Frankfurt

1083 Words
Setiap Perjalanan selalu mengarah menuju suatu tempat lain, aku hanya mengikuti aliran waktu yang mengalir lembut di antara sela sela garis takdir nasib yang berputar, pijakan masa dalam setiap langkah selalu menuntuk ku ke tempat yang belum pernah di kunjungi oleh manusia manapun, sebelum mereka menemukan Voyager. "Letnan Axel Jupyter Braun?" Tanya seorang wanita penerima tamu, dihadapan sang Resepsionis, nampak seorang pemuda berambut pirang tengah berdiri menghadap ke arah nya. Dari balik meja besar yang terdapat di salah satu sudut ruangan Hotel berbintang lima, Sang Resepsionis kembali menatap ke arah nya dengan pandangan penuh selidik, setiap inci dari tubuh sang pemuda yang berdiri di hadapan nya di perhatikan dengan seksama. wajah, rambut, pakaian yang dikenakan, sebuah ballpoint yang terselip di saku baju nya, dua pangkat yang melintang di bahu sang pemuda, hingga dasi berwarna hijau yang tergantung di balik jas militer yang dikenakan oleh nya diperhatikan dengan seksama. Sekilas wajah pemuda dihadapan nya terlihat asing, aksen yang diucapkan olehnya seperti bukan dari daerah tempat nya berasal, sekilas sang wanita nampak melihat kembali ke arah sang pemuda, sebuah passport dan visa milik seorang pemuda yang tengah berdiri dihadapan nya kembali di tatap lekat oleh sang wanita. "Ada yang aneh, Mein Frau?" Tanya Axel pada sang wanita penerima tamu tersebut, Wanita di hadapan nya kembali melihat beberapa dokumen yang di berikan oleh sang pemuda, seorang pria berpangkat Letnan yang tengah berdiri di hadapan nya. "Ah, Nein, Mein Herr." jawab sang penerima tamu, Dari balik meja resepsionis sang wanita wanita penerima tamu kembali melayang kan pandangan nya ke arah kaki sang pemuda dan perlahan lahan diarahkan tatapan kedua mata nya hingga ke ujung rambut sang tamu yang berdiri di hadapan nya. "Boleh tanya, dari kesatuan mana anda berasal, Letnan Braun?" Kembali sang wanita bertanya, Axel hanya tersenyum ke arah nya sembari menatap ke arah jam dinding yang berada di seberang ruangan lobby hotel tersebut. "Jam tujuh pagi, masih ada waktu dua jam sebelum…," gumam Axel dalam hati, pandangan nya kembali di layangkan ke arah Lobby tempat beberapa tamu nampak berkumpul. Beberapa pria berseragam militer terlihat mondar mandir di sepanjang hallway yang mengarah ke sebuah ruangan rapat, beberapa petinggi NAZI terlihat berdandan rapi, bersiap untuk menghadiri satu acara yang amat penting. "Herr?" Kembali sang wanita bertanya untuk kedua kalinya pada seorang pemuda yang tengah berdiri dihadapan nya, pemuda tersebut kembali tersenyum ke arahnya sembari merogoh saku jaket militer yang dikenakan. "SS? Statzi?" Tanya sang wanita keheranan, pemuda yang berdiri dihadapan nya kembali tersenyum dan melirik ke arah buku tamu yang tergeletak dengan posisi terbuka di atas meja resepsionis. "Jadi, mein frau, bolehkah saya melihat daftar tamu…," Tanya Axel kembali, beberapa pejabat militer kembali terlihat memasuki ruangan dalam hotel dengan sangat terburu-buru, para ajudan yang bertugas untuk mengawal para pejabat nampak berkumpul di satu sudut ruangan, berbaur dengan para staff ke militeran yang tengah menunggu atasan mereka menyelesaikan rapat pada pagi itu. "Karena, anda tahu kan resiko nya jika menghalangi tugas anggota SS?" Kembali Axel berkata sambil menatap tajam ke arah sang wanita, Sang penerima tamu hanya menunduk kan kepala dan memberikan beberapa berkas dokumen milik seorang pria yang tengah berada di hadapan nya. "Atasan saya…," ujar Axel sembari menatap ke arah seberang lobby tempat para pejabat militer tengah berkumpul, beberapa pria berpakaian tentara terlihat sibuk sesaat setelah seorang perwira terlihat menuruni tangga di