Enam

1161 Words
E N A M "Lo bisa panggil gue Seb atau terserah lo." Melissa menatap mata pria itu. Mata yang tiba-tiba mengingatkan Melissa pada sesuatu di masa lalu. Sesuatu yang kini Melissa rindu. Sesuatu tentang kehilangan. Dan Melissa jelas takut kehilangan. "Okey, Tuan terserah lo," kata Melissa mengembangkan senyumnya, "Nice to see you." Melissa melepaskan genggaman tangan Sebastian. Melangkah kembali memasuki rumah mewah Julia.  Saat tiba-tiba bola matanya kembali menangkap pemandangan itu. Pemandangan yang membuat Melissa kembali merasakan cemburu. Nathan sedang bercanda dengan perempuan pirang itu lagi. Dengan pasti Melissa membulatkan tekad untuk mencari Keira yang kini sedang berdiam sendiri di tepian kolam. Menengadahkan wajahnya ke atas. Menatap langit yang kini mulai mendung. "Ma.." panggil Melissa pelan. "Ya?" Keira menoleh. Menatap anak gadisnya, "You saw him didn't you?"  "Him? Who?" Melissa berjalan mendekati Mamanya. Merengkuh Mamanya. "Pria yang tadi mengajak kamu berkenalan, Mel." "Sebastian. Iya, dia mirip sama--" Melissa menghentikan ucapannya saat Keira mengangkat sebelah tangannya. "Kita udah janji buat gak membahas ini kan? Ayo kita temui Lexa lagi untuk berpamitan. Pesawat Mama nanti jam 1 dini hari." Giliran Keira yang merengkuh Melissa. "Mama jadi pulang hari ini?" "Iya sayang, Mama gak bisa lebih lama meninggalkan kerjaan Mama. Kamu bisa jaga diri baik-baik kan?" tanya Keira, mulai mengajak Melissa melangkah. "Jangan khawatir Tante. Saya akan menjaga Melissa dengan baik," seru suara dari samping. Nathan. Berjalan dengan pasti mendekati dua wanita beda generasi itu. "Ah, kamu pasti Nathan ya?" Keira melepas rengkuhannya pada bahu Melissa.  "Iya, saya Nathan." Nathan mengulurkan tangannya. Dan langsung disambut oleh tangan kurus Keira, "Saya--" "Pria tampan yang--" "Mama!!" pekik Melissa. "Kayaknya mau ujan, ayo kita pulang," ajak Melissa. Menatap tajam pada kedua mata cokelat Nathan. Nathan merasakan itu. Tatapan dingin nan beku dari Melissa. "Bisa kita bicara bentar, Mel?" pinta Nathan. Dengan raut memelas ala puppy yang manja pada majikannya. "I'll leave you two," kata Keira menepuk bahu Nathan pelan. Kemudian melangkah menjauhi keduanya. Melissa dan Nathan. Nathan melangkah lebih dekat dengan Melissa. Mengikis jarak antara keduanya. Membuat Melissa harus menelan salivanya susah payah. Terlebih saat aroma parfum Nathan mulai mengusik indera penciumannya. Melissa langsung saja mundur beberapa langkah ke belakang. "Jauh-jauh lo dari gue," kata Melissa tajam. Masih melangkah mundur. Tanpa mempedulikan apa yang ada di belakangnya.  Kolam renang dengan kedalaman 3 meter dan penuh dengan air dingin. Juga bahwa Melissa tidak bisa berenang. Nathan masih berjalan mendekati Melissa. Mencoba memberi tahu gadis di depannya bahwa di belakang Melissa adalah suatu bahaya. Namun terlambat.  Kaki Melissa sudah terpeleset hingga membuat tubuh Melissa jatuh ke dalam dinginnya air kolam.  Nathan? Jelas saja pria itu langsung ikut menceburkan dirinya ke dalam dinginnya air kolam. Mencoba meraih Melissa yang sudah jelas terlihat tidak bisa berenang.  Tidak butuh waktu lama bagi Nathan untuk membawa tubuh ramping Melissa ke dalam rengkuhannya. Kemudian Nathan menepikan tubuh keduanya. Menaikkan Melissa ke tepian kolam. Sedetik setelahnya, tubuh Nathan ikut bergerak naik. Mencoba memeriksa keadaan Melissa yang sudah tidak sadarkan diri. Nathan langsung saja menepuk pelan pipi Melissa. Mencoba menyadarkan gadis cantik itu. Namun Melissa masih tidak bergerak. "Oke, oke. Jangan panik Nath. Jangan panik."  Nathan menghirup napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya dengan kasar.  Tangannya kemudian bergerak memompa bagian d**a Melissa guna mengeluarkan air yang kemungkinan saja masuk ke dalam paru-paru Melissa. Namun Melissa masih belum sadarkan diri. Oke. Kasih napas buatan? WHATT?? Kasih napas buatan Nath. Kasih napas buatan.  Nathan kembali menghela napas. Oke. Relaks Nath. Demi keberlangsungan hidup Melissa. Nathan menyelipkan sebelah tangannya dibawah leher Melissa. Mengangkat bagian leher itu lebih tinggi hingga kepala Melissa mendongak. Yah, Nath. Lo pernah lihat Mr. Dame kasih napas buatan pada siswi cheers yang pingsan karena lemparan bola basket lo. So, lakuin ini. Ya. Dengan pasti meskipun panik, Nathan membuka mulut Melissa. Setelah memastikan bahwa mulut Melissa aman, Nathan segera saja mendekatkan wajahnya pada wajah Melissa. Menempelkan bibirnya pada bibir Melissa yang kini dingin. Tanpa ragu, Nathan langsung saja menghembuskan udara ke dalam rongga mulut Melissa selama beberapa detik. Kemudian kembali memompa bagian d**a Melissa. Masih belum sadar. Nathan kembali memberikan Melissa napas buatan. "C'mon Melissa. Breathe," ujar Nathan panik. Berniat kembali menghembuskan udara ke dalam paru-paru Melissa lagi. Namun saat bibir Nathan sudah menempel sempurna di bibir Melissa. Mata Melissa terbuka lebar. Tangannya langsung saja mendorong wajah Nathan. "LO INI APA-APAAN??" pekik Melissa. Meski tidak sekeras biasanya.  "Oh, Thankgod!" Nathan terlihat tersenyum lega. Membantu Melissa untuk duduk.  "WHAT THE HELL!! YOU KISSED ME?" teriak Melissa marah. Mendorong badan Nathan. "Me? Kissing you?" Nathan menatap Melissa heran. Beberapa menit lalu dia tidak sadarkan diri dan sekarang dia sudah bisa berteriak. "Yeah. You kissed me."  Melissa berusaha bangkit. Namun tangan Nathan mencegahnya. Memaksa Melissa kembali terduduk. "I'm saving your life." Nathan kini memegang satu bahu Melissa. Menatap tajam kedua bola mata abu-abu Melissa. "Yes. By kissing me." Melissa membuang muka, "God. You ruined my first kiss," desis Melissa marah. Membuat kedua bola mata Nathan terbuka sempurna. "What?" Nathan kembali menarik bahu Melissa agar gadis itu menatapnya.  "That was your first kiss?" tanya Nathan tidak percaya. "Yes. And goddamn, you ruined it," bentak Melissa marah. Menghempaskan tangan Nathan dari bahunya.  Mencoba sekuat tenaga untuk bangkit. Berdiri dan melangkah menjauh. Namun Nathan juga melakukan hal yang sama. Berdiri. Dan menarik satu tangan Melissa dengan kuat. Dan jelas saja, gadis itu kembali menabrak d**a bidang Nathan seperti tadi pagi. "That was not a kiss," tangan Nathan sudah menangkup kedua pipi Melissa. Mendekatkan wajahnya pada wajah basah Melissa, "This is a kiss," kata Nathan tegas.  Kemudian dengan pasti kembali menyatukan bibirnya pada bibir dingin Melissa. Melissa jelas membelalakkan mata. Terlebih saat bibir Nathan dengan lembut melumat bibirnya. Mencicipi sisa lemon di sana.  Melissa ingin sekali memberontak. Namun jauh di sudut hatinya, dia juga ingin merasakan bagaimana ciuman itu. Merasakan bagaimana bibirnya dikecup lembut oleh seorang pria. Dan ya, Nathan adalah pria pertama yang dapat menjangkau bibirnya. Bukan dengan tangan atau lainnya. Namun dengan bibir Nathan. Nathan masih sama. Masih bermain pada bibir tipis Melissa yang kini mulai hangat. Ciuman sayang, bukan ciuman penuh nafsu dan menuntut. Entah Melissa sadari atau tidak. Kini bibir Melissa membalas ciuman Nathan. Melakukan sama sepeti apa yang dilakukan bibir Nathan pada bibirnya. Bahkan kini kedua mata Melissa terpejam. Membiarkan instingnya yang mengambil alih. Seperti Nathan yang sudah sedari tadi memejamkan matanya. Hingga keduanya merasakan sesak napas. Dan butuh bernapas. Nathan melepas ciumannya. Meskipun kedua tangannya masih menangkup wajah Melissa. Melissa merasakan itu lagi. Kehilangan itu lagi. Ya Tuhan, Mel, lo kehilangan apa? "That's a kiss. That's our first kiss," kata Nathan lembut. Kini tangannya turun pada kedua bahu Melissa, "Ayo, kamu harus ganti baju," lanjutnya masih dengan suara lembut. Wait. Kenapa jadi pake kamu, Nath? Melissa menurut. Mengikuti kemana rengkuhan Nathan membawanya. Dan Melissa terkejut saat Nathan dengan pasti membawa Melissa memasuki kamar Nathan. Satu-satunya ruangan terdekat dari kolam renang dan jauh dari pusat keramaian pesta. "Kenapa kita ke--" Melissa menyuarakan protes dengan suara pelan. "Sstt.." Nathan membungkam mulut Melissa dengan kecupan singkat sebelum menutup pintu kamarnya. AH s**t. SI PENCURI TAMPAN INI MAU NGAPAIN GUEEE!!!! --The Only Exception--
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD