BAB 2 Persiapan Sudah Matang

958 Words
BAB 1 FLASH BACK Alma menunggu Jearau pacarnya menjemput , sambil duduk memperhatikan pegawai-pegawainya melayani pengunjung café Alma’S. café yang asri tidak besar tapi tidak terlalu kecil juga. sebenarnya tidak sedang memperhatikan serius, tetapi pikirannya ke masa lalunya. Ya Alma pemilik café yang tinggal berdua dengan adik kesayangannya Gani, kedua orang tuanya kecelakaan pesawat ketika sedang tugas dari kantor ayahnya. Beruntung Alma dari kuliah sudah terbiasa usaha, ayahnya membelikan café ini. Setelah selesai kuliah tidak mencari kerja karena memang ingin selalu dekat dngan adiknya. Ketika kedua orangtuanya meninggal mendadak tidak terlalu terpuruk, karena orangtuanya mendidik untuk mandiri sedini mungkin. “Kau melamun sayang ?” Jearau mengagetkan nya. “Ya sedikit ingat papa mama. Kebayang sedih yaa, ketika kita menikah ga ada orang tua.” Alma menjadi sedikit murung. “Kamu sudah teruji kuat juga, bisa melalui ini semua bukan.” “Ya harus kuat untuk adikku,” “Juga untukku,” Jearau menggandeng tangannya. “Kamu sudah yakin WO untuk pernikahan kita bagus ? Alma meminta kepastian. Karena khawatir acara pernikahannya jadi amburadul karena WO nya ga profesional. “WO ini rekomendasi dari temen kantorku sayang, dia memakainya katanya puas sekali hasilnya.” “Oke kalau gitu,” Alma berjalan mengikuti Jea menuju mobilnya. “Kak Alma mau kemana ?” Gani adiknya baru turun dari motor. “Ke WO dulu, jaga café ya.” “Oke Kak, hati-hati.” Gani langsung masuk café. Kakaknya pun masuk mobil dan pergi. “Nanti kalau sudah nikah, kamu tidak bisa full mengurus café.” Ujar Jea. “Sebenarnya adikku sudah bisa mengelola sendiri, sudah membiasakan dia untuk mengelola café tanpaku, aku harus mendidik dia mandiri. Bagaimanapun pelajaran ketika ditinggal papaku mendadak, ketika terbiasa mendiri ga terlalu kaget.” “Yang membuat aku makin mencintaimu itu karena kamu sangat mandiri dari usia muda, terkadang merasa kamu tidak memerlukan aku.” Jea meraih tangan Alma lalu mengecupnya. “Makasih Jea, kamu selalu ada untukku,” Alma mengecup pipi Jae lalu tersenyum bahagia. “Aku bahagia bersamamu Jea.” Jea memparkirkan mobilnya, lalu membuka seatbelt juga membantu Alma membukakan seatbeltnya dengan penuh perhatian. Walaupun tidak hidup berlebih Jea sudah cukup mapan untuk berumah tangga. Jea seorang menager di sebuah perusahaan periklanan. “Kapan hari H nya,” Customer service menanyakan. “Dua bulan dari sekarang.” Alma pun menyebutkan tanggal persisnya. Seorang customer service WO menerangkan semua fasilitas yang bisa di dapat. Ada yang standart, premium dan platinum. “Kamu pilih yang mana yang.” Jea ingin Alma yang memilihkannya. “Yang standart saja yaa, kita kan ga usah mewah-mewah.” Ujar Alma. “Bener kamu ga ingin mewah, ga yang premium saja.” Jea menawarkan yang lebih tinggi. “Aku akad doang juga ga masalah Jea, yang penting kan menikah denganmu.” ‘Wah calon pengantin perempuannya baik banget yaa, cantik lagi,” Nadya Customer service WO memuji Alma. “Makanya aku ingin cepet-cepet menikah, takut dia tergoda orang lain.” Jae melirik Alma yang tersenyum malu. “Yang ada, kamu yang tergoda cewek lain.” Alma balas ucapan Jea. “Jadi yang mana kepastiannya.” Ucap Nadya. “Yang standart saja, ga usah mewah, mending uangnya buat beli keperluan masa depan saja ya.” Alma mantap memilih yang standart saja. “Ok terserah kamu saja,” Jea mengamininya. “Ini pilihan hotel, menu catering dan segala kebutuhan dari pilihan standart, ini rekomendasi untuk cetak undangan dan souvenir, kalian tinggal pilih gak usah nyari kemana-mana lagi nanti saya bantu menghubungi semua nya.” Nadya menunjukan berbagai brosur. “Oke.” Alma sibuk memperhatikan segala sesuatu yang diperlukan dalam acara pernikahannya. Cukup lama memilih menimbang-nimbang diskusi akhirnya selesai juga. Setelah membayar uang muka, mereka lalu kembali ke café. “Hari gini nikahan ga ribet ya.” Alma memandang Jea. “Sekarang yang penting ada uang bayar orang untuk ngurus segalanya." Setelah parkir di café Alma ngajak Jea untuk mampir, tapi Jea tidak bisa karena masih mempunyai urusan. Alma merasa beruntung hidupnya dipenuhi cinta dari adik dan pacarnya yang cukup perhatian walau tidak bisa sering ketemu karena kesibukan Jea, Alma memakluminya. “Gimana Kak untuk pernikahannya ?” tanya Gani sambil menginput hasil penjualan hari ini. “Semuanya sudah beres, tinggal check and re check saja.” Alma mencomot camilan, perutnya lumayan lapar. “Ada yang bisa aku bantu Kak. Masa kakak nikah aku gak direpotin sama sekali.” Gani berdiri lalu memeluk kakaknya. “Sekarang segalanya mudah Gani, kakak sendiri juga ga ribet. Buku panduan banyak,” Alma sebenarnya sedih kalau harus berpisah dengan adiknya bagaimapaun mereka dari kecil bersama apalagi ketika orangtuanya meninggal bener-bener berdua. “Kalau sudah nikah rajin nengok Gani ya kak.” “Makanya kamu cari pacar kan sebentar lagi selesai kuliah. Biar tidak terlalu kesepian ada temen berbagi selain kakak” Alma menepuk pipi adik kesayangannya. “Saat ini kan sudah cukup ada kakak, aku belum perlu yang lain.” “Tapi kakak berbeda kalau sudah nikah Gani, ga bisa seperti sekarang full buatmu.” “Gampanglah kak, stock cewek yang naksir aku kan banyak.” “Kamu jangan milih cewek cantik doang, banyak hal selain cantik yang harus kamu perhatikan yaa terutama atittude.” “Pastinya kak, aku nyari yang seperti kakak, cantik baik, mandiri. Beruntung sekali kak Jea mendapatkan kakak.” “Kakak juga beruntung looh dapat kak Jea,” Alma ngingetin Gani. Mereka berdua saling menguatkan satu sama lain, karena hanya mereka yang saling punya. Gani sangat mencintai kakak nya apapun yang kakak putuskan dia selalu menghormatinya, begitupun Alma, dia keras ke adiknya karena ingin adiknya madiri, dia takut tiba-tiba dia tidak ada adiknya belum mampu berdiri sendiri, jadi Alma tidak memanjakannya. Adiknya mengerti sekali kenapa kakaknya keras padanya. Walau begitu keras kakak nya tetep menyayangi adiknya sedemikian rupa. ***Bersambung Terima kasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD