Cowok Ganteng

955 Words
Pagi-pagi sekali Hani sudah bangun dan memakai pakaian rapi dan bersih. Dia mengenakan baju kotak-kotak warna biru dan celana warna hitam biasa tapi tetap terlihat sangat cantik. Alfa yang baru keluar dari kamar mandi dengan memakai baju handuk dan memandangi 'cewek' itu dengan kagum. "Waw, kamu memang cantik banget ya, pakai baju nggak feminim gitu juga tetep kelihatan cantik," puji Alfa. Hani hanya tersenyum. "Makasih." Alfa masuk ke dalam kamar lalu menutup jendela kamar. Alfa menoleh ke arah Hani yang berdiri membelakanginya yang sedang merapikan bajunya di depan cermin. "Hani, jangan noleh ya, aku mau ganti baju, aku agak pemalu soalnya badanku nggak seseksi kamu," ucap Alfa. Hani menelan saliva. "Ya, tenang saja, saya tidak akan menoleh," kata Hani. Keringat dingin langsung membasahi tubuh Hani. Setan dan hatinya berbisik "Noleh ajalah, hehe... lumayan rejeki." Tapi malaikat dalam hatinya juga berkata, "Jangan zina mata!" Hani bergelut dengan hatinya sendiri ... akhirnya dia menoleh juga tapi Alfa sudah selesai ganti baju. Telat, Mas, kesuwen... "Aku sudah selesai," ucap Alfa sambil tersenyum. "Astagfirllah!" Hani memukuli matanya sendiri. Dia sudah terkena godaan syaiton nirojim... "Kenapa?" tegur Alfa. "Bukan apa-apa!" kata Hani cepat. "Ayo berangkat bareng, kamu mau ke mana, Han?" tanya Alfa. "Mau cari lamaran pekerjaan, di Jl. A," dusta Hani. "Hm ... kalau gitu kita berangkat bareng sampai setengah jalan ya," kata Alfa ceria. "Oke." Kedua orang itu kemudian keluar bersama dari kamar mereka dan berjalan keluar dari rumah. Mereka berpapasan dengan Maimunah yang baru saja mau mandi dan masih memakai banyak roll rambut di kepalanya. "Oh, Will you go now?" tanya wanita itu pada kedua 'cewek' itu. "Yes, Auntie May, see you later," ucap Alfa. "See you, Auntie." Hani membeo. "See you," jawab Maimunah. Kedua 'cewek' itu pun pergi. Maimunah memandangi keduanya sambil tersenyum. "They looks good together," komen Maimunah sebelum masuk ke kamar mandi. Kedua orang itu bersama menuju kampus Universitas terkemuka yang berjarak hanya lima ratus meter dari kosan mereka. Sesampainya di depan kampus, kedua orang itu pun berpisah. "Aku kuliah dulu ya, Hani, sampai nanti," pamit Alfa. "Sampai nanti." Keduanya kemudian berpisah, Alfa masuk ke dalam pintu gerbang kampus sedangkan Hani berjalan pergi. Hani masuk ke dalam sebuah taman kemudian bersembunyi di dalam semak-semak dia melepaskan wig panjangnya. Hani pun bertransformasi menjadi Gama... Gama menarik napas panjang kemudian memasukan wig itu ke dalam tas ranselnya. Dia merapikan bajunya kemudian berjalan keluar dari semak-semak. Semua mata pun langsung tertuju padanya karena ketampanannya. "Siap untuk hari pertama kuliah," kata Gama sambil tersenyum, dia memasuki pintu gerbang kampus. Gama menuju papan pengumuman dan membacanya dengan saksama, seorang bapak-bapak berkumis tebal dan berbadan gendut berjalan menghampirinya lalu ikut membaca papan pengumuman di sebelahnya. Gama bertanya padanya. "Maaf, apa Anda tahu di mana gedung fakultas kedokteran?" tanya Gama pada bapak-bapak itu. "Di sana, belok kiri, kamu mau ke sana? Ayo bareng, gue juga mau ke sana?" ucap bapak itu dengan logat Jakarta. "Terima kasih," kata Gama. Kedua cowok itu kemudian berjalan bersama menuju gedung fakultas kedokteran. "Lo mahasiswa baru?" tanya bapak itu. "Ya, Anda?" "Jangan panggil Anda, kita seumuran, gue juga mahasiswa baru," kata cowok itu. Gama berhenti berjalan dan memandang bapak-bapak di hadapannya itu dengan tatapan tidak percaya. "Ma-maaf, saya pikir...." "Nggak papa, banyak orang yang bilang muka gue boros, kenalkan nama gue Galang." Cowok itu mengulurkan tangannya. "Aku Gama," kata Gama sambil tersenyum. "Lo jurusan apa?" tanya Galang "PDA, kamu?" tanya Gama. PDA adalah singkatan dari Pendidikan Dokter kelas A. "Berarti kita sekelas," ucap Galang sambil tersenyum. *** Alfa menyusuri kampusnya menuju gedung fakultas kedokteran, jurusan kebidanan. Alda yang sedang berjalan sendirian tak jauh darinya segera berlari menghampiri sahabatnya itu. "Alfa!" panggil Alda. "Hai, Alda," sapa Alfa sambil tersenyum melihat kedatangan sahabat baiknya itu. "Aku seneng banget, ini hari pertama kuliah kita," kata Alda. "Aku juga." "Di sini pasti banyak cowok cakep ya, Fa, apalagi anak PD, mereka kan terkenal ganteng-ganteng!" kata Alda sumringah. Alfa hanya tersenyum saja mendengarnya. "Pokoknya, nanti, aku harus punya pacar anak PD yang ganteng abis!" ujar Alda bersemangat. "Kamu niat kuliah apa cari pacar sih?" "Dua-duanya dong." Dua sahabat itu terbahak-bahak. Mereka melewati taman menuju gedung fakultas kedokteran. Alda menoleh ke samping dan melihat seorang cowok super cakep yang berjalan dengan seorang bapak-bapak sambil bercerita seru. Alda terpesona dengan ketampanan cowok itu. Dia menepuk punggung Alfa sambil berpura-pura melihat arah lain. "Arah jam sembilan," kata Alda. Alfa menoleh ke arah yang ditunjuk Alda dan melihat cowok super cakep itu. Tentu saja sama seperti Alda, Alfa juga langsung terpesona melihat ketampanan cowok itu, tapi ada sesuatu yang familiar di mata Alfa. Alfa memandangi cowok itu dengan saksama. Apa ya yang pernah dilihatnya sebelumnya dari cowok itu? Rasanya mereka pernah bertemu sebelumnya. "Sudah jangan dilihat terus, zina mata!" Alda menutup mata Alfa. "Aduh!" Alfa meronta. Keduanya lalu bertengkar sambil tertawa. Cowok keren yang ternyata adalah Gama itu melihat ke arah Alda dan Alfa yang sedang bercanda sambil tertawa tak jauh dari tempatnya. Gama langsung membelalakan mata. Itu Alfa! Bagaimana kalau cewek itu mengenalinya?! Gama segera berusaha kabur dari tempat itu. "Lang, saya ke toilet dulu sebentar," kata Gama. Cowok itu langsung ngacir pergi meninggalkan Galang. "Oh iya, aku ke kelas duluan ya," kata Galang sambil menuju kelas. Kedua cewek itu berhenti bercanda dan melihat ke arah jam sembilan tempat cowok super keren itu tadi ada. Tapi cowok dan bapak-bapak itu sudah tidak ada di sana. "Yah, dia sudah pergi." Alda kecewa. "Dia anak mana ya? Jangan-jangan PD!" "Mungkin, ayo kita ke kelas, sudah mau kuliah." Alfa mengingatkan. Kedua cewek itu menuju kelas mereka BID-A (singkata dari Kebidanan kelas A). Tak jauh dari sana, Gama sedang bersembunyi di balik tembok sambil mengelus dadanya. "Hampir saja, aku harus menghindarinya sebisa mungkin," kata Gama dengan ekspresi serius. Gama kemudian berjalan pergi menuju kelasnya yaitu kelas PDA. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD