Part 1

1174 Words
Davina masih tidak percaya dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Hari ini sang bunda memang akan memperkenalkan seorang laki-laki yang akan di jodohkan untuknya. Laki-laki yang merupakan putra dari sahabat sang bunda. Tapi yang membuat Davina shock ketika tahu siapa laki-laki yang akan dijodohkan dengan dirinya. Laki-laki itu adalah dosen killer yang bernama Rafael Douglas. "Jadi kalian sudah saling kenal?" tanya Tante Tiara. "Dia murid Rafa di kampus ma," jawab Rafael datar. "Wah jadi kalian sudah saling kenal. Kalau begitu bagus dong. Jadi kalian bisa lebih cepat saling kenal. Tiara sepertinya kita akan segera besanan,$ kata Widya dengan wajah yang sumringah. "Iya Wid. Aku senang jika Davina benar-benar jadi menantu aku. Davina gadis yang cantik dan aku yakin bisa jadi pendamping yang baik buat Rafa," kata Tiara tak kalah senangnya. "Bun Davina kan belum bilang mau menerima perjodohan ini. Davina masih muda belum siap buat nikah sekarang," kaya Davina protes. " Bunda kan gak bilang kamu nikah dalam waktu dekat sayang. Kalian bisa saling kenal terlebih dahulu siapa tahu nanti kalian cocok dan bisa nikah kan?" kata Widya mencoba menjelaskan pada sang putri. Wajah Davina benar-benar sudah tak enak dilihat. Apalagi dari tadi dosen killernya itu terus memandangnya dengan tatapan tajam khasnya. "Udah lebih baik kita makan siang dulu. Kebetulan aku masak sup buntut kesukaan kamu Tiara. Semoga kamu suka masakan aku," kata Widya dengan senyum yang sumringah. "Wah aku udah kangen sama sup buntut buatan kamu. Eh ternyata kamu malah masakin buat aku. Aku bakal makan banyak kalau gitu," kata Tiara yang tampak senang. Akhirnya mereka pun memilih untuk makan siang terlebih dahulu. Davina benar-benar sangat malas harus makan satu meja dengan dosen killer itu. Apalagi dari tadi wajahnya menatapnya lekat dan itu membuat Davina gak suka. Dan selama makan siang itu Davina hanya banyak diam. Yang banyak bicara adalah bundanya dan Tante Tiara. "Nak Rafael selain jadi dosen kerja apa lagi?" tanya Firman. Saat ini Rafael, Firman Dirgantara, dan James Douglas sedang berbincang. Sedangakan Tiara, Widya, dan juga Davina sedang ada di dapur menyiapkan buah dan juga ice lemon tea untuk dihidangkan ke para lelaki sambil saling berbincang. "Selain jadi dosen beberapa bulan terakhir saya menggantikan Daddy di kantor," jawab Rafael santai. "Iya Firman beberapa bulan terakhir Rafa sudah menggantikan saya sebagai CEO di perusahan yang saya pimpin. Sebenarnya sejak dari dulu saya ingin Rafa mengambil alih perusahaan tapi Rafa selalu disibukkan dengan tugasnya menjadi dosen sehingga menolak permintaan saya. Tapi setelah saya jatuh sakit dan dokter meminta saya banyak istirahat akhirnya Rafa mau juga mengambil alih perusahaan," kata James menjelaskan. Ketika sedang asyik berbincang-bincang Widya, Tiara, dan Davina datang membawa beberapa puding dan buah serta ice lemon tea. Setelah itu mereka pun bergabung dengan para pria yang sedang berbincang hangat. "Nak Rafael bagaimana pendapat nak Rafael tentang Davina. Kalau om lihat usia kamu dan Davina cukup jauh. Dan yang pasti kalian punya karakter yang berbeda. Gimana menurut kamu?" tanya Firman yang bertanya soal putrinya. "Sebelumnya saya juga belum tahu apapun soal putri om. Saya hanya tahu jika mama saya mau menjodohkan saya dengan anak sahabatanya. Tapi setelah sampai saat ini saya baru tahu jika putri om adalah salah satu mahasiswi saya. Untuk saat ini saya tidak tahu harus menjawab apa. Mungkin kita bisa saling kenal dulu. Kalau cocok maka kita bisa melanjutkan perjodohan ini. Tapi jika tidak cocok maka bisa kita akhiri saja," kata Rafael serius. "Tante juga tahu kalau masalah. Mungkin kalian bisa saling kenal terlebih dahulu. Tapi kalau boleh jujur Tante berharap kalian benar-benar menerima perjodohan ini. Karena Tante yakin kamu bisa jadi suami yang baik untuk Davina," kata Widya menatap ke arah Rafael. "Mama juga berharap hal yang sama dengan apa yang Tante Widya harapkan. Mama juga merasa Davina adalah wanita yang tepat buat kamu. Kalau kamu gimana Davina sayang?" tanya Tiara pada Davina. Davina yang merasa namanya di panggil merasa kaget. Ia tak tahu harus menjawab apa. Dirinya aja masih shock dengan apa yang baru saja ia alami dan sekarang Tante Tiara bertanya soal itu. "Davina gak tahu Tante. Davina masih bingung sama semua situasi yang terjadi sama Davina. Bunda baru aja bilang kalau mau menjodohkan Davina sama anak Tante. Kalau boleh jujur Davina belum siap untuk menikah saat ini. Davina ingin menikah mungkin ketika usia Davina mendekati angka 30 tahun. Davina masih punya banyak mimpi yang mau Davina kejar. Jadi untuk saat ini Davina gak tahu harus menjawab apa Tante," kata Davina jujur. Davina memang tipe wanita yang selalu mengatakan apapun yang menggangu pikirannya. Ia pun juga selalu jujur dengan segala hal tentang hidupnya. Termasuk dengan perjodohan ini. Davina masih punya banyak mimpi yang ingin ia wujudkan. Apalagi ia tak habis akan menghabiskan sisa hidupnya bersama laki-laki yang bisa dibilang tidak ia kenal. Dan itu benar-benar membuat Davina tidak bisa memberikan jawaban yang tepat kepada Tante Tiara. "Tante bisa mengerti kalau kamu berpikiran seperti itu. Tapi mungkin kamu bisa mencoba untuk mengenal Rafa lebih dekat. Karena tante yakin kalau Rafa bisa menjadi suami buat kamu. Tapi mungkin kamu butuh waktu dan Tante bisa mengerti," kata Tiara sambil menggenggam tangan Davina. Davina hanya bisa menundukkan kepalanya karena ia masih bingung dengan situasi ini. Mungkin ia butuh waktu untuk bisa mengerti tentang situasi ini. Dan sisa sore itu pun dihabiskan dengan banyak canda tawa dari bunda dan Tante Tiara. Mereka seakan mengingat tentang masa lalu mereka. Sedangkan Davina dan Rafael lebih banyak diam. Karena mereka berdua merasa canggung satu sama lain. Davina baru saja selesai mandi ketika pintu kamarnya di ketuk dari luar. "Masuk," kata Davina sambil mengeringkan rambutnya. "Bunda boleh masuk sayang?" tanya Widya pada sang putri. "Masuk aja Bun," jawab Davina santai. Widya pun masuk ke kamar putrinya dan duduk di tepi ranjang sang putri. "Menurut kamu Rafael bagaimana?" tanya Widya langsung. Davina pun meletakkan handuknya ke kursi dan duduk di samping sang bunda. "Jujur Davina gak tahu Bun. Mungkin benar Rafael adalah dosen Davina di kampus tapi Davina hanya menganggap hanya sebatas dosen saja. Dan untuk saat ini Davina tak punya perasaan apa-apa dengan Rafael," kata Davina jujur. "Bunda tahu itu. Tapi boleh gak bunda minta sama kamu buat kenal sama Rafael. Karena bunda merasa dia laki-laki yang tepat untuk kamu," kata Widya sambil menggenggam tangan Davina. Davina membalas genggaman tangan sang bunda. Bagi Davina bunda dan ayahnya adalah orang yang paling penting dalam hidupnya. Dan selama ia hidup belum bisa membahagiakan kedua orangtuanya. Apa dengan menerima perjodohan ini bisa membuat kedua orang tuanya bahagia? Begitu banyak pertanyaan yang menghinggapi Davina. Dan ketika ia melihat sang bunda ia melihat sorot mata sang bunda yang penuh harap. "Davina akan mencoba bunda. Tapi Davina gak bisa janji apa-apa sama bunda," kata Davina menatap sang bunda. "Makasih sayang. Bunda mengerti kamu butuh waktu untuk mengenal Rafael. Dan yang harus kamu tahu jika bunda dan ayah akan selalu ada di samping kamu," kata Widya penuh perhatian. Davina langsung memeluk tubuh sang bunda penuh sayang. "Makasi bunda," kata Davina penuh rasa sayang. Pertemuan awal Davina dan Rafael gimana perjodohan mereka selanjutnya?? See you next chapter.... Happy reading...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD