BAB 3
“Hallo.. Oscar, lu dimana ?” Jea nelpon sahabatnya.
“Gw di rumah nih.”
“Ok gue ke sana.”
“Ya Tuhan, Gue sudah dapat cewek yang begitu baik begitu sempurna, gur sudah berjanji tidak akan main-main cewek lagi kalau nemuin cewek yang bener. Malah gue melanggar janji, sialan si b******k Aura menggoda terus.” Jea terus meratapi nasibnya.
Sampai di rumah Oscar, Jea langsung ke dapur ambil gelas lalu buka kulkas minum air dingin segelas full sampai tandas untuk mengurangi ketegangan.
“Lu mau nikah harusnya semangat malah kusut gitu.” Oscar langsung komen begitu melihat Jearau kusut banget.
“Ga jadi, batal.” Jearau menghempaskan bokongnya pada sofa.
“Pasti masalahnya di elu.” Oscar nebak.
“Pasti.” Jearau jawab.
“Gue ketahuan lagi ML sama si Aura.” Jea menghela napas.
“Apaaa ? sama Aura cewek piala bergilir? Gila luuh membuang Alma dengan main-main sama dia, bego luh !!”
“Gue kesini bukan untuk lu omelin, Oscar !” Jea menghempaskan bokongnya ke sofa.
“Gue aneh, lu emang lust liat badan si Aura. Gur liat dia telanjang boro-boro nafsu, ngebayangin jorok sudah dipake setiap orang saja rasanya malah jijik. Bisa-bisanya lu tergoda.”
“Gue lagi sial banget deh.”
“Ya sudah, putus saja percuma lu mohon-mohon juga kalau gitu ga akan termaafkan.”
“Lu tau banget perjuangan gue dapetin dia, gue bisa melepas segala kebrengsekan. Dia satu-satunya cewek yang ga bisa gur ajak tidur. Gue berjanji akan bener kalau ketemu cewek yang ga bisa diajak tidur.” Jea mengacak-acak rambut sendiri Frustasi.
Dia tidak percaya bisa tergoda Aura cewek murahan siapa saja bisa make.
“Apa ini karma buat gue, Tuhan menunjukkan kebrengsekan gue padanya, apa ini maksudnya Tuhan nunjukkan kalau orang baik pantasnya buat orang baik pula. Gur tidak pantas buat dia ?”
Oscar diam saja, percuma nasihatin juga kelakuan dia 11-12 sama Jearau, tapi liat Jea seperti itu akhirnya ga tahan juga untuk ngomong,
“Lepaskan dia, lu mau jungkir balik pun memohon ga akan ada artinya. Datangin dia minta maaf dan tuntaskan semuanya.”
“Bagaimana gur punya muka dihadapan dia,”
“Tapi segalanya harus tuntas, ga gantung gitu putus jelas statusnya. Biar lu b******k ya harus Gentle menghadapinya.
= = = = =
Tepat seminggu, Alma pulang ke café.
Rumah dan café menyatu dalam satu bidang tapi rumah terpisah pintunya. Dengan café. Jadi aktivitas café tidak mengganggu dalam rumah.
“Kak, beberapa kali kak Jea datang ke sini, apa kakak ga ketemu Jea.” Gani merasa ada
keanehan, sesuatu yang ditutupi.
“Kakak putus dengan kak Jea,” Alma dengan intonasi datar tanpa emosi mengatakannya.
Lumayan dia seminggu ga beraktivitas hanya diam merenungi diri, emosinya jadi cukup stabil, sudah tenang menghadapi kenyataan pacarnya b******k.
“Kok bisa kak, ada apa sebenarnya.” Gani merasa ga percaya.
“Ada sifat kak Jea yang sulit kak Alma terima, daripada nanti jadi bahan berantem lebih baik dari sekarang berpisah. Beruntung kakak mengetahuinya sebelum nikah.” Ulas Alma.
“ya sudah kalau menurut Ka Alma itu yang terbaik, Gani mendukung kakak. Yang terpenting kakak tidak bersedih.”
Alma sudah menerima keadaan dan sudah siap kalau Jearau datang dan yakin pasti datang.
Beberapa hari ini Alma beraktivitas seperti biasa, walau serasa hampa karena ga ada canda tawa lagi dengan tunangannya.
“Sas ada kendala dalam operasional ?” Alma tanya asisten pribadinya selama ditinggal bener-bener tidak komunikasi dengan Sasy.
“Kak, ga sekalian hilang saja, sudah ga ada kabar ga bisa dihubungin tiba-tiba menghilang, tadinya mau aku laporin ke polisi.” Sasy cemberut kesel. Walaupun pegawai Sasy sudah dianggap teman oleh Alma.
“Yeee ditanya bener malah ngomelin kakak. Mana ada pegawai ngomelin boss kayak gitu.” Alma terkekeh.
“Diaz, bagaimana di purchasing barang selalu ada di agen kaan ?”
“Seminggu ini gak ada masalah, yang masalah itu rinduku padamu seminggu gak ketemu.”
“Sialan.” Alma ketawa sambil melempar balpoint ke badan Diaz.
Tok…tok… ruang kerja di ketuk.
“Ya masuk.” Alma nyuruh masuk sekalian nyuruh Sasy dan Diaz keluar.
“Kak ada yang mau ketemu di depan nunggu,”
“siapa ?”
“Kak Jea.” Jelas Pegawai yang barusan ngetuk pintu.
Walaupun sudah berusaha siap. Tetep saja Alma deg degan menghadapinya.
Dia menarik nafas panjang sampai tiga kali. Baru melangkah keluar. Sebenernya sudah biasa Jea keluar masuk ruangan kerja dan rumah Alma tanpa permisi, tapi sekarang Jea ga berani melakukannya.
Alma menemui Jea dengan tenang seperti tidak ada apa-apa.
“Siang Jea, apa kabarnya ?” Alma berusaha menyapa dengan tenang.
“Alma aku tau kelakuanku tidak termaafkan.” Jea lalu diam sejenak,
tapi tetap aku harus minta maaf ke kamu, maafkan aku sungguh saya sebenarnya malu untuk datang ke sini untuk memperlihatkan wajahku dihadapanmu.” Jea bicara pelan.
“Iya saya maafkan, tolong batalkan semua yang telah kita sewa dan pesan. Tidak akan ada pernikahan. Semua nya sampai disini. Terima kasih kamu telah menemaniku selama 2 tahun lebih. Hari ini tidak tersisa apapun diantara kita. Selesai semuanya.”
“Iya Alma, aku mengerti, aku tidak akan memohon kamu untuk menerimaku. Aku tau krsalahanku sangat fatal.” Jea sadar diri.
“Saya pamit, semoga kamu mendapatkan yang terbaik. Selamat tinggal Alma.” Jea pamit dengan mata yang berkaca-kaca.
“Dari tadi Alma sanggup tidak meneteskan air mata. Ketika Jearau sudah menghilang dari pandangan nya. Alma tak bisa membendung lagi tangisannya, dia sesenggukan ga menghiraukan beberapa pengunjung café memperhatikannya.
Dibelakang kursi tak jauh dari Alma duduk, ada seseorang yang memperhatikan dari awal, sebenernya dia tidak sengaja mendengarkan pembicaraan Alma dengan Jea, Dia sedang menunggu adiknya yang sedang kerja kelompok dan minta di jemput di Café Alma’S.
“Kak Jea, apa kabarnya.” Gani baru saja memarkirkan motornya, di boncengan seorang cewek, bertemu dengan mantan tunangan kakaknya.
“Baik Gani, tolong jaga kakakmu. Saat ini kakak sudah putus dengan Kak Alma, maafkan kak Jea ya. Kamu kalau butuh apa-apa tetep hubungi kak Jea ya, kakak putus dengan Kak Alma bukan berarti putus tali silaturahmi.”
“Bukankah kak Alma akan menikah 3 minggu lagi.” Sambil berjalan ke dalam café, Gama bertanya pada Gani, walaupun ga begitu dekat, Gama cukup kenal dengan Alma karena beberapa kali kerja kelompok dengan Gani dan sudah dikenalkan oleh Gani.
Saat Alma berdiri, untuk masuk ke dalam.
“Kak Almaaaa…,” Gama memanggilnya menghampiri Alma, cium pipi kiri dan kanan seperti biasa.
“Kak Yuval sini, kenalin nih Kak Alma, kakaknya Gani.” Gama menarik kakaknya Yuval.
“Dari mana kalian ?” Alma setelah mereka duduk.
“Tugas kelompok.” Gani jawab, tangannya memanggil pelayan suruh ambil minum.
“Kalau ga salah kamu temannya Jessy kan yang minggu kemarin terserempet.” Yuval mengingat-ngingat.
“Ohh Iya, aku baru ingat.” Alma pun mengingat-ingat.
“Bagaimana kondisi Jessy sudah sembuh ?” Yuval ingin tau kabar Jessy.
“Tinggal nunggu Gipsnya saja paling 2 bulanan katanya.” Sahut Alma.
“Ga nyangka ya adik kita malah berteman.”
“Gama duduk dulu, ambil minum dulu Gan.” Alma menyuruh duduk mood nya sudah kembali normal walau masih ada sisa air matanya.
**** terima kasih subscribe nya
Ayo beri tap ? untuk penyemangat author terus berkarya.