bagian dalam ruangan tersebut. "Silakan Mein herr…," ujar sang wanita sembari mendorong seluruh berkas milik sang pria ke hadapan nya, Axel.hanya tersenyum dan mengambil seluruh berkas tersebut dari atas meja resepsionis. "Vielen Danke." Ujar Axel sembari berlalu dari hadapan nya. "Anda menyukai nya, Letnan Jupyter Braun." Suara dari kecerdasan buatan kembali terdengar dari balik Neural speaker yang berada di balik telinga sang pria, Yora, Asisten virtual para jumper kembali melakukan analisa di seluruh ruangan tersebut. pemindaian dengan Otreo Beam transparan kembali di lakukan oleh nya, seluruh sudut ruangan dalam lobby, hingga ke ujung kiri ruangan penerima tamu sudah selesai di record dan di proses oleh sebuah basis data portable. "Apa maksudmu, Yora?" Tanya Axel, sang pria dalam pakaian perwira tersebut nampak melangkahkan kaki menuju ke sebuah meja panjang tempat beberapa atasan militer berkumpul. beberapa berkas nampak tergeletak di atas meja panjang tersebut, berkas yang di tutup oleh sebuah amplop berwarna kecoklatan terlihat berada di ujung meja tersebut. "Betul Letnan Braun, Berkas yang anda cari berada di ujung meja." Ujar Yora kembali, Pelacakan isi berkas nampak nya sudah selesai di lakukan oleh kecerdasan buatan tersebut. "Steriga?" Tulisan dengan huruf kuno nampak di wajah amplop berwarna kecoklatan tersebut, bentuk sebuah lambang swastika dan gambaran seekor ular terlihat jelas di salah satu bagian kertas penutup berwarna kecoklatan. "Betul, Letnan Braun." Jawab Yora, sebuah lambang NAZI kembali terlihat ketika Axel menarik isi dalam amplop tersebut, secarik kertas dengan kepala surat bergambar swastika dan sekor ular kembali terlihat di bagian bawah surat dalam genggaman nya, dua buah tanda tangan perwira militer nampak jelas terlihat di bagian kanan surat. "Yora, bisa di lihat database project Steriga?" Tanya Axel, kecerdasan buatan yang terdapat di balik lempengan baja persegi delapan nampak mulai menelusuri seluruh data yang berada dalam servo cerebral, beberapa data nampak terkumpul dalam sebuah berkas digital.sesaat sebelum kecerdasan buatan tersebut memberikan pada sang letnan. "letnan Braun, sebaik nya anda kembali meletak kan berkas di tangan anda di tempat nya, sensor ku menunjuk kan ada sebuah objek bergerak menuju ke arah kita...," Seorang perwira militer nampak berjalan cepat menuruni tangga di ujung ruangan lobby dan berlari ke arah meja panjang di seberang meja penerima tamu, langkah pria tersebut nampak terburu buru seakan ada sesuatu yang teramat penting tengah menunggu kehadiran nya. "Seperti nya anda mencari ini, Herr.; Ujar seorang pria, Sang perwira nampak tersenyum lega ketika melihat amplop berwarna kecoklatan tersebut, kedua mata nya nampak berbinar-binar, untuk sesaat sang perwira terlihat dapat bernafas lega. "Vielen Danke mein herr, saya melupakan sebuah berkas yang teramat penting untuk di berikan kepada fuhrer...," Ujar sang perwira kembali berkata, Axel hanya mengangguk kan kepala dan tersenyum ke arah nya, sembari memberi hormat kepada sang perwira, Axel kembali bertanya. "Wie est Du name, Mein Herr?" Tanya Axel, Sang pria menatap ke arah nya dan menjawab pertanyaan pemuda yang berada di depan meja panjang, sang perwira menjawab sambil melangkah pergi dari hadapan sang pemuda. hampir saja sang perwira menabrak seorang karyawan hotel yang sedang melintas di hadapan nya, sang karyawan hotel nampak menyingkir dan kembali melangkah menuju pintu keluar. "Nikolaus Braun, Mein Herr!! Anda berhak mendapatkan makan malam bersama keluarga ku...," Ujar sang perwira sembari berlari ke arah tangga yang menuju ke ruangan rapat para petinggi Nazi. "Opa Braun."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD