Hal. 3 Rasiel Ainsley & Mysterious Man ( Treat & Trick )

2154 Words
Note : Disarankan membaca cerita buku 1 dulu : IMPERFECT ME  :) . .  Karena banyak yang nggak tahu dimana sih klik love itu? Jangan lupa Klik tanda bentuk jantung terlebih dulu sampai berubah jadi warna putih, untuk pengguna Handphone agar masuk ke dalam library kalian  Untuk pengguna komputer cukup klik tulisan ADD menjadi ADDED yaa :D Nikmati dan jangan lupa Appreciate juga karyaku yaa , Terimakasih:* Selamat membaca :) Halaman 3 . . . [Pukul 7 malam] [“Kami mengabarkan langsung dari lokasi kejadian, sebuah pub malam berhasil diamankan oleh kepolisian kali ini. Seperti berita yang beredar mengenai kasus pemerkosaan dan perampokan di sekitar area pusat Jakarta cukup menggegerkan masyarakat setempat.” [“Para pelaku yang berhasil kabur tepat sebelum anggota polisi datang, hanya meninggalkan para korban saja dalam keadaan pingsan. Beberapa dari mereka bahkan mengalami trauma cukup berat.”] [“Pelaku diduga memberikan obat-obatan terlarang yang mampu membuat para wanita-wanita itu tidak mampu menahan nafsu mereka.”] Berjalan keluar dari kamar mandi, dengan sebuah televisi kecil di atas meja ruang tamu, mengusap wajah yang masih basah terkena air. Tubuh Rasi berhenti sekilas, berita malam ini cukup membuatnya was-was. ‘Pub malam mereka bilang?’ Sudah berapa lama dia tidak pergi ke sana. Dulu saat semua uang bisa datang hanya dengan menjentikkan jemari saja, Rasi sering menghabiskan waktu di tempat itu. Tapi setelah perusahaan sang ayah bangkrut total. Jangankan untuk pergi, sekedar berpikir saja Rasi harus lihat kantung dompetnya dulu. Kantung dompet yang selalu tipis. Tipis karena tidak ada uang, bukan karena berisi blackcard milik ayahnya. Apalagi mengingat pub malam, Rasi kembali teringat pada sang kakak. Sosok wanita yang sempat bekerja di tempat itu selama bertahun-tahun, tumbuh menjadi seorang wanita super kuat dalam lingkungan keras. Trauma begitu mengingat kalau dia hampir kehilangan nyawa karena dicekik keras oleh Teresa. “Astaga,” Bulu kuduk Rasi meremang, menggeleng kepala cepat. “Memikirkannya saja aku sudah ngeri,” Berbalik hendak masuk ke dalam kamar, mempersiapkan pakaian yang cocok untuk kencannya malam ini. [“Diharapkan berhati-hati bagi para wanita yang masih bekerja di malam hari. Karena pelaku selalu mengincar ciri-ciri wanita yang mempunyai  tubuh dan wajah di atas rata-rata. Tetap berada di keramaian, usahakan jangan mengambil jalan yang sepi-”] Mengabaikan berita di sana, Rasi menutup pintu kamar, menggosok rambut yang sedikit basah. Untuk apa dia memikirkan berita seperti itu? Kalau malam ini ada seorang pangeran tampan yang akan menjaga Rasi. Kencan pertama mereka harus berjalan sempurna. Berjalan menuju lemari dua pintu yang terbuat dari beberapa tempelan playwood dilapisi HPL motif kayu, meskipun baju yang Ia punya tidak begitu banyak. Tapi selera fashion Rasi tetaplah tinggi. Jadi dia hanya perlu mencari model baju yang modis tapi dengan harga terjangkau. “Hm, kak Thomas pasti suka dengan wanita yang anggun dan manis.” Mengambil satu dress terusan berwarna peach, dan cardigan putih transparant. Satu celana pendek ketat. Dulu Rasi memang suka menggunakan pakaian yang mewah dan ketat, tapi sekarang entah kenapa dia tidak berminat lagi. Apa mungkin karena sudah umur? “Oke, aku gunakan ini saja.” Bergerak menggunakan dress tersebut dalam waktu beberapa menit saja. Rasi berdiri tepat di depan cermin yang sengaja Ia gantung di dinding. Satu penampilan casual, ‘Hh, kalau ibu melihat penampilanku, dia pasti akan marah-marah.’ Mendengus sekilas, teringat kembali pada sang ibu. Wanita yang selalu menggembor-gemborkan masalah kecil jika tidak sesuai dengan keinginannya. Seperti contohnya masalah pakaian. Kemana pun Rasi pergi, dia tidak boleh pergi dengan pakaian yang kuno, lama atau biasa. Menggunakan pakaian modis dan fashionable keluaran terbaru designer favorite mereka. Itu yang selalu ditekankan oleh sang ibu. Enak? Tentu saja! Setiap bulan, mereka selalu belanja pakaian baru dan mewah, bebas menggunakan blackcard milik sang ayah. Jika mengingat itu lagi rasanya dia ingin menangis saja. ‘Well, sekarang keadaan sudah berbeda, aku tidak bisa terus-terusan meratapi nasib.’ Menggeleng kepala sekali lagi, kembali mengangkat wajahnya tegas. Walaupun menggunakan dress simple, setidaknya anugrah kecantikan dan tinggi badan bak model sudah cukup menguntungkan Rasi. . . . . Penyamaran oke, mengecek rambut palsu kecoklatannya sudah terekat kuat, dan lensa kontak berwarna legam. Make up riasan dengan sengaja memberikan beberapa titik seperti jerawat di kedua pipi, meskipun begitu Rasi tetap percaya diri dengan penampilannya hari ini. Cardigan transparant, tas gendong berwarna coklat, flatshoes warna peach, “Oke, sempurna!” tegas wanita itu semangat. Mengecek jam sekali lagi, sudah pukul setengah delapan. Bergegas keluar dari apartement, Rasi mengambil kunci motornya, menggunakan helm berjalan menuruni tangga apart. Tidak ada lift mewah atau eskalator, cukup tangga besi saja. “Kalau kak Thomas tahu apartementku seperti ini, dia pasti tak suka,” gumam Rasi yakin, berjalan cepat menuju parkiran khusus motor. Lebih baik dia menerjang dinginnya malam daripada membiarkan kak Thomas tahu tempat tinggal Rasi. Menggunakan jaket jeans yang tebal, Rasi menerjang angin dan suasana malam hari ini. . . . Benar-benar sebuah kencan yang luar biasa, hal itu terpatri di otak Rasi begitu melihat sebuah mobil berwarna kehitaman kini sudah berhenti tepat di depan café tempatnya bekerja. Lagi–lagi Rasi dapat jackpot malam ini, tidak menggunakan kendaraan roda dua, melainkan roda empat dengan merk mahal pula. Ah, dia memang sedikit mata duitan. Mengecek penampilannya sekali lagi di kaca spion motor, mematikan kendaraan dan menghampiri seseorang di dalam mobil itu. Setengah gugup, mengecek apa benar ada kak Thomas di dalam sana. Pandangan mereka bertemu, Rasi mengetuk pintu kaca di depannya. Tidak perlu berapa lama, kaca bergeser, menampilkan sosok Thomas dengan balutan baju casual bebasnya. Kaos berwarna hitam, jam tangan rolex, celana jeans dan rambut jabrik acak-acakan. Ah, tampan sekali!! Ditambah lagi senyuman manis nan menawan. “Masuklah, kita tidak boleh ketinggalan acara malam ini.” ucap Thomas singkat, berjalan menuju pintu seberang Thomas, bergegas masuk, setengah kikuk duduk di samping sang Marvelo. Menyampirkan anak rambutnya ke belakang kuping, “Maaf lama menunggu, Kak.” “Tidak apa,” Thomas menatap penampilan Rasi selama beberapa detik. “Kau hari ini juga cantik, Rasi. Aku sampai pangling.” Wajah Rasi memerah sempurna, mengalihkan pandangan dan tersenyum, “A-aku tidak mungkin berdandan sembarangan ‘kan di acara kencan kita malam ini.”  jawabnya sedikit gugup. Ah, Rasi sudah bisa membayangkan bagaimana iri-nya semua pekerja wanita di café besok, jika tahu bahwa dia sudah sempat berkencan dengan idola mereka! Terlalu asik berkhayal, Rasi sampai tidak menyadari bagaimana Thomas bergerak mendekat. Mengagetkan sang Ainsley, “Ka-kak?!” Jarak mereka cukup dekat, sekilas bahkan Rasi bisa melihat bagaimana kedua manik Thomas nampak berkilat, Seringai tipis terlihat- “Kau hampir lupa menggunakan sabuk pengaman.” Berubah menjadi senyuman lembut. Lho? Apa dia salah lihat? Mengerjap selama beberapa kali, dengan posisi sabuk pengaman sudah terpasang. Thomas kembali menjauhkan tubuhnya dan menghidupkan kendaraan. “Kau pasti mengira aku akan melakukan hal yang aneh-aneh ‘kan?” Thomas terkekeh, sementar Rasi baru sadar. Wajah wanita itu memerah sempurna. “Ma-maaf, Kak!” Menggaruk pipi sekilas, saat mobil bergerak menjauh dari café. Rasi kembali memulai percakapan. “Kakak, tahu tentang berita yang cukup gempar di dekat sini? Baru saja tadi aku menonton berita, pelaku bahkan memperkosa dan merampok korbannya, astaga membayangkan saja aku sudah takut.” Menatap ke depan, banyak kendaraan masih berlalu lalang pukul delapan malam. “Kalau tak pergi bersama kak Thomas sekarang, mungkin aku tidak mau pergi dulu malam-malam seperti ini. Pelakunya kejam sekali,” Berceloteh, tanpa melihat ekspresi Thomas sekarang. “Hm, begitu? Berarti kau aman dong malam ini, karena pergi bersamaku?” Mengangguk yakin, “Tentu saja, Kak! Kira-kira kita mau pergi kemana sekarang?” tanya wanita itu polos. Sementara Thomas tetap terfokus menatap ke depan, masih tersenyum penuh arti, “Ke tempat yang menarik pastinya, kau pasti suka.” Dalam bayangan Rasi, wanita itu hanya mengharapkan sebuah kencan romantis, seperti candle light dinner mungkin atau sekedar jalan-jalan di mall dan membeli beberapa makanan serta pakaian. Oh, menonton di bioskop juga tak buruk, ada film yang ingin Ia cari. Dia tidak sabar. . . . Semua bayangan Rasi hancur seketika, begitu mobil Thomas berhenti tepat di depan gedung yang terasa familiar. Dentum musik berbunyi keras, irama rock hip hop, beberapa laki-laki dan perempuan berpakaian ketat, serta terbuka. Terletak di tempat terpencil, bahkan mereka harus melewati beberapa gang tadi. Menggunakan penampilan casual ke tempat ini, bibir Rasi hampir menganga tak percaya. Berdiri tepat di depan gedung familiar itu dengan perasaan ragu. Pandangannya menoleh, menatap sosok tinggi yang baru keluar dari mobil.  “Kak, kita benar-benar berkencan di sini?” Lebih buruk dari makan dipinggir jalan, apa Thomas tidak pintar memilih tempat kencan?! Atau laki-laki itu yang gila?! Sampai harus memilih sebuah pub malam sebagai tujuan mereka?! Tidak ada kencan romantis, atau nonton bioskop. Apa maksud laki-laki ini mengajaknya ke pub malam kalau bukan untuk mabuk dan berdansa sampai pagi?! Perasaan Rasi tiba-tiba berubah aneh, saat sosok Thomas berdiri di sampingnya dengan senyuman seperti biasa. Memeluk pundak sang Ainsley begitu saja, “Tidak apa-apa ‘kan kita pergi ke sini? Aku tahu kalau kau pasti lebih suka bermain di sini dibandingkan memilih restaurant mahal dan bioskop.” Hah? Alis Rasi tertekuk. Ucapan Thomas begitu yakin, seolah tahu seperti apa kesukaan Rasi? Perasaan wanita itu semakin tak enak. Bagaimana ini? Entah kenapa respect Rasi pada Thomas sedikit menurun, bagaimana bisa seorang gentleman mengajak calon kekasihnya sendiri ke dalam pub?! Revaro yang notabene calon suami [gagal]-nya saja hampir tidak pernah mengajak Rasi ke pub malam. ‘Walaupun kak Tere pernah tinggal di tempat seperti ini, apa berarti wajar mengajak wanita ke pub malam?’ Tidak begitu paham dunia kencan seperti apa, karena memang Rasi tak berpengalaman melakukannya. Sejak remaja bahkan sampai sekarang mungkin hanya Revaro saja yang pernah resmi menjadi kekasihnya. Tidak ada laki-laki lain. Karena dulu keluarga Rasi terlalu fokus mencari sosok yang sempurna untuk  menjadi kekasih putri mereka. Tidak hanya kehidupan Rasi yang diatur bahkan jalan percintaan sang Ainsley. Akibatnya ya seperti sekarang ini. Rasi tidak mengerti apa-apa. ‘Tapi di televisi drama romantis, aku tidak pernah melihat satupun laki-laki yang membawa kekasihnya ke pub malam!!’ Masih enggan berjalan masuk, “Mm, jika dibandingkan pub malam, aku lebih suka pergi ke restaurant saja, Kak Thomas. Bisa kita pindah saja ya?” tanya Rasi setengah tipis. Sosok tampan itu nampak berpikir sekilas, sebelum akhirnya menggeleng kecil, memperlihatkan wajah memelas. “Tapi aku sudah membooking ruangan khusus untuk kita berdua. Kau tahu ‘kan kalau pub malam bukan hanya tempat untuk mabuk atau melakukan hal yang aneh-aneh,” “Di sana juga ada makanan yang enak, tempat berdansa dan kita justru lebih bebas berekspresi di sana. Kau pasti sudah terbiasa ‘kan?” “Ta-tapi tetap saja, Kak,” Tersenyum kikuk, “Tenang saja, ruangan yang kupesan bebas dari aroma rokok, kelas VVIP, di sana kita bisa berdansa, karaoke dan makan sepuasnya dengan romantis juga.” Kata romantis dari bibir Thomas membuat Rasi berpikir ulang. Sedikit ragu, Rasi masih mengingat kalau dulu di tempat kak Tere bekerja. Ada banyak sekali ruangan khusus di sana. Area dansa, area pertunjukan khusus, area ruangan VVIP restaurant, pokoknya lengkap. Apa mungkin di sini juga seperti itu? Tapi kenapa dia ragu- “Ayo, aku janji tidak akan mengecewakanmu.” Wajah tampan yang memelas dengan bibir tertekuk ke bawah sudah cukup menghilangkan keraguan Rasi. Maniknya mengerjap polos, mendehem kecil, semburat merah muncul lagi di kedua pipi Rasi. Menatap ke depan, meneguk ludah sekilas. “Ba-baiklah kalau begitu, tidak ada salahnya mencoba. Tapi kakak benar-benar sudah memesan ruangan khusus untuk kita ‘kan?” Meyakinkan sekali lagi. Thomas memeluk pundak Rasi semakin mendekat, “Tentu saja! Ah, kau memang berbeda Rasi, pantas saja aku menyukaimu,” Satu kalimat terakhir Thomas sukses membuat Rasi makin kehilangan akal. Dia senang minta ampun. Asal bersama dengan kak Thomas, mungkin dia aman di sini. Berjalan mengikuti langkah kaki sosok sang Marvelo. Masuk ke dalam tempat yang lama tak Ia jamah. Tanpa mengetahui sebuah bahaya sudah ada di depan mata. . . . . [Di sisi lain] “Selamat malam, Tuan!” Sebuah mobil mewah berwarna raven kehitaman terparkir rapi di tempat khusus VVIP, saat pintu mobil dibuka pelan. Sosok bertubuh tegap, menggunakan jaket berbulu hitam keluar dari sana. Celana jeans panjang, dan pakaian berkerah hitam, rambut bergelombang panjang tersapu rapi ke belakang. Menampakkan wajah tampan dan rahang yang tegas, salah satu tangannya memegang sebuah cerutu kayu, dengan kedua manik hazel keemasan nampak berkilat menyaksikan sebuah pemandangan langka. [“Kami sudah menyiapkan ruangan khusus untuk anda, Tuan. Beberapa barang juga sudah kami siapkan dengan sempurna. Anda hanya perlu memilah dan mengecek semua.”] Beberapa bodyguard bertubuh besar lengkap menggunakan pakaian serba hitam dan kacamata tebal khusus berjejer rapi tepat di samping sang tuan. Tanpa menyadari sosok laki-laki itu masih menatap fokus ke satu titik. Menghisap cerutu kayu itu dan menghembuskannya pelan. Saat berusaha merenggangkan tubuh dan leher sekilas. Terlihat jelas sebuah tato naga di bagian leher sebelah kiri, melintang panjang tertutupi rambutnya yang panjang. Kulit tan kecoklatan dan wajah tanpa ekspresi. Menyeringai tanpa sadar. “Hm, ada pemandangan menarik rupanya.” Satu suara terlepas dari bibir tipis itu. Mengagetkan beberapa bodyguardnya. “Pemandangan apa, Tuan?” Mendengus tipis, bergerak santai, melangkah mendekati gedung pub, “Bukan apa-apa,” Menolak untuk menjawab rasa penasaran sang bawahan. Manik hazel keemasannya masih mengkilat tajam, dengan salah satu tangan memegang cerutu kayu, “Kebetulan sekali kita bisa menangkap dua tikus malam ini,” Perlahan menengadah, dalam langkahnya menatap bulan yang sedikit tertutupi oleh awan. Berusaha menahan rasa sakit di kepala yang tiba-tiba datang, “Ck, sebelum orang itu keluar dan mengacaukan semuanya. Aku harus berhasil membalikkan keadaan.” Kalimat mengandung arti yang cukup dalam. Diantara para bodyguardnya, tidak ada yang mengerti. Mereka hanya bisa mengikuti langkah sang tuan, tanpa berani bertanya lebih banyak. Sosok dengan punggung yang lebar dan tegap menantang cahaya bulan. Laki-laki dengan segala tipu muslihat dan profesi mengerikannya. Bergerak mengambil satu scenario penting, “Rasiel Ainsley.” Mengucapkan satu nama dengan segala arti. Mengerikan namun juga ada sedikit rasa senang di sana. “Siapa yang menyangka kita bisa bertemu di sini. Terakhir kita bertemu, kau masihlah gadis mungil polos yang tidak tahu apa-apa,”   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD