“Tunggu!” sergah Ben cepat. Ia menodongkan pistolnya di hadapan kedua teman Satria. “Angkat tangan kalian,” perintahnya. “Kami nggak takut, beraninya cuma main tembak.” Satria mendekat, ia tersenyum sinis melihat Ben. “Kalau berani, ayo bertarung satu lawan satu!” tantangnya b*******h. Ben kembali menyimpan pistolnya di balik jaket. “Came on! Saya mau kau yang maju duluan.” “Siapa takut!” Satria membuka bajunya, menampilkan tubuh kekar, dan perut sixpack. Lebam bekas pukulan Ben tempo hari masih sedikit membekas di wajahnya, namun hari ini ia terlihat segar dan bersemangat. Satria menatap dua orang temannya, memberi kode. Satria mengajak Ben ke halaman rumah agar lebih luas dan leluasa. Ben mengikutinya. Keduanya mulai bertarung saling serang dengan tangan kosong. Satria cukup gesit d