Kosan Baru

913 Words
Alfa dan Alda duduk di kereta menuju Kota Surabaya, untuk daftar ulang di Universitas Terkemuka. Alfa duduk di samping jendela, dia melihat-lihat sawah yang membentang dari sana. "Fa, tuh pramugara ganteng banget," bisik Alda sambil menunjuk cowok dengan baju batik yang baru saja lewat. Alfa hanya senyum saja. Sahabatnya itu emang punya mata yang tajam dilengkapi dengan sensor pelacak orang tamvan. Kereta api yang mereka naiki sudah memasuki wilayah Stasiun Gubeng. Tak lama kemudian kereta pun berhenti. Alfa dan Alda keluar dari stasiun lalu memesan taksi online menuju kampus mereka, Universitas Terkemuka. Dalam waktu hanya tiga puluh menit dari stasiun mereka sudah sampai di Kampus Universitas Terkemuka salah satu dari lima besar Universitar terbaik se-Indonesia. Alfa kagum melihat arsitektur bangunan gedung peninggal Belanda itu yang sangat indah seperti di abad pertengahan. Mereka kemudian melakukan pendaftaran ulang di salah satu gedung yang telah ditentukan. Sepanjang perjalanan semua mata cowok melihat ke arah mereka. Bahkan beberapa ada yang bersiul dan menggoda mereka tapi kedua cewek itu tidak menggubrisnya. Alfa bisa mengerti melihat semua mata cowok jelalatan melihat kecantikan Alda. Alda tampak sangat cantik dengan long dress warna merah dan high heels yang dikenakannya. Terus terang Alfa sedikit minder jalan dengan sahabatnya yang cantik itu. "Seneng banget ya kuliah, kita bisa pakai baju bebas terus," ucap Alda sambil menyengih. Alfa balas tersenyum saja. Sesampainya mereka di sana, tempat itu sudah dipadati oleh para Maba. Alfa dan Alda mengambil nomer antrian kemudian duduk di salah tempat duduk yang disediakan. Sebuah brosur diterbangkan angin dan jatuh di tangan Alfa. Alfa memandangi brosur itu dan membacanya sekilas. Isinya kira-kira begini... Menerima Kos Putri Cost : Rp 400.000/ bulan Fasilitas kamar, kamar mandi, dapur, kulkas, mesin cuci, tv Tempat strategis, hanya lima ratus meter dari Universitas Terkemuka Jl. X nomer 27. Telp. 0852XXXXXXXX "Fa, habis ini kita jalan-jalan ke DTC yuk!" ajak Alda. "Ng ... kayaknya aku mau cari kos-kosan dulu deh," ucap Alfa sambil memandangi brosur di tangannya itu. *** Gama berdiri di stasiun kota Blitar, kereta yang akan mengantarkannya ke Surabaya berhenti di depannya. Abah dan tujuh adiknya yang masih kecil-kecil berdiri di belakangnya dengan perasaan haru. Gama tersenyum pada seluruh keluarganya yang mengantarkan kepergiannya. "Mas pergi dulu ya adik-adik," pamit Gama pada ketujuh adiknya. "Hati-hati, Mas," kata Alya ditengah isak karena kepergian kakak yang sangat dikaguminya itu. Gama tersenyum kemudian memandang Abahnya yang juga tengah berlinang air mata. Gama mencium tangan Abahnya. Pria setengah baya itu tak kuasa menahan tangis dan langsung balas memeluknya. "Kamu harus hati-hati di Surabaya ya, Nak, berlajar yang rajin supaya kamu bisa jadi dokter, sering-sering kirim surat. Abah pasti akan merindukanmu," tutur pria itu. Gama tak kuasa menahan air mata dan memeluk ayahandanya erat. "Kulo janji akan rajin belajar dan bekerja di sana, Bah, Nanti kulo akan pulang ke rumah dengan gelar dokter, doakan Kulo, Bah," ucap Gama. Kedua pria itu saling berpelukan, semua anggota keluarga yang lain ikut menangis dan memeluk keduanya. Suara bel kereta berbunyi. Mereka berhenti berpelukan. "Kamu harus masuk ke kereta, Le." Abah mengingatkan. Gama mengangguk. "Kulo berangkat dulu, Bah." Gama melambaikan tangan pada keluarganya lalu memasuki antrian pemeriksaan tiket. "Abah, saat kulo pulang nanti kulo pasti sudah jadi dokter! Abah dan adik-adik sehat-sehat ya!" ucap Gama. *** Alfa dan Alda berdiri di depan sebuah rumah senderhana bercat putih bertingkat dua yang ada di hadapan mereka. Alfa tersenyum memandangi rumah sederhana itu sedangkan Alda tidak terlalu tertarik. "Ini kosannya? Nggak terlalu bagus, Fa, kenapa kamu gak ikut tinggal di apartemenku aja sih?" usul Alda. "Mana bisa aku membayar dua juta perbulan." Alfa beralasan. "Ya nggak usah bayar, Fa, kamu nemenin aku aja di sana," kata Alda. "Kan aku udah bilang, Da, aku nggak mau punya banyak hutang sama kamu, nanti gimana aku bayarnya," ujar Alfa sambil tersenyum. Alda mendengus kesal, sulit rasanya merayu sahabatnya yang keras kepala ini. Alfa menekan tombol bel yang ada di depan pagar. Tak lama kemudian seorang wanita berusia sekitar lebih dari tiga puluh tahun muncul dari depan gerbang. Wanita itu berpakaian nyentrik warna pink dengan dandanan menor. Dia masih terlihat cantik dan seksi untuk wanita seusianya. Dia tersenyum pada Alfa dan Alda. "Ada perlu apa ya, Mbak?" tegurnya. "Permisi, Bu, nama saya Alfa saya mau cari kos-kosan, apa di sini masih ada kamar kosong?" tanya Alfa. "Oh ada, silahkan masuk dan melihat lihat-lihat." Alfa dan Alda masuk ke dalam rumah mengikuti wanita itu. Wanita itu menunjukan kamar yang ada di lantai dua. Kamarnya tidak terlalu luas hanya berukuran empat kali lima meter ada satu ranjang susun, satu buah lemari, satu buah meja belajar dan satu buah kaca, ada satu buah jendela di dalam kamar. Alfa membuka jendela kamar itu dan melihat pemandangan di luar jendela yang view-nya lumayan. Secara keseluruhan Alfa menyukai kamar ini. "Maaf agak sempit, di sini semuanya sekamar berdua, apa kalian tertarik?" tanya sang Bu Kos. "Oh maaf, Bu, tapi saya nggak kos di sini, saya sudah punya tempat tinggal, saya hanya mengantarkan teman saya," ucap Alda, takut dia dikira akan kos di sini juga. "Oh begitu." Si ibu kos kemudian menoleh pada Alfa yang sedang menatap panorama di luar jendela. "Kalau kamu bagaimana?" "Saya suka kamar ini, mulai hari ini saya akan menempatinya, bisa saya bayar sewanya sekarang?" tegur Alfa. "Off course!" Wanita itu sambil tersenyum berbicara dalam bahasa Inggris yang fasih. "Oh iya, and ... apa kamu nggak keberatan kalau nantinya ada anak lain yang nggak kamu kenal akan tinggal sekamar denganmu?" "Tentu, asal dia wanita," ujar Alfa sambil tersenyum. Wanita itu pun ikut tersenyum penuh arti... ***         
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD