Part 05 Pergi ke Kantor

857 Words
Hari ini adalah hari pertama Daisy masuk kerja sebagai sekretaris Sean. Meskipun dia datang terlambat karena ulah dari Sean. Daisy memasang wajah kesal. Ingin rasanya dia mencakar wajah Sean yang sekarang sedang tersenyum bahagia. Daisy bingung dengan fungsinya. Karena Sean sudah mempunyai sekretaris sendiri yang bernama Trifi. Sepengetahuan Daisy, kalau sekretaris itu mejanya di luar. Bukan di dalam ruangan sang Bos seperti dia sekarang. “Cemberut kenapa lagi?” tanya Sean menahan tawa melihat Daisy yang sedang kesal kepadanya. “Aku itu sekarang bekerja jadi sekretaris mu. Terus apa yang harus aku lakukan sekarang ini?” ucap Daisy dengan ketus. "Kerjaanmu cuma menemaniku. Aku kemanapun, kamu harus ikut. Tenang saja aku pasti akan membayarmu," ucap Sean. "Apa nanti aku tidak akan menjadi omongan para pegawai mu, Sean?" tanya Daisy. Daisy bingung dengan jalan pikir Sean yang aneh. "Pegawaiku aku bayar untuk bekerja. Bukan untuk ngomongin orang," ucap Sean pada Daisy. Sean mulai serius memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya saat ini. Daisy menatap Sean dalam diam. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang direncanakan oleh Sean. Daisy merasa ada yang sedang disembunyikan oleh Sean darinya. Daisy merasa bosan tidak melakukan apa-apa. "Sean, aku bosan tidak melakukan apa-apa," teriak Daisy. Sean tiba-tiba kaget mendengar teriakan dari Daisy. "Apa-apaan kau ini teriak-teriak seperti ada di hutan saja," ucap Sean kesal karena konsentrasinya terganggu gara-gara Daisy. "Aku kasih kerjaan Sean, aku itu bosan. Kalau kau tetap tidak memberiku pekerjaan, aku akan mencari kerjaan di luar," ancam Daisy pada Sean. "Ya Tuhan, Daisy. Kamu itu sebenarnya pengen kerja apa? Aku mau memberimu pekerjaan itu juga bingung. Yang kamu bisa itu apa? Aku saja tidak tahu," jelas Sean pada Daisy. Daisy berjalan kearah Sean sambil menghentak-hentakkan kakinya karena kesal. Sean yang melihat tingkah Daisy ikut pusing dibuatnya. "Sean, meskipun aku seperti ini, Aku lulusan terbaik S2 di Inggris jurusan manajemen bisnis. Jadi aku sedikit banyak tahu tentang bisnis. Yang mengembangkan perusahaan orang tuaku siapa kalau bukan aku," ucap Desi kepada Sean. "Baiklah kalau seperti itu. Bantu aku sini mengecek semua berkas yang ada di meja ku saat ini," ucap Sean pada Daisy. Desi berjalan kearah Sean. Dia mengambil satu berkas untuk dia pelajari. Daisy membacanya dengan teliti. Daisy tiba-tiba mengerutkan dahi saat melihat ada kejanggalan dari berkas yang ada di tangannya. "Sean, Apa kamu pernah memeriksa semua divisi yang bekerja di perusahaan ini?" tanya Daisy pada Sean. Sean yang mendengarnya tidak paham akan perkataan dari Daisy. "Maksudmu apa Daisy?" tanya Sean. "Coba periksa berkas ini. Banyak kejanggalan dari angka-angka yang tertulis di sini. Mulai dari pengeluaran yang tidak sewajarnya dan pendapatan perusahaan yang semakin menurun. Padahal saat aku periksa data awal, semua data mengarah kalau Perusahaan dalam keadaan stabil," jelas Daisy. Sean mengambil berkas yang ada di tangan Daisy. Dia memeriksa berkas itu dengan benar-benar teliti. Sean langsung marah saat tahu kalau karyawannya mempermainkan kepercayaannya. Tidak sedikit penggelapan dana perusahaan yang sudah dia lakukan. "Sepertinya ada orang yang sedang mempermainkan perusahaanmu, Sean," ucap dasi pada Sean. Sean pun juga berpikiran yang sama seperti Daisy. Seperti ada yang bermain-main dengan perusahaannya. Sean menghela nafas kasar setelah mengetahui masalah yang ada di perusahaannya. Dia paling tidak suka kalau ada yang berkhianat kepadanya. Padahal Sean sangat memperhatikan kesejahteraan para karyawannya. Mulai dari gaji dan bonus perusahaan yang diberikan untuk karyawan karyawan teladan. Sean menatap Daisy dalam diam. Dia tidak menyangka kalau Daisy bisa sedetail itu mengetahui apa yang terjadi dalam perusahaannya. Cuma dari membaca satu berkas saja. "Apa kamu bisa membantuku memeriksa semua berkas ini Deisy," ucap Sean pada Daisy. "Untuk mempercepat pekerjaan, Sean. Kita perlu memisahkan berkas-berkas dari setiap divisi. Dari situ nanti kelihatan siapa yang sedang bermain-main denganmu," ucap Daisy. Sean menganggukkan kepalanya pada Daisy. Sean dan Deisy pun memisahkan berkas-berkas dari setiap divisi. Sean dan Daisy memeriksa semua berkasnya dengan serius dan teliti. Daisy mengambil duduk di depan meja Sean. Supaya mempermudah Daisy untuk bertukar pendapat dengan Sean. "Sean untuk kali ini kamu harus benar-benar hati-hati. Karena kalau mereka tahu kalau kamu sudah mengetahuinya, bisa-bisa informasi dari perusahaanmu bisa masuk ke pesaing bisnismu. Karena setelah aku cek dari beberapa berkas, ternyata mereka bermain sangat licik. Mulai dari menaruh mata-matanya di setiap divisi. Aku bisa menyimpulkan seperti itu, karena aku membaca berkas-berkas dari setiap divisi. Aku ambil satu sampel pembanding untuk membandingkan data-data dari perusahaanmu. Aku tidak menyangka ada orang yang sampai bermain seperti ini. Kalau seperti ini, perusahaanmu bisa-bisa benar-benar hancur, Sean," ucap Deisy memperingatkan Sean. "Aku akan memberikan mereka pelajaran dengan caraku sendiri," ucap Sean pada Daisy. "Jangan gegabah bertindak, Sean. Sekali kamu salah bertindak, kamu akan benar-benar hancur. Untuk sementara waktu, lebih baik kamu diam dulu. Anggap seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi semua handel perusahaan kamu sendiri yang megang. Supaya musuhmu tidak tahu kalau kamu sudah mengetahui kebusukan mereka," ucap Daisy pada Sean. Sean menganggukan kepalanya. Tanda dia paham apa yang barusan dikatakan oleh Daisy. Untuk kali ini Sean sangat terbantu oleh Daisy. Sean semakin berdecak kagum karena kecerdasan yang dimiliki oleh Daisy. “Terima kasih banyak sudah mau membantuku,” ucap Sean pada Daisy. Daisy tersenyum hangat ke arah Sean. ????

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD