus itu juga kali. Oh ya, ngomong-ngomong kok gue baru melihat lo?" "Aku murid baru. Makanya kamu belum pernah melihatku hehe." Mereka mengobrol cukup lama hingga Nadia pamit kembali ke kelasnya. "Aku ke kelas dulu ya. Bel masuk sudah berbunyi nih. Semoga kita bertemu lagi." Langsung melangkah pergi tanpa menunggu respon Alam. Melangkah dengan terburu-buru karena jarak kelasnya lumayan jauh dari tempatnya berada sekarang ini. Selama di perjalanan banyak yang menatapnya sinis, iri, dan benci. Nadia cuek saja. "WOI!!! BARA BERANTEM LAGI!!!" Teriakan heboh itu berhasil membuat langkah Nadia terhenti. 'lagi?' ulangnya dalam hati. "KE SANA YUK!!! GUE HARUS BERI SEMANGAT KE BEBEB BARA GUE, AGAR DIA MENANG!" Mereka pergi dengan berbondong-bondong. Sedangkan Nadia kembali berjalan ke kelas tanpa berniat melihat Bara. Di lain tempat, terlihat lah 2 sosok cowok yang sedang berkelahi. Bara dan Stef. Seisi sekolah tahu bahwa mereka musuh bebuyutan sejak awal MOS. Entah apa penyebabnya. "BARA FIGHTING!" teriak para siswi menyemangati Bara. Sedangkan para siswa malah membuat taruhan. "AYO BARA!!! HAJAR TERUS!!!!" "TENDANG DIA BARA!!" "KALAHKAN STEF!!!" "STEF!!! KALAHKAN BARA!!!!" teriak fans Stef. "GANBATTE STEF!!" "FIGHTING!!" "SEMANGAT BARA!! AKU SELALU MENDOAKANMU AGAR MENANG." Berbagai teriakan alay bin lebay memenuhi lapangan sekolah. Bara dan Stef masih adu tinju tanpa memedulikan siapa pun, seolah dunia milik mereka berdua. -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD