Bab. 42

2093 Words

Akhirnya Ben berhasil menghabiskan seporsi bubur kacang buatan Nayla. Ia seperti orang yang baru saja selesai disiksa. Bukan karena bubur itu terlalu manis di lidahnya, tapi bagaimana sikap Nayla hari ini yang begitu ceria dan manis. Itu membuat Ben terus berpikir ulang untuk mengungkap kematian Raditya. Ben melihat Nayla asik memainkan ponsel barunya, ia duduk bersandar di sofa di dekat jendela kamar. Sesekali wajahnya mendongak ke atas langit sana, menatap hamparan langit biru dan awan putig berarak menyelimutinya. Cuaca hari ini cerah, gadis itu membuat Ben terpana setiap kali melihatnya tersenyum lebar. “Dave, apa pendapatmu kalau aku jadi model?” tanya Nayla bersemangat, saat melihat Ben mendekatinya. “Jadi model itu bayarannya kan lumayan, jadi ... aku bisa lanjutin kuliah lagi. A

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD