Part 4. Bara Otoriter

946 Words
Part 4. Bara Otoriter "Entah mantra apa yang kau ucapkan hingga aku jatuh cinta pandang pertama padamu. Tapi aku tahu, cinta tidak bisa dijelaskan karena cinta hanya bisa dirasakan." °°°°° "b******k lo! Nadia itu pacar gue. Jadi, lo jangan pernah berniat untuk menganggunya. Kalau sampai lo menganggu dia, gue hajar lo sampai mampus." Bara melayangkan tinjuan kerasnya ke pipi kanan Stef hingga membuat pipi lawannya memar. "Uhuk, uhuk, selera lo rendah banget, Bar, cewek cupu kayak dia pasti sangat mudah untuk di ganggu apalagi untuk dipermainkan." ejek Stef yang membuat Bara semakin bertambah murka. "Sialan lo!" Bugh! Bugh! Bugh! Stef pun akhirnya pingsan akibat tinjuan Bara yang sejak tadi menghantamnya tanpa ampun. *** "Sayang!!" "Astaga! Kaget aku." jerit Nadia tertahan seraya memukul tangan Bara yang bertengger di bahunya kuat hingga membuat pria itu mengerang. "Jahat sekali kamu, sayang." Nadi memutar bola mata malas. Memberontak kala Bara memeluknya erat. "Lepasin aku!" "Gak mau." Bara semakin mengencangkan pelukannya. "Lepas atau---" "Iya, iya." Bara melepaskan pelukannya dengan perasaan tidak rela. Nadia yang tak sengaja melihat wajah lecet Bara terpekik kaget. "Astaga!" Wajahnya kembali datar saat teringat dengan apa yang dilakukan Bara sebelumnya kepada dirinya. "Jauh-jauh dariku!" ketusnya. "Aduh, sakit, sayang. Kamu bisa obatin orang 'kan?" Bara mengkode Nadia lewat ucapannya. Gadis cantik itu menggeleng kesal. "Enggak. Aku bukan dokter." Belum sempat Bara menjawab, suara alat yang diletakkan dengan keras mencuri perhatian keduanya. "Ini kotak P3K. Obatin luka lo cepat. Gue nggak mau punya kembaran jelek kayak lo," kata Naya ngegas. "Bisa nggak sih lo lembut dikit jadi cewek?" dengus Bara. "Gak bisa." "Dasar cewek jadi-jadian." "Biarin yang penting cantik." "Pede banget lo." "Biarin yang penting gue happy." Nadia yang melihat interaksi anak kembar tersebut hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya. "Sayang, obatin aku!" Bara memerintah Nadia dengan nada yang sedikit manja sampai Naya berlagak muntah mendengar ucapan kembarannya itu. Karena merasa kasihan, Nadia pun mengobati luka Bara. "Awww, sakit, sayang." protesnya dengan ringisan kecil akibat Nadia dengan sengaja menekan sudut bibirnya agak kuat. "Ini aja kamu bilang sakit, seharusnya kamu gak usah berkelahi. Kalau bisa masalah diselesaikan dengan baik-baik, kenapa harus pakai kekerasan?" omel gadis itu sambil terus mengobati sudut bibir Bara yang terluka. Bara terus memperhatikan wajah imut Nadia tanpa berkedip sama sekali. Dia merasa sangat senang karena gadis yang disukainya mengobati lukanya. Dia rela terluka setiap saat asal gadis itu yang mengobatinya. Nadia yang mulai merasa diperhatikan dengan intens salah tingkah. Mengerucutkan bibirnya kesal dan menatap pria di depannya dengan tatapan kesal. "Kenapa kamu menatapku terus sih?" "Memangnya salah ya kalau aku menatap wajah pacar aku sendiri?" tanya Bara sambil tersenyum geli. "Ih, jangan menatap aku terus!" sungut Nadia dan mengembungkan pipinya kesal. Lalu dia kembali mengobati pipi Bara yang terkena tinjuan Stef dengan sangat hati-hati. Selesai mengobati lukanya, pria itu pergi ke toilet. "Ciee, yang obatin pacar." "Apaan sih kamu, Dev?" renggut Nadia. "Gimana rasanya jadi pacar bad boy, Nad?" "Hah? Dia bad boy ya??" Devi mengangguk polos. "Bara itu terkenal dengan ke bad-annya, Nad. Dia sering tawuran, cabut, tidur waktu jam pelajaran, dan kata anak-anak dia juga suka clubbing. Guru-guru aja sampai angkat tangan menghadapi kenakalannya." Nadia sedikit tercengang mendengar penuturan Devi. "Trus, selama bersekolah dia gak pernah dekat dengan cewek lain. Lo satu-satunya cewek yang didekati dan diclaimnya sebagai pacar. Dia itu tipe cowok yang cuek dengan perempuan yang mengejar-ngejarnya." Nadia semakin tercengang. "Benar dia begitu?" "Ya elah. Masa gue bohong sih? Kalau gak percaya, tanya aja sama Naya." decak Devi. "KABAR YANG MENGGEMBIRAKAN BAGI KITA SEMUA!! KELAS KITA FREE!!!!" teriak seorang siswa dengan hebohnya di depan pintu kelas yang langsung saja di sambut dengan berbagai sorakan, bahkan ada yang langsung naik dan bergoyang di atas meja saking senangnya. "YEAY!!!! KITA FREE!!!" "HORE!!!! BEBAS!!!" "BISA TIDUR SEPUASNYA." "YEAY!!! NGGAK JADI NGUMPULIN PR MATEMATIKA." "MABAR YUK!!" "NOBAR YUK!" "YAH! KOK FREE SIH?? PADAHAL GUE INGIN BELAJAR." "MUNAFIK LO!! BILANG AJA SENANG! HUUU...." sorak yang lainnya. Nadia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan teman sekelasnya. "Ya, begini lah kelas kalau sedang free." celetuk Devi seraya terkekeh geli. "Heboh ya." "Banget!!" Bara tiba-tiba saja sudah berdiri di samping Nadia. "Kita ke rooftop yuk, sayang!" Devi melayangkan senyuman menggodanya ke Nadia sehingga gadis itu mendecakkan lidah. Nadia hanya bisa menghembuskan nafas pasrah ketika Bara menarik tangannya dan menyeretnya ke rooftop sekolah. Gadis itu berdecak kagum setibanya di rooftop karena pemandangan di atas rooftop sangat indah dengan suasana yang sangat tenang. "Ini adalah tempat santaiku, sayang. Kamu suka nggak?" tanya Bara yang diangguki Nadia. Bara membawa Nadia duduk di atas sebuah sofa berwarna coklat. Lalu Bara membaringkan tubuhnya di atas sofa yang berukuran besar tersebut dan merebahkan kepalanya di atas paha Nadia. Gadis itu ingin mengeluarkan protesannya tapi mengurungkan niatnya saat melihat wajah damai Bara yang terpejam. "Biarkan seperti ini, sebentar saja." kata Bara masih dengan mata yang terpejam. Ingin sekali rasanya Nadia mendorong Bara tapi tidak tega. Pada akhirnya Nadia cuma bisa pasrah. Gadis cantik itu mendongakkan kepalanya, melihat langit yang sedikit mendung seraya menyandarkan punggungnya ke sofa. Diliriknya wajah Bara sebentar. Melihat pria itu terlelap dengan damai, ia tersenyum. Lama kelamaan rasa kantuk menyerang gadis itu akibat angin yang membelai wajahnya dengan lembut. Akhirnya matanya terpejam dan ikut masuk ke alam mimpi. **** Bara membuka matanya secara perlahan dan di saat dia membuka matanya ia melihat Nadia yang tertidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Pria tampan itu pun mendudukkan dirinya dan mengucek matanya, lalu merapikan rambutnya yang berantakan. Kemudian menarik kepala Nadia untuk bersandar di bahunya. "Aku akan membuat kamu merasakan hal yang sama denganku, sayang." tekad Bara sambil mengelus rambut Nadia dengan lembut serta mencium puncak kepala gadis itu dengan penuh perasaan. -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD