Pernikahan dan Malam Pertama

1094 Words
Pernikahan berjalan sebagaimana mestinya dan saat ini mereka berdua sudah resmi menjadi suami istri, tapi tidak ada kebahagiaan di hati mereka meski diluar mereka sesekali tersenyum pada orang lain. Wijaya menatap Vita yang tampak cantik dengan gaun pengantin yang digunakan dan selama acara sedikit pun Wijaya tidak menyadari jika istrinya sangat cantik tapi perasaan itu tidak ada sama sekali. “Kamu cantik malam ini,” ucap Wijaya membuat Vita menatapnya sekilas “semoga pernikahan kita bisa berjalan sebagaimana mestinya,” Vita mengangguk “apa kita akan melakukan seks?.” “Jika kita tidak melakukannya bagaimana bisa memiliki keturunan,” Wijaya menatap Vita seolah mencari apa yang dikatakannya ini benar “aku menginginkan anak yang banyak bukan hanya satu karena aku gak mau nanti akan seperti kita dan satu lagi tidak ada perjodohan macam ini.” “Apa kamu yakin memiliki anak tanpa cinta?.” Vita mengangguk “meski kita tanpa cinta setidaknya aku mencintai mereka karena bagaimana pun aku yang mengandung dan darahku berada di tubuh mereka, jadi jangan khawatirkan masalah mencintai mereka.” Wijaya mendekati Vita “kalau itu mau kamu kita lakukan malam ini, apa siap?.” Vita mengalungkan tangan di leher Wijaya “sekarang atau besok sama saja karena kita tetap akan melakukannya bukan bercinta tapi seks.” Wijaya menarik Vita mencium bibirnya lembut karena ini pertama kali mereka melakukan sentuhan secara langsung, ciuman terasa kaku karena Wijaya dan Vita bingung melakukan apa. Seketika Wijaya mengingat bagaimana Regan dan Austin mencium perempuan ketika mereka berkumpul dan dengan perlahan dipagut bibir Vita dengan memasukkan lidahnya di dalam mulut Vita, Vita yang awalnya terkejut mencoba membalas dan melakukan hal yang sama di mana ciuman mereka semakin panas. Wijaya membelai leher Vita untuk memberikan rangsangan dan ketika tangan Wijaya berada di punggung seketika menurunkan resleting pakaian sambil membuka pengait bra yang Vita gunakan, ciuman Wijaya turun ke leher ketika gaun yang Vita kenakan turun ke bawah dan ini pertama kali Wijaya menatap perempuan tanpa menggunakan pakaian begitu juga dengan Vita pertama kali tanpa busana di depan pria yang berubah status dari teman menjadi suami. Wijaya yang memandang tubuh Vita tanpa pakaian sama sekali seketika membuat dirinya hanya bisa diam tidak tahu harus bagaimana, tapi dirinya tetap harus membuat momen ini menjadi hal yang tidak terlupakan dalam kehidupan mereka berdua. “Aku akan pelan – pelan,” bisik Wijaya ketika meletakkan Vita di ranjang. Wijaya mencium bibir Vita perlahan menikmati setiap titik tubuh Vita, ciuman Wijaya turun ke leher membuat Vita mendesah atas apa yang Wijaya lakukan. Tangan Wijaya sudah berada di bukit kembar Vita yang berwarna coklat muda perlahan bibir Wijaya menciuminya lalu memasukkan ke dalam mulutnya seperti bayi yang mencari kehidupan dari s**u tersebut, perbuatan Wijaya semakin membuat Vita mendesah. Vita menghentikan perbuatan Wijaya ketika berada di sela-sela milik Vita dan hanya menggelengkan kepala membuat Wijaya hanya menghembuskan nafas panjang. “Maaf aku tidak ingin kita menyentuh sesuatu yang kotor di sana,” ucap Vita ketika Wijaya sudah berada di atasnya “mari lakukan sebagaimana pasangan umum lakukan tapi tidak dengan apa yang akan kamu lakukan tadi,” Wijaya mengangguk. Wijaya mencium bibir Vita dengan lembut dengan tangannya berada di bukit kembar dan tangan lain di mana jarinya bermain didalam milik Vita agar tidak terlalu tegang dan sakit ketika dirinya memasukkan miliknya ke dalam milik sang istri. Desahan dari bibir Vita di sela ciuman mereka membuat gerakan jari Wijaya bergerak semakin cepat, tidak lama kemudian Vita melepaskan ciuman dengan menatap Wijaya penuh gairah lalu kepalanya mendongak ke atas dan Wijaya tahu jika sang istri akan mencapai klimaksnya yang semakin membuat Wijaya bersemangat, desahan keras keluar dari bibir Vita bertepatan dengan cairan dari miliknya keluar. Wijaya mencium bibir Vita lembut dengan tangannya berada di bibir bagian bawah dan tanpa menunggu waktu Wijaya memasukkannya perlahan seketika merasakan adanya dinding penghalang membuat Wijaya semakin pelan memasukkannya, Vita melepaskan ciuman mereka untuk teriak membuat Wijaya langsung menciumnya dengan memasukkan secara langsung. Pelukan tertahan dari Vita membuat Wijaya melepaskan ciuman mereka, dapat Wijaya lihat bagaimana Vita menahan sakit. “Maaf,” Vita mengangguk “aku lanjutkan tapi tenang akan sangat pelan.” Wijaya menggerakkan miliknya perlahan di dalam milik Vita tidak lama kemudian gerakan mereka berdua semakin cepat, beberapa kali Vita mencapai puncaknya sedangkan Wijaya belum membuat mereka berdua kelelahan karena Vita tidak mau berganti posisi sedangkan Wijaya ingin mencoba posisi lain tapi Vita tidak menginginkannya dan akhirnya Wijaya harus mencari cara agar keluar dengan segera mungkin, berbagai cara dilakukan mulai mengulum bukit kembar Vita sampai meminta untuk membelai punggungnya dan tidak lama kemudian Wijaya mengeluarkan cairannya ke dalam rahim Vita. Wijaya melepaskan miliknya dari dalam setelah merasa tidak ada yang keluar lagi di tatapnya Vita yang hanya diam memandang dirinya, entah mengapa meski berkali – kali keluar Vita tidak menunjukkan kepuasan seperti dirinya. Wijaya melangkah ke kamar mandi membersihkan diri, setelahnya dia menatap Vita yang meletakkan bantal di bawah pantatnya, Wijaya yakin jika Vita berusaha agar s****a miliknya bisa langsung membuahi. Wijaya hanya menatap apa yang dilakukan Vita dengan sesekali membelai rambutnya membuat tatapan mereka bertemu dan Wijaya memberikan senyuman terbaiknya membuat Vita ikut tersenyum. “Mandilah setelah itu kita istirahat,” Vita mengangguk lalu melangkah ke kamar mandi dengan tanpa busana. Jika boleh jujur Wijaya ingin mengulanginya lagi tapi rasanya tidak mungkin melihat Vita yang pasif seperti tadi, pandangan Wijaya mengarah pada seprai yang ada noda darah dengan perlahan dilepaskan dan tidak menggunakannya dengan diletakkan di lantai dekat lemari. Vita keluar menatap apa yang Wijaya lakukan hanya menghembuskan nafas, diambilnya pakaian dari koper dan menggantinya di hadapan Wijaya. “Tidurlah kamu pasti lelah,” Vita mengangguk. Wijaya menarik Vita ke dalam pelukan agar bisa tidur bersama dan seolah ingin seperti film yang selama ini mereka tonton, pelukan Wijaya pada Vita tidak bertahan lama karena Vita melepaskannya dan mengambil posisi dengan membelakangi Wijaya. Wijaya yang awalnya hanya bingung kemudian mendekati Vita agar bisa memeluknya dari belakang, Wijaya dapat merasakan jika Vita tidak menggunakan dalaman dan itu membuat dirinya tersiksa tapi sayangnya Vita seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Wijaya. Wijaya mencoba mengajak Vita berbicara mengenai beberapa hal dan ternyata masih ditanggapi yang berarti Vita belum tidur hanya membalikkan badannya. “Aku ingin segera hadir mini kita,” sambil membelai perut Vita “kita buat yang banyak agar tidak kesepian di hari tua nanti,” Vita tertawa mendengar perkataan Wijaya dan tawa Vita menular pada Wijaya. “Aku juga ingin segera hadir mini kita agar bisa di rumah sepenuhnya merawat dan mendidik mereka agar tidak sama seperti kita,” Wijaya mengangguk “bisakah kamu melepas pelukan karena aku tidak nyaman tidur dalam keadaan di peluk.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD