Room Mate

1411 Words
Setelah menempuh perjalanan lama jam dari Blitar, akhirnya Gama tiba di kota Surabaya. Dia kini berdiri di depan rumah Buliknya Maimunah. Gama memencet bel, tak lama kemudian pintu pagar terbuka dan munculah seorang wanita nyentrik dengan dandanan menor yang masih sangat dikenal Gama meski sudah lima tahun tidak bertemu. Dia adalah Bulik Maimunah. Wanita itu membuka mulutnya dengan bengong karena tak kuasa melihat ketampanan Gama yang berdiri di depannya itu. "A-ada perlu apa ya, Mas?" tanya wanita itu yang tampak tidak mengenali Gama. "Ini saya, Bulik, Gama," kata Gama sambil tersenyum. "Gama?!" Wanita itu terbelalak. "Oh My God! Kamu sudah besar and really really handsome!" Wanita itu langsung spontan memeluk dan mencium kedua pipi Gama sampai lipstick warna merah merekah yang dipakainya membekas di pipi Gama. Gama meringis dan berusaha membersihkan bekas lipstick itu dari pipinya. "Assalamualaikum, Bulik, apa kabar?" sapa Gama. "Waalaikumsalam, I'm spectacular!" jawab wanita itu dengan genit. Bulik Maimunah melirik ke kanan ke kiri seperti maling, melihat apa ada orang di dekat mereka. Dia lalu menggandeng tangan Gama. "Come on, follow me," ucap wanita itu. "Ke mana Bulik?" "Just follow me." Wanita itu tak mau menjelaskan. "Tapi saya baru sampai, apa tidak sebaiknya tas ini di bawa ke dalam dulu?" tegur Gama. "Put it later, now follow me." Gama terpaksa membawa tasnya yang besar itu dan mengikuti Buliknya. Mereka pergi ke sebuah distro yang tak jauh dari rumah. Maimunah langsung sibuk memilih-milih sebuah long dress kemudian menanyakan pendapat Gama. "What your opinion about this?" tanya Maimunah. Gama melihat baju itu, dia tidak terlalu mengikuti mode dan tidak tahu baju mana yang bagus. Menurutnya semua baju cewek itu sama saja. "Bagus kok, sangat cocok buat Bulik," ucap Gama sambil tersenyum. "Oke, try this." Maimunah menyerahkan long dress itu pada Gama. Gama mengerjap-ngerjap dan tak mengerti maksud Buliknya itu menyuruhnya mencoba baju itu, jelas-jelas baju itu baju wanita... Long dress... "A-apa? Buat apa?" tanya Gama bingung. "Do you know that I have rent my room for girls dormitory ?" tanya Maimunah. Gama mengangguk. Dia pernah mendengar dari ayahnya setelah Maimunah bercerai dari suaminya dua tahun yang lalu, Maimunah menyewakan kamar-kamarnya untuk kos cewek sebagai matapencahariannya. "Once week ago, I said to your father, you can live in my house because I have one empty room didn't it? But just now, one girl come to my house and said that she need a room, I can't do anything, you must be her roommate, so you must wear this." Gama terbelalak mendengar kata-kata Buliknya itu. "Apa? Yang benar saja! Mana bisa Bulik? Saya ini laki-laki." Gama tidak setuju. "But there are only one room, you can't live in any other room," "Saya bisa tidur di mana saja, dapur, kamar mandi juga bisa, tapi tidak bisa tidur sekamar dengan wanita." Gama bersikeras. "Oke, you can sleep in bath room or kitchen, it's up to you, but you are a boy and my house is a girl dormitory, no one will accept you to live in my house, especially my rental payment," ucap Maimunah sambil tersenyum. Gama terdiam mendengar kata-kata Buliknya itu. "You have two choise, You can wear this." Maimunah menunju long dres. "Or you can get out from my house." Gama memandangi long dress itu dengan tatapan tidak percaya. "It's not fair," katanya lemas. *** Seorang 'wanita' cantik berjalan keluar dari kamar pas. Dia mengenakan long dress warna ungu. High heels yang warnanya ungu menghiasi kakinya yang jenjang. Rambutnya yang panjang terurai sepinggang. Maimunah berdiri di depan kamar pas dengan terpesona memandangi kecantikan wanita itu. "Wow, spectacular, so beautifull! You can be a model. Pasti waktu lahir kamu kalungan usus, let's buy this." Maimunah tampak senang. 'Wanita' itu yang ternyata adalah Gama menghampiri cermin dan melihat bayangannya di sana, dia tidak percaya dengan penampilannya sendiri. Dia memang terlihat sangat cantik karena kulitnya yang putih mulus dan bibirnya yang merah merekah. "Astagfirllah haladzim... Abah tutup dulu matamu, saya melakukan hal ini hanya untuk menjadi dokter," ucapbGama frustrasi. "Gama, let's go home," panggil Maimunah setelah dia membayar di kasir. "Ya Bulik," jawab Gama. "No! No! No! Don't call me 'Bulik', right now call me Auntie, do you understand?" Maimunah tampak tidak senang. "Auntie Maimunah?" tanya Gama. "No!!! Don't call me Maimunah, just call me Auntie May, do you understand?" tegas Maimunah. "Oke, fine," jawab Gama. "And right now, your name is Hani. If anyone know that you are a boy, you must get out from my house, remember that!" ucap Maimunah serius. "Oke, I'm understand." Gama jadi ketularan ngomong pake Bahasa Inggris. "Auntie May!" Seorang gadis manis berambut pendek berdiri di depan distro, dia tersenyum sambil pada Maimunah sambil melambaikan tangan. "Oh, Alfa! What are you doing here?" sapa Maimunah ceria. Dia menghampiri gadis manis itu. Gama tetap di tempatnya dan memandangi kedua wanita itu. "I buy some food in the market, who's that?" tanya cewek manis itu sambil melihat ke arah Gama. Gama menelan ludahnya. "Oh ... come in Hani," panggil Maimunah. Gama menghampiri Maimunah dan berdiri di sebelahnya. "Let me introduce him-uh I mean her, she is your roommate, Hani, and Hani this is Alfa." Maimunah memperkenalkan dua anak manusia itu. "Oh, you are my roommate? Good to see you, my name is Alfa, How do you do!" kata cewek itu tersenyum manis. "How do you do," jawab Gama sambil tersenyum yang dipaksakan. *** Hani alias Gama dan Alfa berada dalam satu kamar. Mereka sedang merapikan barang-barang yang ada di dalam kamar mereka. Karena lemari hanya ada satu, mereka harus memakainya bersama. Hani memakai satu sisi sedangkan Alfa memakai sisi lainnya. Saat Hani sedang merapikan lemari Alfa terus mengawasinya. Akhirnya Hani pun sadar dan bertanya. "Ada sesuatu di wajah saya? Kenapa kamu melihat saya terus dari tadi?" tanya Hani. Alfa tersenyum. "Kamu cantik banget, aku terpesona," jawab Alfa sambil tersenyum. Hani terdiam, di bilang cantik oleh cewek rasanya tidak terlalu menyenangkan. "Terima kasih." "Oh iya, asli kamu mana?" tanya Alfa. "Saya dari Blitar," jawab Hani. "Sudah kuduga dari logatmu, aku dari Malang, kita berteman baik ya," kata Alfa. Hani balas tersenyum. "Di sini kamu kuliah apa...." "Kerja," jawab Hani cepat. "Saya sedang cari kerja untuk keluarga saya di kampung," dusta Hani. "Kalau kamu?" "Aku kuliah di Universitas terkemuka," ucap Alfa. "Universitas terkemuka?" Hani terkejut. Alfa menganggukkan kepalanya. "Fakultas apa?" "Kedokteran," Hani membelalakan matanya mendengar jawaban Alfa itu. Gadis ini satu kampus bahkan satu fakultas dengannya!!! "J-jurusan?" "Kebidanan, aku tidak cukup pintar untuk kuliah di pendidikan dokter," jawab Alfa sambil tersenyum. "Oh...." Hani bernapas lega, karena gadis itu tidak satu jurusan dengannya, bisa-bisa nanti gadis itu mengenalinya... "Kenapa?" tanya Alfa. "Bukan apa-apa!" kata Hani cepat-cepat. Mereka kemudian kembali pada aktivitas masing-masing. Hani memandangi Alfa kemudian berkata. "Pasti senang sekali ya, bisa kuliah di kesehatan?" tanya Hani. "Ehem, sejak SMP aku ikut PMR, sejak saat itu aku bercita-cita jadi dokter. Aku ingin mengobati orang yang sakit dengan biaya yang murah, tapi aku tidak cukup pintar, yah setidaknya aku masih diterima di jurusan kebidanan," kata Alfa. "Di desa saya tidak ada dokter. Semua orang bila sakit akan pergi ke Bidan. Bidan itu juga sangat keren, kamu bisa jadi Bidan yang baik." Hani memuji. "Terima kasih," ucap Alfa sambil tersenyum. *** "Hani, aku tidur duluan ya," kata Alfa sebelum dia naik ke atas ranjangnya yang ada di atas. Hani tersenyum dan mengangguk. Alfa kemudian mau naik ke ranjang atas tapi diurungkannya kemudian berkata. "Lampunya jangan dimatikan ya, aku nggak bisa tidur kalau lampunya mati." Hani melenggut dan tersungging. Sebenarnya dia sendiri tidak bisa tidur jika lampunya menyala. Akhirnya Gama duduk di ranjang bawah sambil membaca buku untuk membuang waktunya sampai tertidur. Sedangkan Alfa sudah tidur nyenyak di ranjang atas. Gama melepaskan wig dari kepalanya karena terasa gatal. Gama melongok ke atas dan mengamati Alfa yang sudah tidur nyenyak. Gama menarik napas panjang, dia merasa aman karena Alfa sudah tidak mungkin terbangun dan dia sudah sangat jengah dengan wig yang sedari tadi dipakainya itu. Gama berdeham-deham tenggorokannya agak kering. Cowok itu kemudian berdiri dan berjalan menuju pintu. Tiba-tiba dia merasa dilempar oleh sebuah benda dari belakang sebuah boneka jatuh di sebelahnya. Gama menoleh ke belakang dan melihat Alfa yang duduk dan memandang ke arahnya dengan tatapan marah. "Kamu!" teriak Alfa. "Kamu sales kurang ajar! Sudah kubilang terlalu mahal, aku tidak mau beli jangan memaksa!" geram Alfa marah. Gama bengong. Tak mengerti apa maksud kata-kata Alfa itu. Alfa kemudian terlihat mengantuk dan berbaring lagi, tak lama kemudian gadis itu mendengkur. Gama mengelus-elus dadanya. Ternyata Alfa mengingau... Gama kaget mengira Alfa benar-benar bangun dan memergoki kalau dia cowok. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD